YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah — Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi menghadiri kegiatan Seremoni Penerjunan KKN Reguler Tematik dan Kebencanaan “Recovery Cianjur” Semester Gasal Tahun Ajaran 2022/2023 secara video conference yang diselenggarakan oleh Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Kegiatan tersebut dilaksanakan bertempat di Sportorium UMY, Rabu (18/1) dan dihadiri sebanyak 2.663 mahasiswa KKN yang akan melaksanakan tugasnya di pelbagai wilayah seperti DIY, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Dalam amanahnya, Haedar menyampaikan ucapan tahniah kepada peserta KKN UMY yang pada hari ini resmi diterjunkan menjalani masa-masa KKN yang bersifat lintas daerah. Menurutnya, KKN dalam konteks akademik merupakan manifestasi dari penyatuan catur dharma perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah.
“Kegiatan KKN sebagai bagian dari catur dharma bukan hanya rutin semata, tapi harus menjadi proses pembelajaran bagi seluruh mahasiswa KKN yang tersebar di berbagai daerah maupun di luar negeri,” katanya.
Guru Besar Ilmu Sosiologi UMY itu menekankan bahwa KKN bagi mahasiswa sangat relevan. Sebab hal itu menjadi wahana untuk mempelajari komunitas yang ada di sekitar lokasi KKN. Menurutnya, komunitas sebagai suatu masyarakat yang memiliki kondisi sosiologis tertentu yang sifatnya sangat unik dan khas.
“Maka, tugas utama para mahasiswa di manapun berada tentunya perlu belajar memahami realitas kehidupan masyarakat sebagai bagian dari ilmu yang anda peroleh apapun latar belakang dan disiplin ilmunya, tetap melekat dengan kehidupan empiris masyarakat,” ucapnya.
Baginya, ilmu tidak cukup hanya untuk dipelajari. Dan ilmu tidak cukup hanya sebatas khazanah pengetahuan semata. Tetapi ilmu harus dijadikan alat untuk memahami realitas dan juga menyelesaikan pelbagai persoalan-persoalan hidup manusia dengan ilmu yang dimiliki.
“Cara kerja menyelesaikan pelbagai masalah dan persoalan-persoalan itu yang berbasis pada ilmu akan berbeda. Yakni menyelesaikan masalah dengan insting atau pembiasan semata-mata. Di sinilah pentingnya memahami realitas kehidupan masyarakat dengan berbasiskan pada ilmu,” tuturnya.
Haedar mengingatkan peran sentral mahasiswa UMY yang akan melaksanakan KKN agar mempergunakan ilmu yang telah diperoleh selama studi di kampus. Sehingga ilmu itu dapat ditransfer kepada masyarakat dan masyarakat memperoleh nilai-nilai kemanfaatan dari ilmu tersebut. Sebab, mahasiswa dari menjalani kuliah di UMY telah mengejawantahkan nilai-nilai Islam yang dalam tesmak Muhammadiyah dikenal sebagai Islam Berkemajuan.
“Maka kehadiran mahasiswa yang ditempatkan (di pelbagai lokasi KKN), bawalah, sebarkan, dan tunjukkan pandangan Islam yang membawa kemajuan bagi kehidupan masyarakat. Agama harus menjadi nilai utama dalam mengarahkan perjalanan hidup manusia. Biarpun nanti dalam setiap masyarakat berbeda agama, tetapi hadirkan Islam sebagai dinul ar-rahmah (Islam yang menebar rahmat),” katanya.
Dari situ, mahasiswa KKN UMY dapat memiliki pandangan utuh dan mampu menunjukkan sikap tasamuh biarpun masyarakat berbeda agama, tidak menjadi aral melintang untuk berinteraksi, berkhidmat, dan berbuat yang terbaik bagi kehidupan masyarakat.
Menurutnya, dalam memahami masyarakat sangat berkelindan dengan memahami hidup bersama secara kolektif. Dalam bingkai kehidupan kolektif itu terdapat keragaman masyarakat yang harus menjadi kekuatan perekat dan yang menjadi alat mempersatukan masyarakat.
“Maka kehadiran anda di manapun berada harus menjadi kekuatan pemersatu. Jangan sampai kehadiran anda di masyarakat berbeda justru menimbulkan masalah. Pandai-pandai untuk hidup bersama masyarakat menyelami tradisi, kebiasaan, dan kondisi masyarakat setempat. Sekaligus belajar arif di dalam kehidupan bermasyarakat biarpun untuk sementara selama waktu KKN,” tegasnya.
Di akhir sambutannya, Haedar berharap kepada segenap mahasiswa KKN UMY dengan menjalani KKN itu, mampu memberikan pengalaman dan memperkaya kecendekiaan dan intelektualitas sebagai seorang calon sarjana, akademisi, ilmuwan dan lebih jauh lagi menjadi seorang ulul al-bab (berakal dan berpikir).
“Dengan ilmu dapat mencerahkan masyarakat. Dengan ilmu memajukan masyarakat. Dengan ilmu membangun peradaban masyarakat,” tutupnya. (Cris)