JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi menerima kunjungan rombongan dari pengurus pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Rabu sore (11/1). Kunjungannya tersebut berlangsung di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta.
Adapun tujuan dari kegiatan kunjungannya kali ini untuk bersilaturahmi seraya menyampaikan ucapan tahniah atas keberhasilan Muhammadiyah dalam menyelenggaran perhelatan akbar Muktamar di Surakarta, Jawa Tengah.
Hadir langsung menemani Prof Haedar antara lain, Dr H Muhammad Busyro Muqoddas, MHum, Dr H Agung Danarto, MAg, dr H Agus Taufiqurrahman, MKes., SpS, Prof Dr H Dadang Kahmad, MSi, Muhammad Sayuti SPd., MPd., MEd, dan Dr KH Saad Ibrahim, MA.
Kedatangan LDII ke Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta bertujuan untuk mengeratkan tali silaturahmi dan juga ukhuwah. Ketua Umum LDII, Ir KH Chriswanto Santoso, MSc menyampaikan selain silaturahmi, kedatangannya turut menyampaikan ucapan tahniah atas keberhasilan di dalam menyelenggarakan perhelatan akbar Muktamar di Surakarta, Jawa Tengah.
Chriswanto Santoso menuturkan selain kedua hal tersebut di atas, kedatangannya juga untuk memperkuat gerakan (tansikul harakah) dan persepsi untuk mengangkat derajat umat Islam.
Seturut dengan hal itu, Prof Haedar menyampaikan serta menyampaikan secercah harapan agar seluruh organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam untuk senantiasa memperkuat jantung ukhuwah secara melintasi. Objek dari ukhuwah ini hendak menangkal atas tindakan yang mengarah pada perpecahan dan diskriminasi.
Itulah manifestasi dari bentuk kerja dakwah yang produktif dalam rangka meninggikan kesejahteraan dan martabat umat Islam di Indonesia dapat mudah tercapai.
“Maka di tingkat pusat kita perlu membangun format ukhuwah yang lebih proaktif. Kedua, apa yang bisa kita kerjasamakan untuk bisa mengangkat harkat dan martabat umat Islam ini menjadi khairu ummah (umat terbaik),” katanya.
Kaum muslimin, kata Prof Haedar masih memiliki agenda yang sama untuk mengentaskan umat daripada ketertinggalan di bidang ekonomi, pendidikan, dan politik. “Kuncinya di sana, jika umat Islam keseluruhan dapat membangun ukhuwah yang lebih produktif dan konstruktif dan meninggalkan pola-pola lama yang merawat perpecahan, kita yakin kita bisa maju,” tegasnya.
Memasuki tahun politik, Prof Haedar mengatakan perlunya semua kelompok Islam menyamakan persepsi untuk menjaga jarak dari politik praktis. Namun juga tetap mengawal iklim politik agar berjalan sesuai konstitusi dan demokratis.
Selain itu, Prof Haedar menyebut seiring mulai memasuki pada tahun politik, jantung ukhuwah mengalami kerentanan (keretakan). Sehingga diperlukan pembinaan umat secara menyeluruh sebagai upaya preventif yang bisa dilakukan.
“Menanamkan nilai tadayun atau keberagamaan yang rahmatan lil alamin dan mencerdaskan itu tugas bersama karena kalau tidak, maka penanaman nilai-nilai agama itu diambil alih pihak lain yang tidak moderat. Akibatnya umat dapat ajaran yang instan karena kita lalai membina umat, jamaah dan masjid. Dan jika itu terjadi, maka itu lebih berat daripada kehilangan masjid,” katanya.
Kegiatan silaturahmi ini diharapkan menjadi suluh keteladanan bagi ormas Islam lainnya untuk dapat menguatkan ukhuwah dan berkolaborasi di dalam menjalankan kerja-kerja dakwahnya. Sehingga Chriswanto menyampaikan, “Kita ingin menyampaikan visi persepsi yang sama tentang Indonesia yang saat ini di bidang politik, ekonomi, pendidikan, umat Islam mayoritas mengalami keterpurukan. Maka kami di sini menyamakan visi persepsi terkait langkah, tansikul harakah,” ujarnya. (cris/ppmuh)