SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – Belajar Bahasa Jawa. Gotong royong merupakan salah satu dimensi yang termuat di dalam Profil Pelajar Pancasila. Konsep gotong royong perlu ditanamkan dalam diri murid untuk menumbuhkan rasa empati antarteman. Hal tersebut bisa dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga hasil yang diperoleh akan lebih bermakna.
Seperti yang dilakukan Ima Halimatus Sa’diyah, guru Bahasa Jawa kelas II SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta. Ia menggunakan kombinasi metode diskusi dan sosiodrama dengan media pembelajaran Kartu Tebak Solusi Peran (KTSP) dalam pembelajaran tembang dolanan Bahasa Jawa, Selasa (24/1/2023).
“Penggunaan media KTSP yang berisi stimulus kejadian ini merupakan variasi pengajaran dari KD 3.1, melalui tembang dolanan bertema gotong royong aplikasi media KTSP ini akan lebih menarik dan menyenangkan bagi murid,” imbuhnya.
Alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat media KTSP di antaranya, kertas hard cover yang dipotong berbentuk kartu layout portrait dengan ukuran 15 cm x10 cm. Kartu ini didesain dengan kantong pada bagian belakang untuk menyimpan stimulus kejadian yang akan dicari solusinya oleh murid.
Selanjutnya, Ima menyampaikan terlebih dahulu langkah-langkah pembelajaran menggunakan media KTSP. Langkah pertama, guru akan membentuk kelompok secara heterogen dengan masing-masing kelompok beranggotakan 3-4 murid.
Langkah kedua, guru membagikan lembar kerja kelompok kepada masing-masing kelompok untuk diberi identitas.
Langkah ketiga, guru menunjuk salah satu kelompok untuk tampil di depan kemudian memilih salah satu kartu yang disediakan. Apabila kartu sudah dipilih, kelompok yang maju bisa mengambil kertas berisi stimulus kejadian pada bagian belakang. Kertas stimulus ini berisi kejadian yang nantinya percakapan yang terdapat di dalamnya akan diperankan anggota kelompok yang tampil.
“Setiap kelompok secara bergantian akan maju dan merasakan bermain peran dengan menggunakan media pembelajaran KTSP. Contoh stimulus peristiwa yang diperankan di antaranya rumah teman kebanjiran, teman terjatuh di lorong sekolah, lingkungan sekolah kotor, dan kerja bakti di lingkungan sekitar”, tambah Ima.
Langkah keempat, setelah dialog diperankan, kelompok yang lain bertugas mencari simpulan peristiwa yang terjadi. Guru akan memberi waktu lima menit untuk berdiskusi dan mencari solusi gotong royong yang bisa dilakukan dari peristiwa yang terjadi.
Langkah kelima, guru bersama dengan murid membuat simpulan secara lisan dari solusi gotong royong yang telah ditemukan.
Keseruan penerapan media ini bertambah dengan adanya beberapa kartu zonk yang diselipkan di media KTSP. Apabila murid mendapatkan kartu zonk, dia tidak akan bermain peran melainkan akan diberi tantangan kelompok berupa nembang dolanan, menyebutkan basa krama angka, dan menirukan suara hewan. Tantangan tersebut harus dipraktikkan bersama di depan kelas.
Salah satu murid kelas II, Tsaqib Al Faruq Istanto, sangat antusias mengikuti pembelajaran Bahasa Jawa kali ini.
“Setiap kelompok harus berpikir secara cepat dan tepat untuk mencari solusi pemecahannya sebelum waktu yang ditentukan habis. Dan kita selalu bersorak apabila kelompok kita tidak mendapatkan kartu zonk,” pungkasnya. (Nikmah Hidayati)