Oleh : Dr M G Bagus Kastolani, SPsi., Psi
Mari belajar memasak. Taruhlah 3 mangkok berisi air di atas api. Di mangkok pertama masukkan wortel. Di mangkok yang kedua masukkan telur. Dan di mangkok ketiga masukkan biji kopi yang telah ditumbuk menjadi bubuk kopi. Didihkan ketiga mangkok tersebut selama 15 menit. Kemudian ambillah yang telah anda masukkan ke dalamnya. Wortel masuk dalam kondisi keras namun sekarang menjadi lunak. Telor masuk dalam kondisi lembut di dalamnya tetapi sekarang menjadi keras di dalamnya. Sedangkan bubuk kopi sekarang hilang tetapi airnya menjadi berwarna hitam dan beraroma kopi yang nikmat.
Sekarang pikirkan tentang kehidupan kita yang tidak selalu mudah, tidak selalu menyenangkan dan terkadang hidup ini sangat keras. Semuanya tidak seperti yang kita harapkan bahkan orang-orang memperlakukan kita tidak seperti yang kita harapkan pula. Sekarang pikirkan lagi tentang ketiga mangkok tersebut. Air yang mendidih ibarat persoalan kehidupan tadi. Kita dapat seperti wortel, saat kita masuk dengan keras dan kuat namun kita keluar dari persoalan hidup dengan lemah. Kita menjadi sangat lelah, kehilangan harapan dan mudah menyerah. Maka jangan seperti wortel.
Kita dapat seperti telor. Kita memulai memasuki persoalan hidup dengan hati yang lembut namun setelah menghadapi persoalan justru hati kita menjadi keras tanpa perasaan. Kita benci orang lain dan diri sendiri. Hati kita membeku dan tidak ada lagi kehangatan. Maka jangan seperti telur. Atau kita bisa menjadi seperti biji kopi. Air tidak mampu mengubah bubuk kopi, justru bubuk kopi yang mengubah air. Airnya berubah karena bubuk kopi. Cium… rasakan… dan minum! Makin panas airnya makin nikmat rasanya.
Kita dapat menjadi seperti biji kopi yang justru persoalan hidup membuat kita justru menjadi indah dan mewarnai lingkungan kita. Kita belajar sesuatu dari persoalan hidup dan kita berkembang bersama pengalaman. Bahkan kita dapat membuat dunia sekeliling kita menjadi lebih indah. Persoalan dan kesukaran hidup memberi kesempatan untuk menjadi lebih baik, lebih kuat dan lebih tanggap. Nah kita mau menjadi apa ketika menghadapi persoalan, seperti wortel, atau telor atau biji kopi? •
Penulis adalah psikolog dan kader Muhammadiyah
Sumber: Majalah SM Edisi 07 Tahun 2022