Mengelola Perubahan di PTMA dalam Perspektif Islam

Mengelola Perubahan di PTMA dalam Perspektif Islam

KUDUS, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) menyelenggarakan kegiatan Pengajian Rutin pada Senin (30/1) secara daring. Acara dibuka oleh Dr Ns Rusnoto, SKM, SKep., MKes (Epid) selaku Rektor UMKU. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Irwan Akib, MPd.

Dalam tausyiyahnya, Irwan Akib menjelaskan bahwa Perubahan dalam organisasi merupakan keniscayaan. Setidaknya perubahan meliputi 2 tahap. Pertama, Seluruh sistem dalam organisasi. Kedua, Memperbaiki kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, dan disisi lain mengupayakan perubahan perilaku.

Sementara langkah-langkah untuk melakukan perubahan dengan menjalankan beberapa hal berikut. 1. Melakukan sesuatu dengan cara baru. 2. Mengikuti jalur baru. 3. Mengadopsi teknologi baru 4. System baru. 5. Prosedur manajemen baru. 6. Penggabungan. 7. Melakukan reorganisasi. 8. Peristiwa yang bersifat mengganggu (disruptive)

Menurut Irwan Akib yang juga Guru besar Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universias Muhammadiyah Makassar menjelaskan bahwa tradisi perubahan yang dilakukan Persyarikatan Muhammadiyah sudah dilaksanakan sejak zaman kepemimpinan KH. Ahmad Dahlan. Yakni dengan beberapa karakter dengan mengutip: Jujur, saleh, sederhana, tidak sombong, dan tidak suka mencela, tidak takabbur, luas pergaulan,  rendah hati, mujahid, dan mujadid.

Irwan Akib menjelaskan bahwa Muhammadiyah sebagai pioner perubahan dalam bentuk kepeloporan, hasil pemikiran dan tindakan (manusia amal). Adapun contoh nyatanya adalah Meluruskan arah kiblat, shalat id di lapangan, Pembinaan ummat secara melembaga, Sekolah Islam Modern, PKO, Panti anak yatim dan pelayanan social, Taman Pustaka dan Suara Muhammadiyah, dan Organisasi Perempuan – Aisyiyah.

Irwan Akib menegaskan kembali bahwa tanggal 17 Juni 1920 Pukul 21.00 Rapat Hoofd Bestur Muhammadiyah dipimpin KH A. Dahlan hadir 200 anggota dan simpatisan membuat strategi dalam mengelola perubahan dalam 4 (empat) langkah, yaitu :

Pertama,  HB Muhammadiyah bahagian Sekolahan (HM. Hisyam), dengan cara memajukan pendidikan dan pengajaran, menegakkan Gedung Universiteit Muhammadiyah yang megah – mencetak sarjana Islam dan Mahaguru Muhammadiyah – Untuk kepentingan Islam dan Muhammadiyah

Kedua, HB Muhammadiyah bahagian Tablig (HM. Fakhruddin), dengan cara mengembangkan agama Islam dengan jalan bertabligh, membangun surau, langar dan masjid (tempat pengajian dan ibadah, madrasah Mubalighin), membina pondok luhur yang modern, dan mencetak ulama yang ulung lagi modern.

Ketiga, HB Muhammadiyah bahagian Pustaka (HM. Mokhtar) dengan cara Menyiarkan agama Islam secara Muhammadiyah (selebaran cuma2, majalah bulanan berkala atau tengah bulanan, menerbitkan buku-buku agama dan ilmu pengetahuan, membangun Gedung taman Pustaka)

Keempat, HB Muhammadiyah bahagian Penolog Kesengsaraan Umum (HM. Syuja) dengan cara Membangun hospital, menolong kepada umum yang menderita, membangun armenhius (rumah miskin) dan membangun weeshuis (rumah yatim).

Sedangkan strategi mengelola perubahan Persyarikatan Muhammadiyah Islam berkemajuan dengan 2 (dua) langkah, yaitu :

Pertama, membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan, dengan cara :

  1. Memberikan jawaban atas problem-problem kemanusiaan berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan persoalan-persoalan lainnya yang bercorak struktural dan kultural.
  2. Menjawab masalah kekeringan ruhani, krisis moral, kekerasan, terorisme, konflik, korupsi, kerusakan ekologis, dan bentuk-bentuk kejahatan kemanusiaan.
  3. Mengembangkan relasi sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi, memuliakan martabat manusia laki-laki dan perempuan, menjunjung tinggi toleransi

Kedua, gerakan pencerahan, dengan cara :

  1. Mengembangkan strategi dari revitalisasi (penguatan kembali) ke transformasi (perubahan dinamis) untuk melahirkan amal usaha dan aksi-aksi sosial kemasyarakatan yang memihak kaum dhu’afa dan mustadh’afin serta memperkuat civil society (masyarakat madani) bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
  2. Berpijak pada koridor tajdid yang bersifat purifikasi dan dinamisasi, serta mengembangkan orientasi praksis untuk pemecahan masalah kehidupan.
  3. Pembinaan keagamaan semakin dikembangkan pada pengayaan nilai-nilai aqidah, ibadah, akhlak, dan mu’amalat dunyawiyah yang membangun keshalehan individu dan sosial yang melahirkan tatanan sosial baru yang lebih relijius dan humanistic. (Supardi/Cris)
Exit mobile version