Judul : Al-Qur’an untuk Tuhan atau untuk Manusia?
Penulis : Ahmad Syafii Maarif
Cetakan : Oktober 2022
Tebal, Ukuran : xvi + 298 hlm., 16 x 23 cm
Pembacaan Buya Syafii Maarif terhadap Al-Qur’an sampai kepada kesimpulan bahwa kitab petunjuk ini datang dari Tuhan untuk kepentingan manusia. Pandangan ini juga menjadi prinsip dari Fazlur Rahman. Keduanya berangkat dari pemahaman atas QS Al-Baqarah: 185. Sebab itu, agama yang bercorak teosentris dinilai sebagai agama yang tidak sesuai dengan ajaran Al-Qur’an. “Dalam logika yang sederhana berdasarkan iman, Tuhan sama sekali tidak memerlukan manusia atau bahkan tidak memerlukan alam semesta, tetapi manusia dan alam semestalah yang memerlukan Tuhan,” (hlm 3).
Buya mengutip pandangan Rahman dalam Major Themes of the Qur’an (1980) tentang mengapa Tuhan tidak membiarkan saja manusia dan alam semesta berjalan dengan kealamiahannya, tanpa diatur atau diberi petunjuk. Perkara ini merupakan sesuatu yang ghaib, misteri iman yang tidak mudah dijelaskan. “Tetapi tanpa kehadiran iman dalam diri seseorang, dia otomatis akan kehilangan rujukan moral tertinggi dalam hidupnya,” (hlm 4).
Manusia merupakan aktor penting yang akan dimintai pertanggung jawaban. Iman yang bersumber pada nilai-nilai Al-Qur’an, yang dijalankan dengan cara beragama yang tulus dan autentik, sangat berguna untuk membimbing perilaku manusia menjadi baik. Sebaliknya, “kelakuan buruk adalah manifestasi dari iman yang palsu atau iman yang sedang labil.” Prinsip ini berangkat dari pemahaman Buya atas QS Al-Hasyr: 19, bahwa melupakan Tuhan, membuat manusia lupa akan dirinya sendiri, menjadi fasiq, durhaka, dan pendosa.
Tujuan utama Al-Qur’an adalah untuk membangun sebuah tatanan sosial yang dapat berlangsung lestari di muka bumi, yang didasarkan atas prinsip keadilan dan etika. Sebaliknya, Al-Qur’an menolak segala prinsip ketimpangan sosial-ekonomi, pengrusakan alam, dan perbudakan manusia. Sementara itu, alam semesta dengan segala keteraturannya diciptakan untuk kepentingan bersama, sembari manusia memanfaatkannya untuk pengabdian kepada Tuhan. (Muhammad Ridha Basri)
Baca juga:
Buya Syafii tentang Al-Qur’an dan Tafsir
Kultum Buya Syafii Maarif: Menjadi Pemenang dalam Perlombaan Peradaban