Haedar Nashir: UAD sebagai Kampus Berbasis Teknologi

Negarawan

Foto Dok SM

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta

mengadakan Sidang Terbuka Senat dan Upacara Milad Ke-62, Kamis (22/12). Acara tersebut

bertempat di Ruang Amphitarium lantai 9 dan 10 Kampus Utama UAD Yogyakarta yang dihadiri

oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi, Wakil Ketua

Majelis Diktilitbang, Prof Dr H Chairil Anwar, Kepala LLDIKTI Wilayah V Yogyakarta, Prof drh Aris

Junaidi, PhD, Rektor UAD, Dr Muchlas Arkanuddin, MT, dan beberapa tamu undangan lainnya.

Dalam amanatnya, Prof Haedar mengapresiasi kiprah UAD yang telah melahirkan banyak

lompatan-lompatan kemajuan di berbagai bidang dan juga berbagai capaian prestasi dari para

mahasiswa-mahasiswi terbaik. Baginya, UAD telah mengaktualisasikan perannya sebagai

perguruan tinggi Muhammadiyah Aisyiyah untuk mencerdaskan kehidupan umat bangsa.

“Ini menggambarkan bahwa ptma perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah Itu memang

masuk pada kasus baru di mana keunggulan itu merupakan visi bersama untuk meraih

kesuksesan sekaligus juga peran perguruan tinggi Muhammadiyah Aisyiyah untuk

mencerdaskan kehidupan umat bangsa dan kemanusiaan semesta,” ungkapnya.

“Peran ini harus terus di kapitalisasi, dinamisasi, bahkan lebih jauh lagi di akselerasi secara

progresif, karena kita berhadapan dengan berbagai macam challenge atau tantangan yang luar

biasa,” sambungnya.

Menurutnya, Muhammadiyah saat ini tengah memacu dirinya untuk tampil sebagai garda

terdepan dalam menghadirkan wadah pendidikan yang laik untuk tunas-tunas bangsa. Dalam

hal itu, Muhammadiyah telah berhasil tampil di dunia internasional dengan mendirikan

Universiti Muhammadiyah Malaysia (Umam) dan Muhammadiyah Australia College (MAC).

Ini semua bukti konkret Muhammadiyah telah siap menggerakan roda pendidikan sebagai pilar

strategis dalam menghadapi globalisasi dan menghadirkan agama Islam sebagai agama yang

membangun peradaban maju (ad-dinul al-hadlarah) maju sebagai pancaran dari wama

arsalnaka illa rahmatan lil alamin.

“Pendidikan adalah pilar strategis eksistensi bangsa dan negara itu. Maka Muhammadiyah

harus bahkan harus makin yakin bahwa ketika kita ingin menyebarluaskan Islam sebagai ad-

dinul al-hadlarah maka kuncinya adalah pada membangun pusat-pusat kemajuan dan pusat-

pusat keunggulan yang itu menjadi pilar utama kemajuan peradaban bangsa,” katanya.

Dikatakan oleh Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini bahwa

perguruan tinggi Muhammadiyah menjadi pembeda dengan gerakan-gerakan Islam yang lain.

Letak perbedaannya berada pada eksistensi Muhammadiyah yang tidak pernah berhenti untuk

berkiprah secara nyata, kata sejalan dengan tindakan. Muhammadiyah memiliki nilai-nilai

 

normative dan nilai-nilai propertik yang kemudian dihadirkan melalui pranata-pranata modern

yang menghasilkan ribuan lembaga pendidikan tersebar luas di penjuru negeri.

“Melalui lembaga pendidikan ini kita terus mengkapitalisasinya, mendinamisasinya dan bahkan

mengakselerasi menjadi gerakan yang lebih progresif sehingga kita mampu menghadirkan

perguruan-perguruan tinggi Muhammadiyah yang menjadi eksemplar atau Uswah Hasanah

(center of excellent). itulah distingtif (khas) dari Muhammadiyah-Aisyiyah dan seluruh

komponennya yang melahirkan gerakan amal usaha,” paparnya.

Prof Haedar menyebut bahwa UAD telah berkontribusi menjadi salah satu kampus di

lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah dalam mengembangkan teknologi di era disrupsi.

Oleh karena itu, dirinya menghimbau agar UAD dapat membangun ekosistem dan distingtif dari

keberadaan kampus sebagai kampus berbasis teknologi. Dengan kata lain menjadi kampus

metaverse, yakni kampus melampaui semesta lewat teknologi yang dibangun

“Semua itu menunjukkan bahwa kita punya kekuatan untuk tampil dengan diversifikasi yang

khas penerjemahannya menjadi kampus yang tentu membangunnya dengan ekosistem Islam

berkemajuan. Jadi kampus dengan ekosistem Islam berkemajuan di mana letak karakter dari

kampus metaverse ini pada kemampuan menggunakan teknologi termasuk teknologi it sebagai

basis kemajuan kampus sekaligus mendorong, mengakselerasi, bahkan menjadi pilar penting

kemajuan persyarikatan umat dan bangsa di era revolusi iptek di fase baru ini,” pungkasnya.

Perguruan tinggi Muhammadiyah terus dan akan senantiasa mengembangkan teknologi guna

melahirkan aneka ragam berbagai macam Inovasi dan karya-karya riset sebagai aktualisasi dari

pengembangan teknologi. Semua itu harus berlandaskan pada nilai-nilai agama Islam secara

komprehensif dan inklusif.

“Menghadirkan nilai-nilai ilahiyah itu di dalam hidup kesemestaan. Value kita sebagai Islam

berkemajuan. Memahami nilai-nilai Islam atau ajaran islam itu harus dengan bayani (nash-

verbal dan tekstual), burhani (nash-rasional dan kontekstual), dan irfani (ruhani-ihsan) harus

optimum. Jadi kita bisa memahami kalau perkembangan Iptek dan nalar manusia modern

melampaui zamannya,” ungkapnya. (Cris)

Exit mobile version