Oleh : Tito Yuwono
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Ibunda Aisyah Radhiyallahu ‘anha
Istri Nabi yang tercinta
Luhur akhlak dan budi pekertinya
Sangat dermawan kepada sesama
Sangat Kuat hafalannya
Menjaga hadis Nabi yang mulia
Cerdas akalnya
Menjadi tempat para sahabat bertanya
Nama perkumpulan Aisyiyah adalah penisbatan dari Ummul mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha. Seorang istri yang sangat dicintai Rasulullah ﷺ. Ibunda Aisyah mempunyai banyak keistimewaan dan keutamaan. Beliau adalah putri dari sahabat Nabi ﷺ yang mulia dan sahabat yang sangat setia kepada Nabi ﷺ , serta sahabat yang pertama kali masuk islam, yaitu Abu Bakar Assiddiq radhiyallahu ‘anhu dengan Ummu Ruman radhiyallahu ‘anha. Ibunda Aisyah wafat ketika berumur 65 tahun, tepatnya 17 ramadhan 57 H.
Banyak sekali keutamaan dan keteladanan Ibunda ‘Aisyah. Pada kesempatan kali ini akan disampaikan lima keteladanan Ibunda ‘Aisyah. Keteladanan ini kami sampaikan pada pengajian Ibu Ibu Aiyiyah di Joglo DakwahMu AlMasykuri pada tanggal 29 Januari 2023.
Keteladanan Pertama, Ibunda Aisyah adalah istri yang sangat setia kepada suaminya tercinta. Pernah Rasulullah ﷺ dalam keadaan sempit dan sangat kekurangan, kemudian menawarkan kepada istri-istri beliau untuk memilih sabar dengan keadaan atau pisah dengan Rasulullah ﷺ. Ibunda Aisyah adalah istri yang pertama kali menyampaikan bahwa Beliau tetap setia mendampingi Rasulullah ﷺ dalam kondisi apapun. Kemudian istri-istri Rasulullah ﷺ yang lain mengikuti prinsip Ibunda Aisyah ini. Begitu juga ketika Rasulullah ﷺ sakit, Ibunda Aisyah dengan setia menemani dan merawat Beliau. Bahkan sampai akhir hayatnya, Rasulullah ﷺ wafat di pangkuan Ibunda Aisyah.
Ibu-ibu Aisyiyah hendaklah dapat meneladani Ibunda Aisyah ini. Setia kepada suami apapun kondisi ekonominya. Baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Baik dalam kecukupan maupun kekurangan. Ibu-ibu hendaklah memberikan support kepada suami untuk tetap dan terus semangat. Sehingga keluarga tetap utuh karena keluarga adalah pondasi masyarakat.
Disamping itu, ketika sang suami dalam kondisi lemah dan kondisi sakit, hendaknya istri memelihara, mendampingi dan merawat dengan kasih sayang.
Keteladanan Kedua, Ibunda Aisyah adalah shahabiyah yang kuat hafalannya, sehingga seperempat hadis yang meriwayatkan adalah Beliau. Sekitar 2210 hadis yang diriwayatkan oleh Beliau. Ini menunjukkan juga bahwa Ibunda Aisyah mempunyai perhatian yang tinggi terhadap pengajaran-pengajaran yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ.
Maka Ibu-ibu Aisyiyah sedikit demi sedikit juga meneladani Ibunda ‘Aisyah ini. Dengan sedikit demi sedikit menghafal Quran dan Hadis, terutama hadis-hadis yang pendek untuk lebih melekatkan ajaran Islam di hati. Dan juga sangat bermanfaat untuk pengajaran baik kepada anak maupun kepada masyarakat. Disamping itu juga Ibu-Ibu Aisyiyah memberikan teladan ke anak-anak supaya perhatian terhadap apa yang disampaikan oleh Orang tuanya. Ketika Sang suami menyampaikan sesuatu hendaknya diperhatikan dengan baik. Kita tunjukkan ekspresi bahwa kita perhatian apa yang dikatakan oleh suami. Hendaknya dihindari ketika berkomunikasi dengan suami disambil lalu dengan aktivitas lain seperti membaca pesan di handphone, bermain game dan lain-lain.
Keteladanan ketiga, Ibunda Aisyah adalah seorang istri yang sangat sabar. Ketika beliau dituduh selingkuh oleh orang munafiq, sampai sempat guncang keluarganya. Namun Ibunda ‘Aisyah tetap sabar sehingga keluarganya kembali utuh. Dan Allah Ta’ala menurunkan wahyu dalam surat Annur ayat 11 sampai denga ayat 21 untuk mensucikan Ibunda Aisyah. Bahwa Ibunda Aisyah tidak melakukan sebagaimana dengan yang dituduhkan oleh orang-orang munafiq.
Maka keteladanan yang bisa kita ambil pelajaran adalah ketika bahtera keluarga sedang diterpa fitnah, digoncangkan oleh ombak, maka kesabaran kedua belah pihak sangat diperlukan. Mancari solusi-solusi yang terbaik yang diridhoi oleh Allah Ta’ala.
Keteladanan keempat, Ibunda Aisyah adalah seorang ibu yang dermawan. Dalam sebuah riwayat ketika Beliau sedang berpuasa dan hanya mempunyai sekerat roti, kemudian datanglah pengemis dan meminta makanan. Walaupun Ibunda Aisyah dalam kekurangan dan hanya punya sekerat roti, namun beliau berikan sekerat roti tersebut. Maasyaa Allah begitu dermawan hati Beliau.
Keteladanan ini kita contoh dengan terus memberikan perhatian terhadap orang yang lemah, orang yang membutuhkan uluran tangan kita. Alhamdulillah Ibu-ibu Aisyiyah selama ini banyak melakukan aktivitas-aktivitas yang orientasinya menolong yang lemah, membantu yang miskin, ikut berparisipasi dalam menolong korban bencana dan lain-lain.
Keteladanan kelima, Ibunda Aisyah adalah orang yang cerdas, Sehingga setelah Rasulullah ﷺ wafat, jika ada permasalahan agama, para pemuka sahabat datang ke Aisyah untuk meminta pandangan.
Keteladanan ini diwujudkan dengan meningkatkan semangat belajar dan juga membuat program-program mengentaskan keterbelakangan pendidikan masyarakat. Dan Alhamdulillah Aisyiyah telah memiliki banyak lembaga-lembaga pendidikan baik tingkat PAUD maupun Perguruan Tinggi.
Demikian tulisan ringkas ini, semoga kita bisa meneladani Ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha, dalam ilmu agamanya, mulia akhlaqnya serta bermanfaat bagi masyarakat luas.
Wallahu a’lamu bishshowab.
Nashrun minallahi wa fathun qarib.
Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta