Oleh: Muh Alfian Dj
Sudah sepekan ini jelang sore hari Jogja kerap digujur hujan dengan intensitas beragam, akan tetapi hujan kali ini tidak mampu menghalangi niat dan semangat untuk menghadiri undangan pertemuan rutin yang kali ini dilaksanakan di kawasan selatan Jogja.
Pertemuan rutin yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun kerap berpindah dibeberapa tempat, kala Buya Syafii masih ada pertemuan akan diawali dengan petatah petitih Buya terkait banyak hal, baik menyangkut bagaimana memaknai ayat Qauliyah, Kauniyah sampai dengan isue isue persoalan bangsa teraktual yang tidak akan didapat dari media manapun.
Siapa yang mampu menolak ajakan pertemuan kali ini, tuan rumah menyampaikan akan ada hidangan khusus nasi kebuli yang didatangkan dari restoran Timur tengah tersohor di kota jogja seketika terbayang hidangan yang ada di Restoran AlBaik kota Jeddah yang tak terkira nikmatnya.
Rumah Jawa bergaya moderen menyambut kami, ternyata kami bukan menjadi tamu yang pertama malah menjadi yang ditunggu kedatangannya agar acara lekas dimulai, tuan rumah mempersilahkan kami untuk bergabung dengan sejawat yang telah duduk melingkar sempurna dengan penuh khitmat.
Tak begitu lama hidangan pembuka datang, gelas gelas yang berisikan teh yang menghaburkan aroma melati datang menghampiri, setelah dipersilahkan, tegukan pertama teh wasgitel benar benar terasa mengalir memecah hawa dingin yang sedari tadi kami rasakan.
Kali ini Tuan rumah didapuk untuk memberikan pencerahan, walau ini bukan kali pertama karena sepeninggal Buya beliaulah yang selalu kami minta memberikan petatah petitih menggantikan Buya.
Sembari menikmati hidangan yang ada, beliau membuka kajian atau lebih tepatnya diskusi dengan pernyataan… selama ini kita sangat akrab dengan sebutan, Muslim, Mukmin, Muttaqin, dah juga Muhsin, tapi jarang memperdengarkan lafadz mukhbitun.
Sambil berhela beliaupun bertanya apa yang ada dibalik makna Mukhbitun, beliau melanjutkan dalam al Quran kata al mukhbitun hanya tersebut sebanyak tiga kali, dua kali dalam bentuk kata kerja satu kali dalam bentuk kata benda berbentuk jamak.
Ketiga ayat tersebut terdapat disurah Hud ayat 23, al Hajj ayat 34 dan 54.
dalam surah Hud ayat 23 Allah berfirman :
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَاَخْبَتُوْٓا اِلٰى رَبِّهِمْۙ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri (akhbatu) kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni surga mereka kekal di dalamnya”
Selanjutnya pada surah al Hajj 34 Allah Berfirman :
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۗ فَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَلَهٗٓ اَسْلِمُوْاۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِيْنَ ۙ
Artinya : Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah),
Pada surah al Hajj 54 Allah kembali berfirman :
وَّلِيَعْلَمَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَيُؤْمِنُوْا بِهٖ فَتُخْبِتَ لَهٗ قُلُوْبُهُمْۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَهَادِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Artinya : dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwa (Al-Qur’an) itu benar dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan hati mereka tunduk kepadanya. Dan sungguh, Allah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.
Setelah memaparkan tiga ayat tersebut beliau menegaskan pada kami bahwa banyak mufafsir yang memaknai khabata dengan makna rendah hati dan ketundukan, ketenangan serta kekhuskan pada allah yang tertanan dalam relung jiwa.
Penjelasan dilanjutkan apa esensi dari muhkbitun, kriteria terkait muhkbitun termaktub dalam surah al Hajj ayat 35 yang menyebutkan :
الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَالصَّابِرِيْنَ عَلٰى مَآ اَصَابَهُمْ وَالْمُقِيْمِى الصَّلٰوةِۙ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
Artinya : (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah hati mereka bergetar, orang yang sabar atas apa yang menimpa mereka, dan orang yang melaksanakan shalat dan orang yang menginfakkan sebagian rezeki yang Kami karuniakan kepada mereka
Muhammad Asad dalam The Message of the quran menerjemahkan ayat tersebut:
Dan berilah kabar gembira (yakni penerimaan Allah ) kepada semua orang yang rendah hati, semua orang yang hatinya bergetar karena rasa gentar terpukau manakala nama Allah disebut, dan semua orang yang sabar memikul derita apapun yang menimpa mareka, dan semua orang yang teguh mendirikan sholat dan menafkahkan untuk orang lain sebagian dari rezeki yang telah kami anugrahkan kepada
Dari paparan tadi beliau meneruskan bahwa yang dimaksud mukhbitun adalah pertama orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka. gemetar bisa dimaknai takut dan tunduk kepada Allah. Muhammad Asad menerjemahkan orang yang hatinya bergetar dengan makna terpukau manakala nama Allah disebut.
Kedua, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka serat orang yang tidak sombong ketika mendapat keberuntungan dan kebahagiaan, serta tidak putus asa ketika ditimpa musibah dan mampu menahan diri dari rasa sedih dan gelisah yang berlebihan.
Ketiga, orang yang mampu membuktikan ketundukannya pada allah dengan sikap sabar dan selalu melaksanakan ibadah shalat dengan teguh dan istiqomah seperti yang tertera dalam ayat ke 2 dalam surah al Baqarah.
Keempat, dibuktikan juga dengan ketundukan kepada Allah dengan penuh sukarela dalam menafkahkan rizki yang telah Allah berikan pada kita semua, baik rezeki yang kongkrit seperti harta benda maupun yang abstrak seperti ilmu pengetahuan bahkan kesholehan sekalipun.
Sebagian ulama memaknai Mukhbitun yang berasal dari kata al-khabtu atau al-ikhba dengan permukaan tanah yang luas dan tenang, semacam lembah yang dalam, luas, sunyi, dan terhampar, ada juga yang mangartikan al-mukhbitun sebagai mutawadhi’in, orang-orang yang merendahkan diri, Muthmainnin orang yang berhati lembut dan merasa tenang dan senantiasa berserah diri pada Allah dalam segala hal.
Di tengah asik mendengarkan penjelasan terkait makna Al Mukhbitun ada suara yang terdengar dari belakang kami sambil membawa nampan terbungkus alumunium foil sembari menegaskan kalau
Sudah diduga sebelumnya nampan terbungkus alumunium foil adalah nasi kebuli yang dilengkapi dengan potongan potongan daging kambing muda yang sangat empuk, tak berselang lama isi yang ada didalam nampan perlahan telah berpindah kepiring-piring kami semua.
Jumlah porsi yang ada dalam nampan terlalu banyak untuk kami habiskan, rekan disamping saya berbisik dengan lirih….. “setelah ini masih ada durian loo…”, seakan ingin menegaskan…. “apa iya…..wah menarik nih….” sela saya. tak begitu lama seremoni melahap nasi kebuli pun usai walau sesekali masih diselingi dengan diskusi yang belum sepenuhnya tuntas terkait al Mukhbitun.
Semabari diantara kami ada yang merapikan kembali nampan yang isinya hanya berkurang separuh, beliau kembali menegaskan kalau indikator al Mukhbitun paripurna adalah seperti yang difirmankan Allah dalah surah Al hajj 35, komponen tersebut harus terimplementasikan sempurna dalam gerak kehidupan dalam segala kondisi.
Petuah kali ini benar benar berharga bagi kami semua…., sambil ngobrol santai kami kembali bediskusi terutama persoalan pokok yang menjadi inti pertemuan kami semua sore itu……,.
Ditengah gelak tawa lepas, seseorang menghampiri sambil melempar senyum lalu berkata“ Pak Dhe durianya mau di taruh dimana” “wah….. benar adanya” ternyata pertemuan sore ini ditutup dengan melahap durian yang didatangkan langsug dari Candimulyo Magelang,…tak usah ditanya bagaimana rasanya… karena rasa tidak bisa diceritakan apalagi ditulis….,terlebih digambarkan……..kebahagiaan belumlah usai, jelang pamit sang tuan ruang menyampaikan pada kami semua… “itu duriannya jangan ada yang ditinggal” .. “nanti dibawa pulang” “yang dirumah jangan hanya di oleh-olehi baunya saja..”.
Tanpa menunggu komando, dengan sigap seorang yang paling yonior diantara kami langsung mengemas satu persatu durian dan mengulurkannya pada kami semua untuk dibawa pulang.
Pertemuan kali ini benar benar mempunyai nilai ganda benar benar empat sehat lima sempurna dan tambahan ilmu yang sangat berharga, setelah semua dirasa cukup kamipun berpamitan dan menembus lebatnya hujan yang masih mengguyur kota yogya tercinta.
Berbahagialah apabila kita termasuk al Mukhbitun. yang tidak lain balasannya adalah menjadi penghuni surga dan kekal didalamnya untuk selamanya.