Al-anah (Tenang dan Tidak Tergesa-gesa), Sifat Yang Dicintai Allah Ta’ala

(Mengambil Faedah dari Pendidikan Rasulullah ﷺ)

Al-anah (Tenang dan Tidak Tergesa-gesa), Sifat Yang Dicintai Allah Ta’ala

Al-anah (Tenang dan Tidak Tergesa-gesa), Sifat Yang Dicintai Allah Ta’ala

Al-anah (Tenang dan Tidak Tergesa-gesa), Sifat Yang Dicintai Allah Ta’ala

(Mengambil Faedah dari Pendidikan Rasulullah ﷺ)

Oleh: Tito Yuwono

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Mungkin kita sering mendapatkan pesan di WA kemudian kita teruskan ke group atau ke orang lain tanpa re-check kebenaran dari isi pesan WA itu dan juga tanpa berpikir dampak tulisan itu bagi orang lain. Bisa jadi tenyata yang pesan yang kita teruskan adalah pesan hoax ataupun fitnah kepada orang lain. Sehingga akan mengakibatkan merendahan kehormatan orang lain. Dosa kita akan terus bertambah jika pesan yang kita teruskan direpost orang lain juga. Sungguh merugi kita jika mempunyai dosa jariyah gegara ketergesaan kita untuk meneruskan pesan hoax yang datang ke kita. Muhammadiyah telah mengeluarkan etika bersosmed dengan baik. Salah satu dasar untuk memegang etika bersosmed ini adalah dengan memiliki sifat tenang dan tidak tergesa-gesa.

Ketergesaan berfatwa tanpa ilmu juga akan berakibat pada penyesalan. Sebagaimana kisah seorang laki-laki yang sakit karena terimpa batu di kepalanya. Kemudian lelaki tersebut mimpi basah dan menanyakan kepada sahabatnya apakah ada keringanan untuk tayamum. Lalu dijawab tidak ada keringanan karena masih bisa menggunakan air. Kemudian lelaki yang sakit tadi mandi wajib dan akhirnya meninggal. Kemudian peristiwa ini disampaikan ke Rasulullah, dan beliau berkata: mereka telah membunuhnya, semoga Allah memerangi mereka. Demikianlah tergesa-gesa berfatwa tanpa ilmu akan berdampak buruk. Dalam kisah tadi sampai menyebabkan kematian seseorang.

Seorang pelajar yang mempersiapkan buku dan baju seragam menjelang berangkat sekolah, maka akan kemrungsung dan tergesa-gesa. Karena dipersiapkan secara tergesa-gesa masih ada buku atau perlengkapan yang tertinggal. Sering juga kita dapati karena tergesa-gesa maka naik kendaraan dengan kencang sehingga membahayakan bagi diri sendiri maupun orang lain.

Banyak dampak buruk yang dihasilkan dari sikap ketergesaan. Karena memang ketergesaan adalah datangnya dari syaiton, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Ya’la dan Imam Baehaqi, Rasulullah bersabda:

التأني من الله و العجلة من الشيطان

Artinya: Sifat perlahan-lahan (sbar) adalah dari Allah dan sifat tergesa-gesa adalah dari syaiton.” (HR Imam Abu Ya’la dan Imam baehaqi)

Maka agama kita, Islam yang mulia ini mengajarkan kepada kita untuk tidak tergesa-gesa. Bahkan Allah Ta’ala mencintai orang yang punya sifat dan perilaku tidak tergesa-gesa. Sebagaimana Hadis Nabi

إِنَّ فِيْكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالأَنَاةُ

Artinya; “Sesungguhnya kamu mempunyai dua akhlak yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya, yaitu sifat al-hilm (mampu menahan emosi) dan al-anah (sikap tenang dan tidak tergesa-gesa). (HR Imam Muslim)

Dari hadis di atas, dua sifat yang dicintai oleh Allah Ta’ala, yaitu al-hilm dan al-anah. Sifat hilm ini adalah sifat yang mampu menahan marah dan emosi, yang telah dijelaskan pada artikel sebelumnya (https://web.suaramuhammadiyah.id/2022/12/31/hilm-tidak-mudah-marah-sifat-yang-dicintai-allah-taala/ ). Sedang sifat ynag kedua adalah al-anah adalah sifat tenang dan tidak tergesa-gesa. Kedua sifat ini dicintai oleh Allah Ta’ala.

Al-anah ini adalah sifat dan perilaku yang sangat terpuji. Menghadapi sesuatu dengan tenang dan tidak tergesa-gesa. Bagi orang yang mempuntai sifat al-anah maka informasi hoax yang bersliweran tidak akan mempengaruhi dirinya. Ketika mendapatkan informasi dia akan tenang dan mencerna. Tidak mudah terprovokasi untuk menghakimi maupun menyebarkan informasi hoax tersebut.

Juga, seorang ustadz yang memiliki sifat al-anah akan berhati-hati dalam menjawab pertanyaan. Jika kurang mengerti maka dijawab kurang mengerti dan akan dikaji dan ditanyakan kepada ustadz lain yang lebih paham dan mengerti. Jadi, tidak memaksakan diri untuk menjawab semua pertanyaan jika memang ada yang kurang dimengerti.

Seorang pelajar juga perlu ditumbuhkan sifat al-anah ini, sehingga tidak terburu-buru dalam mempersiapkan perangkat sekolah serta tidak buru-buru di jalan. Perlengkapan sekolah maupun tugas-tugas sekolah hendaknya dipersiapkan 1 hari sebelumnya atau maksimal pada malam hari, sehingga esok paginya sudah siap untuk berangkat dan belajar. Dengan demikian kecil kemungkinan ada perangkat sekolah seperti buku, bolpen dll yang tertinggal.

Demikian, tulisan singkat berkaitan dengan al-anah atau sifat tenang dan tidak tergesa-gesa. Semoga Allah Ta’ala karuniakan sifat al-anah ini kepada kita semuanya. Segala sesuatu kita hadapi dengan tenang dan tidak tergesa-gesa. Sehingga tidak akan memudhorotkan orang lain maupund iri sendiri.

Wallahu a’lamu bishshowab.

Nashrun minallahi wa fathun qarib

Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta

Exit mobile version