SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah Boarding School (MBS) Yogyakarta telah menjadi kebanggaan Muhammadiyah, bukan hanya di DIY tetapi bahkan tingkat nasional. Kebanggan ini diungkapkan langsung oleh Prof Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Buya Haedar hadir dan meresmikan langsung gedung kelas putra terpadu PPM MBS Yogyakarta. Turut hadir dalam peresmian tersebut Ustadz Jamaludin Ahmad, Ustadz Fathurrahman Kamal Lc, MSI, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY Drs H Gita Danu Pranata, SE., MM, Mantan Bupati Sleman Drs H Sri Purnomo dan sejumlah undangan.
Dalam kesempatan yang sama, Buya Haedar turut menandatangani Serat Darmajati HPT yang disusun menggunakan aksara Jawa oleh guru Bahasa Jawa dan santri PPM MBS, serta menandatangani modul akselerasi saintek, sosial humaniora dan Timur Tengah.
Buya Haedar mengucapkan selamat dan mengapresiasi capaian MBS, utamanya dalam rencana pembangunan gedung yang cukup megah. Ia menuturkan, bahwa semangat kemandirian yang dimiliki MBS tersebut menjadi cermin hebatnya Muhammadiyah.
“Etos, semangat, prestasi yang dicapai MBS ini sebagaimana dicapai oleh lembaga pendidikan Muhammadiyah, dan amal usaha serta seluruh gerakan Muhammadiyah, tidak lain memang melekat pada karakter Muhammadiyah,” tutur cendekiawan Indonesia ini.
Prof Haedar juga menyinggung perihal kata “Modern” yang ada pada nama lembaga pendidikan MBS ini melekat pada Muhammadiyah dan lembaga Muhammadiyah. Sebab Muhammadiyah yang didirikan Kiai Dahlan ini melekat pada gerakan Islam pembaharuan.
Belum usai atas rasa bangganya terhadap PPM MBS, Buya Haedar juga mengungkapkan kebanggaannya atas tersebarnya kader-kader Muhammadiyah dari PPM MBS di perguruan tinggi luar Negeri.
Pasalnya beberapa waktu lalu ia mendapat laporan bahwa sejumlah alumni MBS Yogyakarta diterima melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar. Hal itu tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Persyarikatan Islam pembaharuan ini.
“Saya mendapat laporan 22 lulusan MBS diterima di Al-Azhar (Mesir), kemudian 10 di Sudan, ini merupakan capaian luar biasa. Tentu kedepan akan lebih banyak lagi. Tetapi ingat, di dalam negeri pun jangan kecil hati karena sama berkualitasnya,” kata Prof Haedar, saat meresmikan gedung baru kelas putra di PPM MBS Yogyakarta, Sabtu (21/1/2023).
Kebanggaan Muhammadiyah ini menyusul adanya prestasi universitas Muhammadiyah dibeberapa daerah yang menempati rangking atas, dalam penilaian universitas Islam terbaik.
“PTN, PTM (Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah) di Indonesia sudah berada di papan atas, baik nasional maupun internasional. Bahkan kalau membaca dari Islamic University, UM Malang, UMS, berada di posisi paling atas dari Universaitas Islam Internasional,” ujar Prof Haedar.
Menurut Buya Haedar, yang menjadi permasalahan seringnya hanya soal rasa, dan itu soal biasa. Prof Haedar mengibaratkan bahwa rumput hijau milik sendiri tampak kuning, sementara rumput kuning lebih hijau karena sering dilihat, maka banyak yang pindah ke rumput tetangga.
Lebih lanjut ia menjelaskan, bahwa agama mengajarkan tawasuth (sikap di tengah-tengah). Oleh karena itulah, Buya Haedar mengingatkan agar objektivitas sebagai sunatullah tetap harus menjadi milik kita.
“Sehingga nanti baik yang diterima di perguruan tinggi Muhammadiyah dalam negeri—kita sudah punya satu di University Muhammadiyah Malaysia, maupun yang diterima di perguruan tinggi negeri lain, di swasta bahkan di luar negeri, itu ekuivalen memiliki tingkat kualitas yang tidak jauh beda bahkan relatif sama,” paparnya.
Ketum yang kembali terpilih dalam Munas Muktamar Muhammadiyah di Solo ini juga menegaskan bahwa pada akhirnya, semuanya akan tergantung pada siswa-siswi itu sendiri. Hal ini penting agar kebanggan itu hidup pada setiap jiwa alumni MBS Yogyakarta, di mana pun ia ada dan diterima.
Kebanggaan itu, kata Prof Haedar yang menjabat hingga 2027 mendatang, akan memunculkan NAC (Net for Achivement) atau niat yang berlipat ganda. Bahwa kita bisa berprestasi dan khoirunnas anfahumlinnas di mana pun kita berada.
Kuncinya pada motivasi terbaik kita yang selalu hidup di dalam diri. Dengan itu diharapkan diaspora—penyebarluasan lulusan dari madrasah, sekolah dan pesantren dari seluruh lembaga pendidikan Muhammadiyah dasar dan menengah—menjadi semakin luas dengan kualitas, militansi semangat, orientasi berpikir, tindakan dan uswah hasanahnya semua relatif sama. (ft/cris)