PACITAN, Suara Muhammadiyah – Salah satu upaya dalam pencegahan stunting bagi anak adalah dengan makan makanan yang bergizi semenjak dini. Salah satunya adalah MPASI (makanan pendamping ASI), jenis makanan yang diberikan pada bayi untuk melengkapi asupan nutrisi yang didapatkan bayi selama masa pertubuhan.
Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) oleh tim PkM ISIMU terselenggara atas dukungan Program Hibah RisetMu Bach VI PP Muhammadiyah, dengan menggandeng mitra Pengabdian PD Aisyiyah Kabupaten Pacitan. PD Aisyiyah sebagai organisasi yang berkemajuan memiliki anggota yang tersebar dari mulai tingkat Wilayah, Kota, Cabang maupun Ranting.
Ketua Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ISIMU Pacitan, Efi Tri Astuti M.Pd pada kegiatan Pemberdayaan kader ‘Aisiyah melalui Pelatihan pembuatan MPASI Fish-kuit di GDM Pacitan (27/1/2023) memaparkan bahwa Aisiyah memiliki cakupan potensi yang berdampak cukup besar dalam upaya pemberantasan stunting, dikarenakan selain memiliki anggota yang tersebar dimana-mana juga berisi para ibu-ibu dan calon ibu yang sangat urgent supaya bisa terhindar dari bahayanya stunting bagi anak-anaknya.
Disampaikan, MPASI menjadi hal yang sangat penting untuk mengatasi permasalahan tersebut. Produk MPASI yang diberikan pada anak biasanya mengandung protein nabati, padahal pada dasarnya protein hewani yang memiliki kandungan asam amino, vitamin, mineral dan juga asam lemak jenuh serta kolestrol lebih baik diberikan pada anak karena memiliki daya cerna yang lebih unggul untuk pertumbuhan fisik dan otak anak.
Namun, disamping manfaatnya yang sangat banyak, penggunaan protein hewani dapat berpotensi menimbulkan alergi pada anak. Ikan Lele atau Clarias Geriepinus dapat digunakan sebagai jalan pintas sumber protein hewani. Untuk mengurangi resiko alergi, ikan lele diolah sedemikian rupa melalui hidrolis protein yang dibuat menggunakan enzim papain yang diekstraksi dari getah buah papaya.
Formulasi Fish-kuit merujuk pada SNI 01-7111.1-2005 mengenai MPASI bubuk instan Fish-kuit diformulasikan dengan takaran tertentu dari gula, beras putih, beras merah, minyak kelapa sawit, protein, skim, garam, perisai vanilla, serta bahan utama lele yang sudah terhidrolis protein. Kemudian formula tersebut di oven tanpa asap menjadi biskuit kering yang dapat dimakan secara langsung sebagai MPASI atau bisa dilarutkan menjadi bubur.
Kepala Penyuluhan Keluarga Berencana (PKB) Kabupaten Pacitan, Intan Natalina, SSos, MA menyampaikan “kita memang memerlukan camilan-camilan yang bergizi, karena sekarang camilan-camilan yang kurang bergizi itu banyak pilihannya dan lebih enak,” ujarnya.
Untuk mempermudah ibu rumah tangga dalam memberikan makanan sehat, MPASI dapat menjadi peluang bisnis yang menggiurkan. Dari jumlah polulasi penduduk yang terus meningkat, kebutuhan makanan bayi merupakan hal yang penting untuk pertumbuhannya. Peminat serta penjual bubur bayi sehat ini memang sudah banyak digandrungi oleh masyarakat.
Saat ini, bubur bayi juga menjadi makanan pendamping asi yang muncul untuk ibu rumah tangga saat tidak memiliki waktu luang untuk bisa membuat dan menyajikan bubur yang sehat bagi sang buah hati. Seperti pada Jessica Marthin yang merupakan CO-Founder & CEO Group. Seorang wanita muda yang berhasil mengembangkan bisnis usaha Starup Katering Makanan Bayi hingga sukses dan berkembang.
Selain itu pada kegiatan ini juga terdapat sosialisasi produk halal dan pendampingan IKM, melakukan pelatihan dan sertifikasi bagi penyedia halal dan membangun sistem informasi produk halal oleh Ibu Umi Rohmah Gala Subekti dari PPH Kabupaten Pacitan. (Tim PKM ISIMU Pacitan)