YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – “Masyallah, masyallah,” ujar seorang ibu paruh baya saat keluar dari ruang pameran Organisasi Otonom.
Si ibu tidak berhenti berdecak. Beliau mengatakan, betapa senangnya melihat dokumentasi aktivitas Persyarikatan yang dipamerkan dalam Museum Muhammadiyah.
Sejak dibukanya 14 November lalu dan dilanjut sepanjang 18-20 November, jumlah pengunjung sudah mencapai 8.000-an orang.
Berhari-hari parkiran Museum tidak pernah sepi dari bus-bus besar jarak jauh.
Asal pengunjungnya pun beragam, bersamaan dengan perhelatan raya Muktamar Muhammadiyah ke-48. Ada yang datang dari Kalimantan Tengah, Sumatra Barat, Nusa Tenggara Barat, Bondosowo, hingga Garut.
Latar aktivisme pengunjung museum pun sama beragamnya. Mulai dari ‘Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, IMM, IPM, sampai generasi awal Hizbul Wathan turut bertandang ke sini.
Seorang kader ‘Aisyiyah Sumedang mengutarakan ketakjuban, “Bergetar saya dari tadi,” sambil memperlihatkan tangannya. “Sungguh saya tidak membayangkan begitu panjang perjalanan Muhammadiyah yang sudah dilakukan,” lanjutnya.
Kesan serupa juga disampaikan oleh rombongan Pandu Wreda Hizbul Wathan Srandakan, Bantul. Rombongan ‘nyentrik’ yang tidak lekang kehabisan energi untuk mengembirakan Islam di dalam Persyarikatan.
Selaras dengan tujuan pendirian Museum Muhammadiyah, yakni memberikan edukasi kemuhammadiyah serta mengikatkan tali persaudaraan Muhammadiyah dan Islam.
Bagi yang belum berkunjung, silakan datang ke Museum Muhammadiyah di kompleks Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.(ykk)