Refleksi Hari Ibu: Mengingat (Kembali) Peran Penting Ibu bagi Pendidikan Anak

Refleksi Hari Ibu: Mengingat (Kembali) Peran Penting Ibu bagi Pendidikan Anak

Refleksi Hari Ibu Mengingat (Kembali) Peran Penting Ibu bagi Pendidikan Anak

Refleksi Hari Ibu: Mengingat (Kembali) Peran Penting Ibu bagi Pendidikan Anak

Oleh: Wakhidah Noor Agustina, S.Si.

(Sekretaris Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan PDA Kudus dan Guru SMAN 2 Kudus)

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang terus semakin lemah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu”. (QS. Luqman: 14)

Islam menempatkan ibu ke dalam derajat yang sangat mulia. Dari ibulah, lahir kehidupan yang menyemarakkan semesta. Syeikh Muhammad Syeikh Al-Ghazali dalam As-Sunnah An-Nabawiyyah Bayna Ahl al-Fiqh wa ahl al-Hadits mengemukakan, “Seorang ibu bagaikan semilir angin sejuk yang menghembuskan napas kedamaian dan kasih sayang ke seluruh ruang kehidupan. Ibu sangat berpengaruh dalam pembentukan manusia yang baik”. Ibu, sebagai madrasah pertama, pendidik yang utama bagi umat manusia. Seorang ibu tidak hanya dikodratkan mengemban tugas berat untuk mengandung, melahirkan, merawat dan mendidik sang anak, namun ibu juga “dituntut” harus berkualitas. Seorang ibu dapat menjadikan anak menjadi orang baik, sebagaimana juga dapat membuatnya menjadi orang jahat. Ibulah teladan, panutan bagi anak.

Berikut beberapa yang harus direnungkan lagi oleh seorang ibu dalam mendidik generasi penerus:

Pertama, tanggung jawab. Bagi orangtua, anak merupakan Amanah yang menjadi tanggung jawab keduanya terhadap Allah SWT. Orang tua bertanggung jawab untuk memberi nama yang baik, mengasuh, mendidik, menafkahi, melindungi, dan menikahkan dengan calon yang baik.

Kedua, mendidik sejak dalam Rahim. Mendidik anak sejak dalam kandungan sangat dianjurkan. Untuk mendidiknya dapat menggunakan beberapa metode diantaranya dengan berdo’a, ibadah, membaca dan menghafalkan ayat Qur’an, dzikir maupun dengan cara dialog, yang secara intensif melibatkan calon anak dengan ibu dan semua anggota keluarga.

Ketiga, menjadikan anak berakhlak mulia. Mendidik anak, bukan hanya tugas seorang ibu, akan tetapi ayah juga memiliki kewajiban yang sama, sehingga menjadikannya sholih/sholihah dan Tangguh. Didiklah anak agar senantiasa taat pada perintah Allah dan RasulNya, beradab terhadap orang tua, guru, dan orang lain. Ajarkanlah anak agar berbicara dengan sopan dan perkataan yang baik, tidak berkata kasar di depan anak, karena anak merupakan peniru ulung. Dalam bergaul, ajarkanlah untuk rendah hati, berbagi, mengalah dan tidak menyakiti perasaan temannya.

Keempat, bekali dengan iman dan ilmu. Sebagai asset yang akan menentukan peradaban manusia di masa depan, bekali anak dengan iman dan ilmu (terutama ilmu agama) sejak dini. Dalam Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali menasihatkan, “Keimanan akan sangat mudah goyah pada awal pertumbuhannya, apalagi di kalangan anak kecil dan kaum awam, sehingga iman harus selalu diperkokoh”. Saat anak telah memiliki bekal iman dan ilmu yang kuat sejak dini, anak pun tidak akan mudah terpengaruh dengan hal negatif yang akan dijumpainya.

Kelima, dekatkan dengan Al-Qur’an. Orang tua bertanggung jawab untuk menjaga anak agar tetap dalam fitrahnya, dalam keadaan suci. Isilah milyaran sel otak anak dengan Al-Qur’an sejak dalam kandungan. “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Bukhori).

Exit mobile version