Pentingnya Persatuan, Hadapi Tantangan Krisis Ekonomi Global

Pentingnya Persatuan, Hadapi Tantangan Krisis Ekonomi Global

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan acara Pengajian Umum dengan mengangkat topik “Optimis Hadapi Krisis” pada Jumat malam (13/1) secara daring (virtual). Acara tersebut turut mengundang beberapa tokoh seperti Ketua PP Muhammadiyah bidang UMKM, Pemberdayaan Masyarakat, dan Lingkungan Hidup Dr H Anwar Abbas, MM., MAg, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi, Dr Ir Arif Budimanta MSc, Rektor ITB Ahmad Dahlan Jakarta, Dr Mukhaer Pakkanna, SE., MM, dan Kepala Pusat Pengembangan Kader ASN, Dr Mariman Darto, SE., MSi.

Dalam pengajian tersebut, Anwar Abbas mengutip ayat al-Baqarah [2]: 155 yang menekankan bahwa Tuhan akan memberikan cobaan hidup bagi manusia dengan beranekaragam bentuk dan motifnya. Cobaan hidup manusia saat ini dibebankan pada menghadapi situasi krisis seperti krisis keamanan, pangan, kesehatan, dan ekonomi. Hal itu diperparah dengan terjadinya peperangan antar Negara Rusia melawan Ukraina membuat krisis makin berkepanjangan.

Tetapi, menurut Anwar Abbas, semua hal yang terjadi dan menimpa umat manusia di muka bumi, diperintahkan untuk sabar sesuai petunjuk Tuhan.

“Jadi, kita dalam hidup ini tentu akan menghadapi krisis, apakah krisis menyangkut keamanan, pangan, kesehatan, ataupun gizi. Lalu apa petunjuk Tuhan dalam hal ini? Tuhan menganjurkan kita untuk bersabar. Bersabar itu tidak dalam makna pasif menunggu, tapi kita berusaha semaksimal mungkin yang bisa kita lakukan,” katanya.

Bagi Anwar Abbas, krisis paling dirasakan dampaknya saat ini berupa krisis ekonomi. Untuk menghadapi krisis tersebut, maka pihaknya menekankan pentingnya bersatu dari seluruh umat manusia. Karena mustahil menghadapi krisis seorang diri, tanpa adanya kerja sama (teamwork) secara melintasi.

“Kalau seandainya kita hanya mengatasi itu secara sendiri-sendiri, maka beban masalah itu terasa akan sangat bera karena hidup ini sudah terintegrasi sedemikian rupa sehingga akan sulit bagi kita untuk berbuat secara sendiri-sendiri. Oleh karena itu bagi saya secara kolektif—dalam kehidupan berbangsa dan bernegara—persatuan dan kesatuan di antara kita sebagai warga bangsa harus kuat,” ucapnya.

“Dan kalau seandainya apa namanya kita bisa meningkatkan rasa kebersamaan diantara kita maka rasa-rasanya seperti apapun masalah itu akan bisa kita atasi,” sambungnya.

Kunci utama dari menghadapi krisis ini sebetulnya bagaimana mengatur roda perekonomian. Dengan mengaturnya secara bijak, tepat sasaran, dan bisa dimanfaatkan oleh seluruh umat manusia sesuai kebutuhan hidupnya. Yang tak kalah pentingnya, di tengah kehidupan dilanda krisis ekonomi, setiap manusia, lebih-lebih umat Islam harus meningkatkan keimanan dan tawakal kepada Allah. Semua harus yakin bahwa kendati dilanda krisis ekonomi, setiap manusia memiliki takaran rezeki yang telah ditentukan oleh Allah

Jadi, manusia tidak perlu khawatir jika merasa tidak punya rezeki, kecuali bagi manusia yang tidak mau berusaha sama sekali hanya berharap pada pancaran doa, niscaya mustahil memperoleh rezeki. Artinya, agama Islam memerintahkan manusia untuk berjuang mencari rezeki kendati dalam situasi krisis sekalipun.

“Rezeki itu bukan dari negara. Rezeki itu bukan dari teman kita. Rezeki itu adalah dari Allah dan masing-masing kita sudah ada rezekinya,” ucapnya.

Untuk membuka kelapangan rezeki, Anwar Abbas memberikan kunci kuat yang berasal dari petunjuk agama. Yakni dengan mempersambungkan dan memperkuat tali silaturahmi sebagai bagian magnet mengeratkan persatuan. Anwar Abbas mengutip ungkapan dari Panglima Besar Jenderal Sudirman, “Jika kalian ingin menang maka kalian harus kuat untuk bisa kuat kalian harus bersatu untuk bisa bersatu kalian harus rajin bersilaturahmi,” ujarnya.

Sebab, dengan begitu, manusia akan memperoleh cinta kasih dari Tuhan. Dan Tuhan akan angkara murka kepada manusia yang merusak silaturahmi, yakni tidak dimudahkan untuk menggapai rezeki dari Tuhan. Karena silaturahmi sebagai kunci dari terbuka seluas-luasnya aliran rezeki dan memperoleh perpanjangan umur (usia) umat manusia.

“Krisis ini tidak akan bisa kita hadapi secara baik kalau seandainya hati kita sebagai warga bangsa tidak menyatu. Bagi saya peran pemerintah dalam hal ini tentu saja sangat sangat penting, kita harapkan bagaimana pemerintah bisa melakukan hal-hal yang memang akan membuat persatuan dan kesatuan diantara kita akan bisa kuat. Dari situ, maka kita akan menang,” jelasnya.

Wajah Ekonomi 2023

Dalam melongok tahun 2023, wajah perekonomian Indonesia diprediksi dalam kondisi yang tidak baik.  Namun begitu, harus selalu optimis melihat realitas ke depan. Mukhaer mengatakan bahwa wajah ekonomi saat ini diibaratkan sebagai roller coaster, yakni terjadinya naik turun atas pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2022 yang dikenal dengan stagflasi sebagai hantu global. Dan tahun 2023 ini, hal tersebut masih akan terjadi.

Stagflasi sendiri diartikan sebagai suatu kondisi ketika pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan, terjadinya pengangguran yang tinggi, dan inflasi tinggi terjadi secara bersamaan.

“Saat ini kita mengalami pelambatan ekonomi (economic slowdown), mengalami krisis, kemudian lanjut Resesi, kemudian simultan dengan pengangguran tinggi. Kita panen pengangguran saat ini dan diiringi dengan inflasi tinggi kenaikan harga atau melemahnya daya beli masyarakat. Itu bergerak secara berjamaah,” urainya.

Menurutnya, ketika pertunmbuhan ekonomi lambat, pengangguran tinggi, seyogianya inflasi turun karena daya beli masyarakat turun. Tetapi realitas kehidupan era sekarang berkata lain, inflasi justru mengalami kenaikan yang tinggi.  Mukhaer juga mengatakan bahwa resesi dunia akan menyebar pada tahun 2023.

“Jadi 2023 itu akan menyebar resesi tetapi tingkat kedalamannya hanya sebatas lutut atau mata kaki. Saya kira itu kemungkinan yang akan terjadi,” ungkapnya mengutip data dari forum ekonomi dunia.

Mukhaer mengatakan proyeksi ekonomi dunia mengalami keanjlokan. Data yang dihimpun dari Bank Dunia (world bank) menyebut proyeksi ekonomi dunia makin anjlok yang berada di angka 1,7 persen pada tahun 2023. Sementara, Indonesa sendiri dianggap memiliki imunitas dan resiliensi ekonomi yang cukup bagus. Tentu dengan catatan Bank Dunia yang menyebut laju perekonomian dari angka 5,3 menjadi 4,8%.

Kendati demikian, harus diakui bahwa memang wajah ekonomi global pada tahun 2023 ini masih dalam situasi dan kondisi yang penuh dengan ketidakpastian.

“Jadi artinya ekonomi global tahun 2023 ini ya kondisi yang tidak baik-baik saja,” ungkapnya. (Cris)

Exit mobile version