YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Rombongan tim media yang menjadi mitra Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) mengunjungi Grha Suara Muhammadiyah, Jumat (10/2). Kunjungannya kali ini dalam rangka silaturahmi sekaligus belajar hal ihwal sejarah kelahiran Suara Muhammadiyah.
Turut hadir Redaktur Eksekutif Majalah Suara Muhammadiyah, Isngadi Marwah Atmadja, SAg., MA, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi UMRI, Jayus, SSos., MIKom, dan Kepala Humas, Keprotokolan dan Hukum UMRI, M Anwar Siregar, SH, dan rombongan dari pelbagai media yang ada di Wilayah Riau.
Dalam sambutannya, Jayus mengatakan kunjungannya dengan beberapa tim media ini dalam rangka silaturahmi dengan media Suara Muhammadiyah. Selain daripada itu, kunjungannya kali ini sebagai bagian dari agenda studi komparatif di kampus-kampus Muhammadiyah.
“Selain dari misi silaturahmi kami, kami berharap lebih mempererat hubungan UMRI dengan media Suara Muhammadiyah dengan media yang menjadi mitra dari UMRI. Karena kami memandang tanpa rekan-rekan media ini, kami kesulitan. Ini adalah mitra strategis dari kami,” ujarnya.
Memasuki sesi diskusi, Isngadi memaparkan seluk-beluk kelahiran Suara Muhammadiyah. Menurutnya, Suara Muhammadiyah sebagai basis majalah keumatan yang memuat nilai-nilai ajaran agama Islam. Majalah ini lahir sejak tahun 1915, tepatnya bulan Agustus (menurut penelitian yang dilakukan oleh tim Pusdatlitbang Suara Muhammadiyah) bertepatan 1 Syawal 1333 H. Selaku perintisnya ialah Kiai Haji Ahmad Dahlan yang juga mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah pada 18 November 1912 di Kampung Kauman, Yogyakarta.
Perkembangan Suara Muhammadiyah menyesuaikan dengan zaman yang terjadi. Pada awal kelahirannya, masih menggunakan bahasa aksara Jawa. Setelah tahun 1920, mulai berubah menggunakan aksara latin dengan bahasa Jawa. Kemudian pada tahun 1922, berubah menjadi sebagian aksara latin sisanya bahasa Melayu, dan tahun 1923 secara totalitas menggunakan bahasa Melayu.
“Hal itu mengikuti perkembangan Muhammadiyah. Sebab, Muhammadiyah mulai tersebar di Nusantara pada tahun 1923. Sehingga awak redaksi Suara Muhammadiyah dipaksa untuk berpikir dan menulis dengan bahasa yang tidak sehari-hari dikuasai oleh redaksi. Tetapi demi persebaran Muhammadiyah, ternyata bisa dilakukan,” ujarnya.
Sampai sekarang, Suara Muhammadiyah masih bisa bertahan. Tak pelak mendapatkan penghargaan dari MURI sebagai Majalah Islam yang Terbit Berkesinambungan Terlama.
Pada saat yang sama, di tengah gempuran kemajuan teknologi dan informasi yang masif terjadi, kebertahanan Suara Muhammadiyah saat ini juga harus dipikirkan ke depannya. Karena tantangan yang dihadapi luar biasa di era sekarang yakni bagaimana menyesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan teknologi yang berkembang. Sehingga harapannya Suara Muhammadiyah ini dari awal terbit sampai masa depan masih bisa tetap bertahan menjadi media Islam berkemajuan.
“Setelah Republika pamit dari dunia cetak, kami juga khawatir terkait kebertahanan media cetak Suara Muhammadiyah. Karena jujur saja tantangan media cetak saat ini begitu nyata dan saya kira sama dirasakan oleh seluruh media cetak. Tetapi, setelah kita diskusikan ulang, media cetak hari ini masih memiliki harapan. Karena masih banyak orang-orang membutuhkan media cetak,” tuturnya.
Kini, Suara Muhammadiyah mulai bergerak ke arah teknologi. Dengan adanya majalah versi digital yang bisa dinikmati kapan pun dan di mana pun. Selain itu, untuk mendongkrak nilai ekonomi, Suara Muhammadiyah mulai mengembangkan sayap bisnisnya. Yakni Logmart dan BulogMu. Sehingga harapannya, dengan kiprah ini Suara Muhammadiyah makin unggul, maju, dan menjadi plar media dakwah yang berkesinambungan bagi umat Islam di seluruh tanah air. (Cris)