Ulama Perempuan Memperkuat Peran Strategis ‘Aisyiyah

Ulama Perempuan Memperkuat Peran Strategis ‘Aisyiyah

Ulama Perempuan Memperkuat Peran Strategis ‘Aisyiyah

Ulama Perempuan Memperkuat Peran Strategis ‘Aisyiyah

YOGYAKARTA, Suara Muhammasiyah – Peran ulama ‘Aisyiyah sangat penting dalam penguatan peran strategis ‘Aisyiyah. Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah menyampaikan hal ini dalam kegiatan Pendidikan Kader Ulama ‘Aisyiyah, Cadre Chapter I pada Senin, (30/1/2023). Acara yang dilaksanakan oleh Majelis Pembinaan Kader (MPK) Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah ini dilakukan secara hybrid dan diikuti oleh kader ulama ‘Aisyiyah seluruh Indonesia.

Acara ini disebut Salmah merupakan sinergi antar majelis pertama yakni antara MPK dan Majelis Tabligh dan Ketarjihan yang dilakukan setelah kepengurusan ‘Aisyiyah periode 2022-2027 terbentuk. “Ini menanggapi hasil Muktamar ke-48 ‘Aisyiyah beberapa waku lalu terkait 10 Isu Strategis yang dilakukan diantaranya penguatan peran strategis umat Islam dalam penguatan bangsa. Peran ini diantaranya tidak terlepas dari para ulama ‘Aisyiyah yang tersebar di seluruh Indonesia,” ujar Salmah.

Sepuluh isu strategis yang diputuskan dalam Muktamar ke-48 ‘Aisyiyah disebut Salmah yakni Pertama, penguatan peran strategis umat Islam dalam mencerahkan bangsa; Kedua, penguatan perdamaian dan persatuan bangsa; Ketiga, pemilihan umum yang berkeadaban menuju demokrasi  substantif; Keempat, optimalisasi pemanfaatan digital untuk atasi kesenjangan dan dakwah berkemajuan; Kelima, penguatan literasi nasional; Keenam, ketahanan keluarga basis kemajuan peradaban bangsa dan kemanusiaan semesta; Ketujuh, penguatan kedaulatan pangan untuk pemerataan akses ekonomi; Kedelapan, penguatan mitigasi bencana dan dampak  perubahan  iklim untuk perempuan dan anak; Kesembilan, peningkatan akses perlindungan bagi pekerja informal; Kesepuluh, penurunan angka stunting.

Salmah menekankan banyak persoalan yang terjadi terutama kekerasan terhadap perempuan dan anak dan semua itu tidak lepas dari peran penguatan keluarga. Salmah menyebut kader ulama ‘Aisyiyah harus menjadi garda terdepan dalam mengatasi berbagai permasalahan.  “‘Aisyiyah menjadi garda terdepan dalam melakukan tindakan preventif dan ini menjadi peran kader ‘Aisyiyah dalam menjaga ketahanan keluarga bukan hanya dari sisi ekonomi tetapi juga sisi spiritualitas dan lainnya karena ulama ‘Aisyiyah tidak hanya bergerak dalam hal agama tetapi juga dalam banyak, yakni sosial, ekonomi, kemasyarakatan, politik, kesehatan, ketahanan keluarga, perubahan iklim, dan sebagainya.”

Dakwah kader ulama ‘Aisyiyah juga disebut Salmah dilakukan melalui dakwah komunitas yang mencerahkan dari bawah. “Mencerahkan, memberdayakan, dan memajukan, itulah dakwah ‘Aisyiyah yang berbasis akar rumput,” terangnya. Terkait kesehatan ibu dan anak khususnya kasus stunting yang masih sangat tinggi di Indonesia, Salmah juga mendorong para kader ulama ‘Aisyiyah untuk bisa berbicara terkait peningkatan kesehatan ibu dan anak di masyarakat. “Komunitas itu masih sangat mendengar apa kata ulama, jadi kalau pesan-pesan tentang penurunan stunting bisa disuarakan melalui para ulama maka bisa cepat sampai pada sasaran.”

Pentingnya peran kader ulama ‘Aisyiyah yang sangat krusial inilah yang menurut Salmah menjadi suatu keharusan bagi ‘Aisyiyah untuk terus menguatkan para kader ulama ‘Aisyiyah. “Menjadi ulama perempuan yang menebarkan Risalah Berkemajuan menebarkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, jadi para ulama perempuan ini masih sangat penting untuk digerakan dan ditambah jumlahnya sehingga kemudian kita lebih mudah mencari para ulama perempuan,” tegasnya.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh ‘Aisyiyah dalam penguatan para ulama perempuan ini adalah menguatkan para ulama melalui pendidikan. Secara internal ‘Aisyiyah terus melakukan peningkatan kapasitas kader melalui berbagai pelatihan. “Harapan kami semoga ‘Aisyiyah menjadi salah satu yang berperan besar mewujudkan ulama perempuan diseluruh Indonesia sehingga kontribusi ‘Aisyiyah untuk bangsa akan semakin meningkat lagi dengan adanya program yang sangat mendukung terwujudnya ulama perempuan.”

Ketua MPK PP ‘Aisyiyah, Mami Hajarah menyampaikan dalam pertemuan perdana di periode pasca Muktamar ke-48 ‘Aisyiyah ini akan menjadi langkah awal dalam mengoptimalkan pendidikan kader ulama dalam hal mengembangkan pemahaman Islam Berkemajuan, Manhaj Tarjih, pengembangan pemikiran Islam dengan pendekatan bayani burhani irfani. “Mengoptimalkan para kader ulama perempuan itu meningkatkan dan menguatkan kembali, itu salah satu program yang dimulai hari ini, bagaimana kita meningkatkan kemampuan perempuan ‘Aisyiyah dalam kapasitasnya sebagai ulama,” ujarnya.

Dalam kesempatan ini juga ‘Aisyiyah mendorong para kader ulama perempuan untuk dapat mengikuti kesempatan beasiswa bagi ulama perempuan yang dibuka oleh pemerintah melalui Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKU-MI). Turut hadir adalah Manajer Pendidikan Kader Ulama Perempuan PKUMI, Rosita Tandos. Kesempatan ini disebut Rosita terbuka bagi siapapun, dan ia berharap akan banyak kader ulama ‘Aisyiyah yang dapat berpartisipasi. “Kami berharap organisasi ‘Aisyiyah yang besar ini bisa mengundang, merekrut lebih banyak lagi para kader pada angkatan kedua ini. Kuota angkatan pertama hanya setengah yang bisa terpenuhi, Insya Allah dengan partnership dan sharing ini bisa lebih banyak lagi perempuan Indonesia yang bisa mengenyam pendidikan khusususnya pendidikan Islam dan bisa menjadi ulama, umaroh, praktisi keagamaan di Indonesia.” (Suri)

Exit mobile version