SURAKARTA, Suara Muhammadiyah-Di tengah rintik hujan di pagi 19 November 2022, puluhan ribu penggembira muktamar membanjiri area luar Stadion Manahan Surakarta. Mereka datang dari berbagai penjuru, dari beragam latar belakang, dengan beragam cerita tentang perjuangan untuk menggembirakan muktamar.
Di antara mereka, ada 50 penggembira dari kalangan petani di lereng pengunungan Kecamatan Kalikajar, Wonosobo, Jawa Tengah. Mereka bernaung dari enam ranting. Dengan menumpang tiga armada, para warga dataran tinggi ini berangkat menuju ke Surakarta pada 17 November, setelah Jumat.
Guna mencapai Solo, mereka telah mempersiapkan diri jauh-jauh hari, berbulan-bulan yang lalu. “Daftar nama sudah lima bulan, iuran 150 ribu per orang,” kata bu Hariyati, yang turut ditimpali oleh rekannya Yuli, Wati, Anti. Rombongan ini menginap di sebuah TK Mutiara Hati Surakarta.
Di antara rombongan itu, ada Pak Supardi yang sudah berusia 77 tahun, ikut berangkat bersama sang istri. “Kalo sendiri kan ga enak mas,” katanya masih semangat, sambil tersenyum dengan kerutan khas di wajah. Tidak hanya Supardi, beberapa rombongan lain juga banyak yang sudah berusia di atas 70 tahun.
Saat ditemui Suara Muhammadiyah, rombongan ini sedang menikmati sarapan yang merupakan bekal yang dibawa langsung dari Wonosobo sejak sehari sebelumnya. Pak Sapardi membawa bekal tempe bacem dan ayam untuk sarapan. “Malamnya, saya dikasih makan sama ponakan di Solo, senang mas,” katanya.
Pak Supardi dan para rombongan lain sehari-hari menanam cabe. Di sela menikmati kegembiraan, sesekali mereka masih terpikir tentang harga cabe. “Sekarang harga cabe murah mas,” kata Sarwanto, yang turut diamini Supardi dan rombongan dengan wajah less. “20 ribu per kilo,” kata Supardi. (Ribas)