Oleh: Caesar Marga Putri
(PhD student at Universitat de Barcelona dan Ketua Majlis Pemberdayaan Wanita PCIM Spanyol)
Toledo adalah sebuah kota yang pernah dijadikan warisan dunia oleh UNESCO tahun 1986. Kota ini memiliki kekayaan sejarah dan budaya karena Toledo pernah menjadi tempat bermukimnya umat Nasrani, Yahudi dan Muslim secara berdampingan. Toledo terletak di barat daya Madrid sejauh tujuh puluh kilometer dan terletak di bukit Castilla-La Mancha. Perjalanan ke Toledo bisa di tempuh dengan transportasi publik yang sangat mudah dari Madrid, misalnya bus atau kereta api. Kami memilih menggunakan bus karena lebih murah dan hanya memakan waktu tiga puluh menit. Bus akan berhenti di Estacio Autobus Toledo dan kami melanjutkan dengan berjalan kaki menuju kota Toledo sekitar dua kilo meter. Seperti kota lain di Spanyol yang berada di atas bukit, pemerintah selalu menyediakan eskalator untuk mengaksesnya, hal ini juga untuk memfasilitasi para lansia dan penyandang disabilitas. Jadi bagi kita yang enggan untuk menyusuri jalan menanjak, bisa menggunakan eskalator bertingkat lima yang telah disediakan bagi para pengunjung Toledo.
Di depan gerbang masuk menuju eskalator yang akan mengantar kami naik ke kota Toledo, kami melihat bangun yang sudah runtuh sebagian khas arsitektur islam. Sedikit menengok sejarah, awalnya Toledo dikuasai bangsa Romawi, namun direbut bangsa Visigoth sekitar abad ke-5, kemudian tahun 711 Masehi diambil alih oleh bangsa Moor dibawah dinasti Umayyah yang kala itu kekuasaanya mencapai semenanjung Iberia yaitu Spanyol dan Portugal. Salah satu jendaral yang terkenal dalam menaklukkan Andalusia adalah, Thariq bin Ziyad. Pada saat penaklukan tersebut, Andalusia mengalami konflik internal antara raja Roderick dan ratu Yulian yang merupakan mantan gubernur Roderick. Thariq bin Ziyad terkenal taat dan menghormati umat lain, yaitu kaum Nasrani dan Yahudi. Sebelum Thariq menakklukan Andalusia, kaum Yahudi merasa terpojok oleh kekuasaan Raja Roderick.
Semua bukti sejarah pemerintahan dinasti Umayyah hingga jatuh ke tangan Raja-raja Katolik, terekam jelas di Museo del Ejército. Museum yang menjadi tujuan kami pertama kali di Toledo ini, berada menyatu dengan Istana Alcázar. Alcázar berasal dari kata “Al-Qasar” yang berarti benteng sebagaimana fungsinya bahwa Toledo menjadi benteng kerajaan islam yang berpusat di Cordoba. Sebagai situs sejarah, museum dan istana tersebut sangat dijaga eksistensinya. Sehingga ketika memasuki museum, seluruh bawaan pengunjung harus melewati mesin pengecekan keamanan seperti di bandara. Sayangnya hanya museum Ejército yang dibuka, sedangkan istana Alcázar ditutup, saya berusaha mengkonfirmasi kapan dibuka, namun staff tidak bisa memastikan kapan istana tersebut akan dibuka kembali.
Di dalam museum yang terdiri dari empat lantai yang di dalamnya terdapat reruntuhan sebagian bangunan istana Alcázar ini, saya seperti berada di masa dinasti Umayyah, miniatur prajurit yang menunggang kuda, peralatan seperti pisau, pedang, tempat air dan ketapel semua tersimpan rapi di etalase kaca disertai dengan keterangan tertulis maupun audio. Berbagai bedera-bendera bertulisakan huruf arab dan juga mata uang dengan angka Arab masih tersimpan dengan baik. Kami memasuki ruang audio visual untuk menyimak sejarah Andalusia, sejak sebelum ditaklukan Umayyah, pada masa Umayyah hingga ketika Jatuh ke tangan raja katolik pada tahun 1492 dan berubah nama menjadi Spanyol. Selesai menjelajahi sejarah Andalusia dibawah dinasti Umayyah, kami menuju ruangan museum yang menunjukkan awal mula kerajan Spanyol didirikan, di ruangan ini kami bisa menyaksikan bendera-bendera wilayah di bawah kekuasaan katolik, Spanyol dan juga peralatan perangnya.
Puas menikmati museum dan foto di depan istana Alcázar, kami menuju ke sebuah masjid yang dibangun tahun 999 Masehi bernama Bāb al-Mardūm kemudian berubah menjadi gereja ketika Andalusia jatuh, dan diberi nama Mezquita del Cristo de la Luz, atau Cristo de la Luz Mosque. Bangunan yang kental dengan arsitektur islam dengan pilar-pilar bundar dan dinding-dingding melengkung ini, masih berdiri kokoh dengan banyak lukisan di dinding dan lagit-langit yang mulai pudar. Bangunan ini sepertinya tidak pernah digunakan untuk aktivitas keagamaan dan lebih untuk kunjungan wisatawan, seketika pikiran saya melayang membayangkan jika bangunan tersebut masih menjadi tempat solat, pasti lantainya bersih dan lebih terawat, namun begitulah perjalanan sebuah kehidupan, ada yang tinggal sejarah.
Kami kemudian mulai menikmati kota Toledo dengan arsitektur bangunannya yang indah. Tembok-tembok bangunan didominasi dari bata tanah liat dan batu alam, yang konon menjadi andalan arsitektur islam seperti pembangunan Piramid di Mesir. Jalanan dan gang di Toledo dikeraskan dengan menggunakan bahan batu alam, menyusurinya melewati pintu-pintu lengkung penghubung antar jalan, seperti memasuki labirin masa lalu dinasti Umayyah. Tak terkecuali balkon bertutup rapat, yang dulu diperuntukkan melindungi wanita muslim agar bisa melihat keluar namun tidak bisa dilihat dari luar manambah kecantikan kota Toledo. Menyusuri kota Toledo banyak kami temui toko-toko souvenir cantik berbahan baku kulit dan logam, seperti pedang, pisau, teko dan lainya, yang merupakah warisan Umayyah dan menjadikan Toledo menjadi pusat kerajinan logam Spanyol. Ada yang menarik, di sini saya menemukan toko souvenir dengan nama Medina, dengan warna hijau yang merupakan warna identitas umat muslim.
Selesai menikmati kota, kami kembali menyusuri jalanan meunju Catedral Primada de Toledo, bangunan yang sangat besar dan megah ini juga bisa disebut Toledo Cathedral. Sebuah bangunan gereja katolik Romawi yang dibangun sekitar abad 13. Berjalan sekitar dua puluh meter dari Cathedral terdapat sebuah paroki bertembok batu bata dengan menara khas menara masjid. Sebuah pemandangan yang membuat pikiran saya melayang mengumpulkan memori-memori tentang bangunan di Timur Tengah seperti di Madinah atau Mekkah. Di depan gereja terdapat sebuah plaza yang digunakan untuk Christmas market atau pasar Natal karena saat ini Spanyol masih musim libur Natal dan tahun baru.
Mengakhiri perjalanan di Toledo, kami menyempatkan berkunjung ke Unversidad Castilla La Mancha. Tidak lupa kami mengambil foto sisi banguanan universitas yang sangat identik dengan arsitektur islam. Kesan yang terus terpatri ketika meninggalkan Toledo adalah sebuah wilayah indah yang di kelilingi sungai Tajo, atau sungai Tagus, menjadi saksi kejayaan islam di Andalusia, melahirkan sebuah sejarah yang selalu dikenang umat manusia dan memberikan pelajaran bagi generasi setelahnya.