GARUT, Suara Muhammadiyah – Tokoh agama dan tokoh masyarakat memiliki peran penting dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh perempuan dan anak. Hal tersebut dikemukakan oleh Koordinator Program Inklusi ‘Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah dalam kegiatan ‘Refreshment Peningkatan Derajat Kehidupan Perempuan dan Anak bagi Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat’ yang dilaksanakan Program Inklusi ‘Aisyiyah Kabupaten Garut pada Rabu, (15/02/23).
“Tokoh agama, tokoh masyarakat menjadi sangat penting karena berbagai permasalahan yang dihadapi oleh perempuan dan anak itu sangat terkait dengan masalah budaya dan interpretasi agama,” terang Tri. Berbagai isu dan permasalahan yang dihadapi perempuan dan anak tersebut disampaikan Tri seperti stunting, angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), perkawinan anak, disabilitas, kepemimpinan perempuan, kesetaraan akses, dan sebagainya.
Oleh karena itu di sinilah menurut Tri peran yang harus dilakukan oleh para tokoh agama dan tokoh masyarakat. “Kehadiran bapak dan ibu sebagai tokoh agama, tokoh masyarakat akan menjadi agen dalam masyarakat untuk bersinergi dengan pemerintah yang sudah memiliki program yang sangat bagus.” Dengan adanya peran para tokoh agama dan tokoh masyarakat ini maka akan meluaskan pandangan Islam Berkemajuan yang akan menuntun perubahan sosial yang sangat luar biasa sehingga derajat kehidupan perempuan dan anak-anak kita menjadi meningkat.”
Melalui kegiatan refreshment ini Tri berharap menyegarkan dan menguatkan kembali berbagai materi terkait pandangan Islam tentang perempuan dan anak yang akan menjadi jawaban atas berbagai problem perempuan dan anak yang ada. Tri menyampaikan rasa terimakasih atas kehadiran para mubaligh dan mubalighat untuk mewakafkan dirinya yang sudah berkomitmen dalam upaya memberikan rujukan dan jawaban dalam pandangan Islam Berkemajuan atas berbagai permasalahan terkait perempuan dan anak. “Kita akan meyakinkan diri kita, menguatkan komitmen kita, dan menjadi pelaku sejarah yang akan dikenang karena jejak baik yang sudah kita tinggalkan.”
Ketua Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kabupaten Garut, Yati Rosyati Damiri menyampaikan bahwa ‘Aisyiyah sebagai organisasi perempuan muslim memiliki perhatian besar dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan terkait perempuan dan anak. Salah satunya adalah stunting yang juga menjadi salah satu isu penting di Kabupaten Garut. Hal ini karena menurut Yati Kabupaten Garut menjadi salah satu daerah dengan lokus stunting tertinggi.
‘Aisyiyah dalam program Inklusi disebut Yati membina kader-kader yang ada di lokasi lokus stunting untuk menjadi kader militan yang bisa membimbing masyarakat sekitarnya juga membantu mereka yang termarginalkan. Terlebih menurut Yati, isu stunting adalah isu yang berkaitan dengan isu yang lainnya seperti isu kemiskinan, perkawinan anak, HKSR, dan disabilitas. Pembinaan kader dan pembimbingan yang dilakukan disebut Yati sejalan dengan semangat Kyai Dahlan yakni membebaskan, mencerahkan, memberdayakan, dan memajukan.
Upaya ‘Aisyiyah tersebut disampaikan Yati juga turut menggandeng berbagai pihak seperti dengan pemerintahan Kabupaten Garut. “Kami bersama-sama juga berkolaborasi dengan pimpinan setempat dan telah menandatangani mou dengan bapak Bupati yang dinyatakan akan bersama menurunkan angka stunting dan bersama menangani masalah yang ada di masyarakat. Selain itu peran tokoh agama dan tokoh masyarakat juga menjadi poin kunci untuk mendukung Garut terbebas dari stunting. “Bagaimana kita akan membangun suatu negeri jika masih terdapat anak-anak yang akan menjadi penerus perjuangan kita jika masih terpuruk dan terbelakang kesehatannya untuk menjadi manusia yang diharapkan.
Niki Alma Febriana Fauzi dari Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang hadir sebagai narasumber dalam kegiatan refreshment ini dalam materi Isu-Isu Perempuan, Anak, dan Disabilitas dalam Perspektif Islam Berkemajuan menekankan pentingnya menjaga generasi yang berkualitas dalam Islam. “Mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai oleh Allah SWT,” ujarnya. Terkait kekuatan jasmani, Niki menyebut bahwa al-Qur’an sudah mengajarkan kepada umat muslim tentang mengkonsumsi barang yang halal dan thayib.
Menurutnya asupan yang halal dan thayib juga akan sangat erat kaitannya dengan upaya pencegahan stunting. “Dalam konteks mencegah stunting kita harus edukasikan ke masyarakar tentang pentingnya makanan yang halal dan thayib.”
Lebih lanjut Niki juga menjelaskan mengenai pentingnya pemberian ASI yang juga diatur dalam al-Qur’an. “Susuan ibu itu ASI itu kualitasnya sangat baik yang tidak bisa digantikan dengan yang lain. ASI bukan hanya sekedar makanan dan minuman yang diberikan kepada anak kita tetapi ada curahan darah, sikap, akhlak, yang diberikan ibu kepada anaknya, curahan harta yang diraih halal atau tidak sehingga ASI sangat berpengaruh kepada masa depan anak.”
Dalam proses pemberian ASI, Niki menyebut bukan hanya ada peran Ibu dalam memberikan ASI yang berkualitas, tetapi juga ada peran suami atau ayah dari sang bayi. “Bapak juga punya kewajiban, jika istrinya sedang menyusui untuk memberikan rezeki, memberikan hal-hal yang dbutuhkan istri, agar istri bisa tenang dalam menyusui,” tegasnya.
Kegiatan refreshment ini dilakukan oleh ‘Aisyiyah Inklusi di 10 Kabupaten/Kota lain dan setiap peserta akan menyampaikan dakwah terkait pandangan Islam dalam berbagai isu terkait perempuan dan anak di komunitas yang mereka dampingi. (Suri)