SOLO, Suara Muhammadiyah – Sekolah Muhamamdiyah Besar dan Pusat Pengetahuan disampaikan Kepala SD Negeri Karangasem Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah Sunarto SPd dalam Studi Tiru Meningkatkan Mutu Sekolah dan Optimalisasi Penerapan Kurikulum Merdeka di Aula Sekolah Sehat, Kamis (12/1/2023).
Sunarto saat menyampaikan sambutan saya tahu informasi sekolah ini via website begitu megah dan bisa dibanggakan, terutama juara 1 bidang Ekstrakurikuler tingkat nasional.
“Hadir sebanyak 13 orang, SDN Karangasem lolos sekolah penggerak tahap kedua. SD Negeri ini berada di pedesaan, dengan lolos seleksi sebagai sekolah penggerak di tengah jalan banyak kendala dan pertanyaan, maka hari ini studi tiru di Sekolah Penggerak Berkemajuan Angkatan pertama, seperti generasi sahabat generasi terbaik umat Islam, dan sekolah ini sangat dipercaya masyarakat dan begitu istimewa dalam menterjemahkan kurikulum pada murid,” jelasnya.
Acara dihadiri oleh Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum Imam Priyanto, Kesiswaan SW Winarsi, Humas Jatmiko, Komite Pembelajar Rusmawardah dan tim sekolah.
Kepala Sekolah Penggerak Sri Sayekti saat mulai bercerita bahwa pembelajaran paradigma baru merupakan pembelajaran yang berorientasi pada penguatan kompetensi dan pengembangan karakter yang sesuai dengan Dimensi Profil Pelajar Pancasila.
Adanya Kurikulum Merdeka (KM) memastikan bahwa praktik pembelajaran yang dilakukan di sekolah benar-benar berpusat pada siswa, yang mana setiap siswa dipastikan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya.
“Kurikulum Merdeka dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di dalam kelas (intrakurikuler) dan di luar kelas (kokurikuler dan ekstrakurikuler) dengan pendekatan pembelajaran berpikir tingkat tinggi (HOTs) dan pembelajaran berdasarkan ‘pengalaman belajar’ siswa dalam bentuk Pembelajaran Projek,” ungkapnya mengawali paparan sambutan.
Ia menambahkan, guru dengan pembelajaran paradigma baru. Asesmen awal pembelajaran adalah asesmen yang dilakukan sebelum proses pembelajaran dimulai dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, dan kelemahan siswa merupakan salah satu tujuan utama dari asesmen awal pembelajaran. Dengan mengetahui kompetensi siswa, guru dapat menentukan tingkat kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
“Ciptakan pembelajaran bermakna dan berkualitas melalui Asesmen Awal (AA) dan Pembelajaran berdiferensiasi”. Sebagai guru penggerak, wajib hukumnya memahami kompetensi peserta didik sebelum mengawali pembelajaran. Hal ini untuk memudahkan penentuan metode ajar yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya guru harus menyiapkan perangkat ajar, melaksanakan refleksi dan tindak lanjut hasil refleksi hasil belajar.
“Guru menerapkan model pembelajaran yang bervariasi. Melaksanakan pembelajaran yang esensial. Program membangun karakter, pembelajaran dengan eksperimen untuk meningkatkan kreativitas siswa dan melaksanakan kegiatan umpan balik,” ungkapnya tersenyum. (Jatmiko)