Memperkuat Positioning Muhammadiyah
SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah telah berkembang, bertumbuh besar dan menjadi kekuatan di tubuh bangsa. Hari ini, di hari yang sangat bersejarah, Muhammadiyah telah berusia 110 tahun. Dan ini menjadi bukti bahwa Muhammadiyah adalah satu-satunya organisasi Islam tertua yang terus tumbuh membesar.
Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam pidato Iftitahnya pada Sabtu, 19 November 2022 meyakini bahwa Muhammadiyah di masa mendatang akan menjadi kekuatan yang lebih berkualitas. Gerakan yang dapat mewujudkan khoirul ummah sebagai cita-cita utama persyarikatan. Oleh karena itu tameline berkemajuan sebenarnya menjadi sebuah muhasabah untuk melihat ke dalam. Seberapa jauh Muhammadiyah telah berkembang.
“Apakah kita menjadi pusat peradaban, poros kehidupan, atau bahkan tercerabut dari akar dakwah Muhammadiyah yang memiliki etos berkemajuan,” tegasnya.
Haedar menegaskan bahwa di era kepemimpinan sebelumnya, Muhammadiyah telah memiliki program yang sangat luar biasa yang menyangkut aspek-aspek kehidupan dan keumatan. Muhammadiyah juga memiliki tradisi besar dengan sistem yang bagus serta ditunjang dengan SDM yang unggul. Namun dengan segala potensi tersebut, Muhammadiyah belum memaksimalkan positioningnya di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Maka dalam hal ini kita harus menentukan posisioning kita. Dalam tradisi besar inilah kita perlu merefleksikan diri di tengah gerakan lain yang bertumbuh pesat. Melihat kedalam. Apakah gerakan kita ini bersifat proaktif dan konstruktif atau bahkan konfrontatif,” ujarnya.
Dalam bersaing di ranah yang semakin maju dan terus berkembang, Muhammadiyah punya potensi besar untuk memposisikan diri sebagai gerakan yang unggul. Maka dari itu Muhammadiyah menyusun agenda strateginya dalam menyongsong kehidupan yang lebih baik. Pertama, pengukuhan paham keislaman dan ideologi Muhammadiyah.
“Boleh jadi kita sudah paham tentang Islam dan Kemuhammadiyah, namun yang terpenting bagaimana nilai-nilai Islam tersebut bisa ditanamkan secara instruksional, alias terlembaga. Dan kemudian teraplikasikan dalam perilaku dan perbuatan warga Persyarikatan,” tuturnya.
Kedua, melakukan penguatan dan penyebaran risalah Islam berkemajuan. Dalam hal ini Muhammadiyah perlu menterjemahkan Islam berkemajuan yang aplikatif. Mengejawantahkan pokok pokok ajaran Islam untuk mencapai sebuah kemajuan. Ketiga, memperkuat basis Islam di akar rumput.
“Pada hari ini kami terharu, dalam agenda Muktamar ini kita kedatangan penggembira yang sangat luar biasa. Ini menandakan bahwa Muhammadiyah punya masa,” ucapnya dengan penuh penegasan.
Keempat, pengembangan amal usaha unggulan dan memperkuat ekonomi keumatan. Menurut Haedar, jika organisasi Muhammadiyah hanya sebatas gerakan pengajian, tentu ini sangat jauh dari misi dan cita-cita membangun khoirul ummah.
Selain syiar dan dakwah, ada hal yang sama pentingnya yaitu membangun kekuatan ekonomi keumatan. “Saya yakin jika hal ini dilakukan, 10 tahun kedepan Muhammadiyah akan menjadi kekuatan ekonomi yang luar biasa,” pungkasnya.
Adapun agenda strategis yang terakhir yaitu dakwah Muhammadiyah perlu menyasar generasi milenial yang selama ini masih menjadi obyek gerakan lain. Mungkin kita merasa kaderisasi kita saat ini berjalan baik, namun bisa jadi kita ketinggalan karena kita kurang adaptif dengan kehidupan anak muda.
Maka Muhammadiyah perlu memiliki rancang bangun kaderisasi. Memiliki konsep pada diaspora kader. Dimana hal tersebut dapat memperluas jangkauan syiar Muhammadiyah, baik secara lokal, nasional, maupun global. (diko)