SIJUNJUNG, Suara Muhammadiyah-Pemerintah Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat berencana mengusulkan guru bangsa dan Ketua PP Muhammadiyah 1998-2002, Buya Ahmad Syafii Maarif sebagai pahlawan nasional. Usulan tersebut didasarkan pada jasa-jasa dan kontribusi besar yang telah ditorehkan oleh Buya Ahmad Syafii Maarif dalam memajukan bangsa dan negara, serta dalam berbagai kiprahnya di bidang keagamaan dan kemanusiaan universal.
Dalam rangka pengusulan almarhum Prof Dr Ahmad Syafii Maarif sebagai Calon Pahlawan Nasional, Pemerintah Kabupaten Sijunjung melaksanakan Seminar Nasional dan Diskusi Aktual tentang riwayat hidup dan perjuangan Prof Dr Ahmad Syafii Maarif (14/2/2023). Seminar ini menghadirkan narasumber: Anwar Abbas, Ketua PP Muhammadiyah; Arif Nahari, Direktur Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Sosial; Ashabul Kahfi, Ketua Komisi VIII DPR RI; Siti Fatimah, Dekan FIS Universitas Negeri Padang; Shofwan Karim Elha, Ketua Dewan Pakar Pusat Studi Islam dan Minangkabau UMSB.
Anwar Abbas menyebut bahwa Buya Syafii merupakan sosok yang sangat layak untuk diusulkan sebagai pahlawan nasional. Menurut Anwar, orang tua Buya Syafii tampaknya telah menyiapkan anaknya untuk menjadi orang besar, bahkan sejak pemberian nama. “Di dalam nama itu ada doa. Doa yang dipanjatkan oleh kedua orang tua Buya Syafii itulah yang menginginkan beliau menjadi orang yang baik. Ahmad itu sudah nama Nabi, Syafii itu nama ulama besar. Tambahan lagi, Maarif, supaya menjadi arif dan bijaksana. Saya rasa, doa itu diijabah oleh Allah,” katanya.
Anwar mengaku salut dengan sikap pribadi Buya Syafii yang tulus dan punya prinsip moral yang teguh. Buya diakui sebagai tokoh yang banyak berjasa pada negeri ini. “Beliau juga sosok yang menarik. Menarik karena beliau ini mengenal dunia tetapi tidak mudah tergoda. Ahmad Syafii Maarif adalah tokoh yang sangat anti terhadap korupsi. Meskipun itu teman dekatnya atau sahabat karibnya, tetapi jika sudah melakukan hal-hal yang tidak terpuji, dia akan sangat marah.”
Dalam diri Buya Syafii, ada banyak pelajaran yang dapat dipetik. Mengapa Buya Syafii bisa sukses dan menjadi tokoh besar? Anwar Abbas memberi jawaban, “Beliau melakukan sesuatu yang dilakukan oleh Nabi, hijrah. Buya Syafii hijrah dari Sijunjung ke Jawa. Hijrah dari negeri yang belum maju ke negeri yang maju. Meskipun nanti perlu pulang kembali untuk membangun. Kita harus bersentuhan dengan daerah-daerah yang menjadi pusat peradaban. Beliau ke Yogyakarta, tetapi tidak berhenti di sana. Beliau juga pergi ke Chichago dan berguru kepada seorang guru yang sangat dihargai.”
Petualangan Buya Syafii yang menjelajah dunia itu dilandasi oleh spirit untuk menuntut ilmu. Jiwa kecintaan kepada ilmu itu ditularkan ke Muhammadiyah. “Di tahun 1970-an, saya mendengar satu kata dari beliau, Muhammadiyah tidak hanya sebagai gerakan Islam, gerakan tajdid, gerakan dakwah amar makruf nahi munkar. Tetapi Muhammadiyah itu harus menjadi gerakan ilmu. Sebagai gerakan ilmu, ia menjadi pusat dari kebenaran. Isi ilmu itu kebenaran. Tugas kita mencari kebenaran dan memperjuangkan kebenaran.”
Bupati Sijunjung, Benny Dwifa Yuswir mengatakan bahwa Ahmad Syafii Maarif telah memberikan kontribusi besar dalam pembangunan bangsa dan pembangunan daerah serta turut mengatasi berbagai masalah bangsa dan daerah. Menurutnya, pengusulan gelar pahlawan nasional ini juga sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi atas dedikasi dan perjuangan beliau selama ini.
Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Riki Sahputra menyatakan bahwa UMSB telah menempatkan mahasiswa KKN di Kabupaten Sijunjung, tempat kelahiran Buya Syafii. KKN yang didukung Pemerintah Kabupaten Sijunjung ini telah menjalankan banyak program, termasuk melahirkan museum rumah kecil Buya Syafii. “Secara khusus, UMSB berpartner dengan Pemerintah Sinjunjung untuk menyiapkan naskah akademik pengusulan Ahmad Syafii Maarif menjadi salah satu pahlawan nasional,” ujarnya. (Ribas)