Perihal Pembakaran Al-Quran dan Ekstrimisme Kanan 

Perihal Pembakaran Al-Quran dan Ekstrimisme Kanan 

Oleh : Mansurni Abadi

(Pengurus bidang riset dan pengembangan keilmuwan IMM Malaysia, Penggerak Literasi alternatif di Malaysia bersama Nadi siswa Malaysia)

            Bukan kali ini saja, oknum-oknum dari wilayah bumi utara yang identik dengan peradaba maju   serta  selalu mendikte kita yang ada dibelahan bumi selatan tentang Hak asasi Manusia, Demokrasi, sampailah pada persoalan pembangunan ekonomi memperlihatkan kelakuan konyol sekaligus bodoh atas nama kebebasan berekspresi yang menjurus pada pembakaran kitab suci Al-quran sehingga membuat masyarakat muslim di seantero dunia meradang.

Terlepas dari narasi-narasi lipstik dari segelintir kelompok  yang terlampau moderat yang menyebarkan wacana, kecurigaan, dan himbauan agar umat muslim  tidak terlalu bahkan perlu untuk marah .namun  tetap saja persoalan yang menyentuh ghiroh keagamaan memang tidak bisa di kompromi.

Meskipun kita tidak setuju dengan kemarahan yang melampaui batas karena bertentangan dengan ajaran islam itu sendiri , namun kita pun perlu bersuara tentang keadilan dan didikan agar kejadian serupa dapat segera di tindak  dan tidak dianggap sebagai perilaku yang normal atas nama kebebasan di masa depan , apalagi ditengah masyarakat yang beragam.

Ada reaksi maka adapun aksi adalah hukum yang paling natural diplanet ini sekaligus yang perlu kita waspadai karena bisa sangat merusak. apalagi ketika sensitivitas tergugat sehingga  yang terjadi di lapangan melampaui sekedar wacana akademis tentang apakah umat muslim yang marah itu membela agama atau membela tafsir agamanya.  apalagi wacana moralis yang mempertanyakan ke-aliman para pembela agama itu. Sebenarnya  baik, wacana akademis dan moralis yang dipertanyakan mereka yang paling moderat itu bisa di pertanyakan balik ke mereka yang menyulut reaksi.

Membandingkan agama islam dengan agama lain dalam persoalan pembakaran Al-Quran saja jelas kurang tepat karena ada perbedaan tentang semangat keagamaan  dan apa yang dimaksud suci antara islam dan agama-agama lainnya.  Saya pernah membaca buku berjudul Memories of Muhammad dari Omar Safi yang berkata setiap teks yang memuat nama-nama Tuhan adalah suci didalam islam. Didalam islam, Tuhan mewahyukan dirinya melalui teks, sehingga teks seperti Al-Quran merupakan hal yang sangat penting dalam agama Islam.

Oleh karena itu, bagi umat muslim barangsiapa yang membaca Al-Quran adalah ibadah dan secara praksis Quran juga menjadi rujukan dan panduan bagi kehidupan seorang muslim .   Dibuku lainnya tentang Quran yang ditulis oleh inggrid matson berjudul The Story of the Qur’an: Its History and Place in Muslim Life yang tengah saya baca ketika menulis artikel ini diterangkan jika  Umat Islam sangat memahami aspek penting dari “ketaktertiruan” Al-Qur’an ini melalui medium linguistiknya, baik melalui medium bacaan maupun bunyi yang bisa mempengaruhi jiwa umat manusia. Dalam ajaran islam, Al-Quran juga dipandang sebagai As-shifa (penyembuh), baik bagi  jiwa maupun fisik

 

Maka menjadi wajar karena signifikansi Al-Quran yang amat sangat penting ini. umat islam  memperlakukan al-Quran  dengan  adab . Persoalan suci  jug  tidak dapat diganggu gugat melalui tafsiran-tafsiran akademis  karena melibatkan prinsip sami’na wa atho’na (kami dengar dan kami taat). Argument yang berkata jika Allah sudah berkata haram, maka opinimu tidak penting sebenarnya tepat apalagi dalam konteks akidah meskipun dalam hal muamalah akan banyak penafsiran.

Didalam agama lain pun, tentu ada hal-hal suci yang jika disentuh apalagi dipelintir akan  memancing kemarahan komunitas agama tersebut.   Cobalah anda saksikan dokumenter  dari vice berjudul How Hindu Nationalism Threatens India’s Muslims disitu di gambarkan tentang tindakan dari sekelompok  umat hindu yang merazia truk-truk yang mengangkut sapi yang kebetulan dikendarai oleh umat muslim. Meskipun umat islam di India tidak melakukan tindakan provakatif seperti menyembelih sapi secara terang-terangan didepan umat Hindu.   Namun tetap saja penganiayaan terjadi kepada merekayang tertangkap sebagai hasil dari pelintiran kebencian yang kian menguat terhadap komunitas islam.

Tapi perlu juga kita ingat jika didalam agama hindu, sapi merupakan binatang suci yang harus di jaga.  jadi jika Rasmus Poludan si pembakar Quran itu  misalnya datang ke india atau area di negaranya yang dihuni oleh komunitas hindu lalu memotong sapi  dihadapan mereka, hal yang tidak mengenakkan kemungkinan akan dia terima.  Di Yerussalem saja sempat terjadi penusukan oleh seorang Rabbi Yahudi saat parade LGBTQ dilaksanakan di wilayah yang mereka anggap suci.

Ekstrimisme Kanan : radikalisme yang luput dari pembahasan

            Ekstrimis sayap Kanan begitulah julukan yang identik Rasmus Paludan dan konco-konconya yang sebelumnya juga membakar Al-Quran dan anti terhadap komunitas Muslim serta agama mereka .  Seringkali pembahasan kita perihal radikalisme dan ekstrimisme hanya disempitkan pada faktor agama. sampai lupa, di belahan bumi lainnya bahkan mungkin di Indonesia sekalipun ada jenis radikalisme dan ekstrimisme lain yang bukan berasal dari faktor agama.  Ideologis ekstrimis entah itu sayap kiri maupun sayap Kanan  pada dasarnya bersumber dan bergerak atas nama kebencian terhadap yang lain yang seringkali bertopengkan identitas keagamaan , kesukuan, maupun kebangsaan.

Meskipun ada anggapan daya rusaknya lebih kecil jika dibandingkan dengan yang  berlatarkan agama bukan berarti ekstrimisme dan radikalisme non agama tidak memiliki daya rusak yang signifikan bahkan tidak jarang perbuatan mereka selain dapat memancing  protes yang  berujung kekerasan diseluruh dunia terutama di Negara-negara dengan mayoritas Islam.  seperti pada kasus karikatur Nabi Muhammad oleh majalah Denmark dan Prancis yang mengakibatkan demonstrasi berujung kekerasan di berbagai Negara muslim yang menyebabkan banyak orang tewas, baik dari pihak aparat maupun masyarakat.

Coba juga untuk kembali membaca sejarah  tentang perilaku ekstrimis dan radikalis non agama  yang juga dapat  membunuh manusia dalam jumlah banyak seperti pada pembantaian Yahudi oleh Nazi pada perang dunia pertama; Pembantaian  Greensboro pada tahun 1976  oleh Klu Klux Klan yang menyebabkan lebih dari 5 orang tewas; serangan di Oslo and Utøya,Norwegia oleh Andres Behring Breivik (pengikut Neo Nazi) yang menyebabkan 77 orang tewas ; dan serangan Di Masjid di kota  Christchurch, Selandia baru oleh Brenton Harrison Tarrant pada tahun 2019 yang menyebabkan 51 orang tewas .

Modus operandi yang digunakan ekstrimis sayap Kanan sama seperti ekstrimis lainnya dengan menutup ruang dialog, mendokrinisasi tentang superioritas dari identitas dan pemahaman mereka,  membangun jurang perbedaaan antar kelompok melalui logika kita vs mereka, membangun musuh bersama diantara kelompok yang sealiran dengan mereka,  dan menguatkan ketakutan publik sekaligus meyakinkan apa yang mereka lakukan untuk melindungi mereka dari ancaman yang sebenernya mereka ciptakan sendiri sehingga mereka mendapatkan simpati publik atas aksi-kasi yang  mereka lakukan.

Kalau menurut Annie Benveniste dan Etienne Pingaud dalam artikel mereka berjudul Far-Right Movements in France:The Principal Role of Front National
and the Rise of Islamophobi
 dalam konteks Eropa, ekstrimisme sayap kanan memposisikan Islam sebagai ancaman bagi peradaban barat. Selain itu mereka juga terhadap immigrant yang sebagian besar berasal dari Negara-negara muslim. Isu Adanya islamisasi eropa kemudian mengundang berbagai kelompok sayap kanan bersatu untuk satu tujuan yaitu menyebarkan sentiment anti islam untuk meraih dukungan publik di Eropa.

Merespon ekstrimisme dengan ekstrimisme begitupun juga dengan radikalisme melalui radikalisme jelas merupakan tindakan  yang kurang tepat. Bak, menyiram bensin di benda yang sudah terbakar. Kita tentu bersetuju dengan adanya protes yang dilakukan umat islam namun membelokkan protes itu hingga mengakibatkan kita saling berbenturan jelas harus dihindari. Kita perlu ingat kembali,   daya rusak ekstrimisme dan radikalisme jenis apapun  akan sama-sama fatal dan lakunya merupakan antitesa dari perdamaian.

Yang perlu kita lakukan selain menuntut penegakan hukum maupun melakukan upaya boikot.  juga melakukan penguatan dialog dan interaksi damai antar kelompok yang berbeda sembari menegaskan untuk tidak memberikan ruang bagi pihak-pihak yang seperti untuk ada ditengah-tengah masyarakat . akhirul kalam sebagai kader Muhammadiyah marilah terus menerus melakukan counter aksi maupun narasi yang menepis islamophobia dari pihak luar sembari meng-counter peluang terjadinya aksi-aksi serupa dari internal umat islam sendiri.

Exit mobile version