Filosofi Pensil
Oleh : Dr M G Bagus Kastolani, SPsi., Psi
Sang Pencipta pensil sebelum menciptakan pensil memberikan 5 nasehat kepada pensil ciptaannya tersebut: “Wahai pensil, tugasmu yang pertama dan utama adalah membantu orang sehingga memudahkan mereka menulis. gagal berfungsi sebagai alat tulis. Macet, rusak, maka tugas utamamu gagal. Kedua… agar dirimu bisa berfungsi dengan sempurna, kamu akan mengalami proses penajaman.
Memang menyakitkan, tapi itulah yang akan membuat dirimu menjadi berguna dan berfungsi optimal. Ketiga, yang penting bukanlah yang ada di luar dirimu. Yang penting, yang utama dan yang paling berguna adalah yang ada di dalam dirimu. Itulah yang membuat dirimu berharga dan berguna bagi manusia. Keempat, kamu tidak bisa berfungsi sendirian. Agar bisa berguna dan bermanfaat, maka kamu harus membiarkan dirimu bekerja sama dengan manusia yang menggunakanmu.
Kelima, di saat-saat terakhir, apa yang telah engkau hasilkan itulah yang menunjukkan seberapa hebatnya dirimu yang sesungguhnya. Bukanlah pensil utuh yang dianggap berhasil, melainkan pensil-pensil yang telah membantu menghasilkan karya terbaik, yang berfungsi hingga potongan terpendek.” Sama seperti pensil itu, begitu pulalah diri kita yang berada di dunia ini.
Pertama, hidup harus punya tujuan yang pasti. Apapun kerja, profesi atau pun peran yang kita mainkan di dunia ini, kita harus berdaya guna.
Kedua, akan terjadi proses penajaman sehingga kita bisa berguna optimal, oleh karena itulah, sering terjadi kesulitan, hambatan ataupun tantangan.
Ketiga, bagian internal diri kitalah yang akan berperan. Kita sering menyaksikan banyak artis, ataupun bintang film yang terkenal, justru yang hebat bukanlah karena mereka paling cantik ataupun paling tampan. Tetapi, kemampuan dalam diri mereka, serta semangat merekalah yang membuat mereka menjadi luar biasa. Demikian pula pada diri kita. Pada akhirnya, apa yang ada di dalam diri kita seperti karakter, kemampuan, bakat, motivasi, semangat, pola pikir itulah yang akan lebih berdampak daripada tampilan luar diri kita.
Keempat, pensil pun mengajarkan agar bisa berfungsi sempurna kita harus belajar bekerja sama dengan orang lain. Bayangkan seorang anak buah yang tidak mau diatur atasannya. Mereka semua tidak akan berfungsi sempurna. Terakhir, pensil pun mengajarkan kita meninggalkan warisan yang berharga melalui karya-karya yang kita tinggalkan. Tugas kita bukan kembali dalam kondisi utuh dan sempurna, melainkan menjadikan diri kita berarti dan berharga. •
Penulis adalah psikolog dan kader Muhammadiyah
Sumber : Rubrik Motivasi Majalah SM 19 Tahun 2022