Orasi Ilmiah Prof Endah Saptutyningsih: Peningkatan Ekonomi Jangan Mengabaikan Perubahan Iklim
YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Senat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengadakan rapat senat terbuka pada Selasa (20/12) dalam rangka pengukuhan guru besar Prof. Dr. Endah Saptutyningsih, S.E., M.Si.. Pengukuhan ini juga ditandai dengan orasi ilmah yang disampaikan oleh Prof. Endah Saptutyningsih sebagai guru besar di bidang ilmu ekonomi.
Orasi ilmiah yang disampaikan oleh Prof. Endah Saptutyningsih berjudul “Perubahan Iklim: Pemodelan, Biaya Ekonomi dan Adaptasi Lingkungan”. Prof. Endah sendiri memiliki spesialisasi yang berfokus di ranah ekonomi lingkungan, dibuktikan dengan banyaknya publikasi dan pengabdian masyarakat yang sudah ia lakukan terkait hal tersebut.
Dalam orasinya, Prof. Endah Saptutyningsih menyampaikan bahwa salah satu isu utama yang dihadapi oleh dunia saat ini adalah perubahan iklim. Berbagai kesepakatan global telah dilakukan sebagai upaya penanganan perubahan iklim dan mengurangi emisi karbon. “Pada umumnya, peningkatan pembangunan ekonomi dari suatu negara selalu berdampak kepada peningkatan emisi karbon. Ini disebabkan karena tuntutan dari pembangunan ekonomi atas ketersediaan energi fosil dan non-fosil untuk kebutuhan berbagai industri dan rumah tangga,” jelas dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UMY ini.
Peningkatan emisi karbon, menurut Prof. Endah pun tidak lepas dari negara anggota G20 yang menyumbangkan emisi karbon global hingga sekitar 78 persen. Fenomena ini pun disoroti oleh Prof. Endah bahwa negara dengan sumber daya alam yang melimpah belum tentu menjadikan negara tersebut kaya, ataupun sebaliknya. “Para pengambil keputusan yang menangani perubahan iklim juga perlu mengetahui konsekuensi sumber daya dari keputusan yang mereka ambil. Diantara konsekuensi tersebut adalah ukuran biaya, manfaat dan pembiayaan, implementasi kebijakan, distribusi keuntungan serta konsekuensi yang tidak diinginkan dari kebijakan tersebut,” pungkas Prof. Endah yang juga Ketua Program Studi Ekonomi FEB UMY.
Rapat senat terbuka yang diadakan di gedung AR. Fachrudin B ini dihadiri oleh beberapa pemangku kepentingan di UMY, seperti Ketua Senat UMY Prof. Dr. Heru Kurnianto Tjahjono, M.M., Ketua Dewan Guru Besar UMY Prof. Dr. Sunyoto Usman dan Rektor UMY Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., IPM. beserta jajarannya. Rapat senat dibuka oleh Prof. Heru Kurnianto yang juga berkesempatan untuk memberikan sambutan.
Menjadi guru besar yang otentik dan transformasional merupakan tujuan yang disampaikan oleh Prof. Heru Kurnianto kepada seluruh guru besar di UMY. “Tugas kita sebagai seorang pendidik, utamanya seorang guru besar adalah menjadi rahmatan lil alamin dengan bersungguh-sungguh mengabdi untuk umat. Sudah saatnya para guru besar berperan untuk membuat Indonesia lebih baik. Tidak hanya memperbanyak publikasi internasional karena itu bukan tujuan kita, melainkan untuk melahirkan sosok-sosok luar biasa lainnya,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan Rektor UMY dalam sambutannya, menurutnya menjadi guru besar adalah menjadi profil manusia yang seutuhnya. “Mudah-mudahan para guru besar di UMY bisa memberikan seteguk air segar kepada yang memerlukan, termasuk para mahasiswa,” ujarnya.
Orasi ilmiah yang merupakan inti dari rapat senat terbuka ini diakhiri dengan pengalungan Samir Dewan Guru Besar UMY oleh Prof. Sunyoto Usman selaku Ketua Dewan kepada Prof. Endah. (ID)