Resesi 2023 Menurut Dosen Ekonomi UMM
MALANG, Suara Muhammadiyah -Ancaman resesi ekonomi global 2023 menjadi perbincangan hangat belakangan ini. Berbagai bentuk perdagangan baik dalam negeri maupun luar negeri dipredikasi mengalami penurunan. Meski demikian, Muhammad Khoirul Fuddin, S.E, M.E. selaku dosen jurusan Ekonomi Pembangunan mengatakan jika Indonesia berpotensi tidak ikut terdampak.
Hal ini lantaran, Indonesia telah lebih dulu mengalami hal tersebut di masa pandemi Covid-19 tahun 2019 hingga 2020. Setelah Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) berakhir, resesi ekonomi di Indonesia juga perlahan memudar. Tahun 2021, pertumbuhan ekonomi mulai naik 7,07% hingga akhir 2022 sampai sekarang cenderung stabil.
“Yang mengalami resesi itu sebenarnya bukan di Indonesia tapi justru secara global. Memang, pertumbuhan ekonomi dari tahun 2022 ke 2023 pada beberapa negara mengalami penurunan, hal itu yang menyebabkan terjadinya resesi ekonomi global di tahun ini,” jelas Fuddin.
Walau demikian, resesi ekonomi global dapat menghambat kegiatan ekspor impor di Indonesia. Jadi, ketika dunia global pertumbuhan ekonominya turun maka secara otomatis kegiatan ekspor Indonesia juga akan menurun. Ini dikarenakan banyak warga luar yang tidak bisa membeli barang akibat krisis ekonomi di negaranya. Akibatnya, barang yang di dalam negeri akan tertimbun karena hasil produksi banyak namun tidak dapat terjual ke luar negeri.
“Selain pada kegiatan ekspor, resesi global juga menghambat kegiatan impor. Ada beberapa barang yang memang diambil dari luar negeri kemudian di rakit di Indonesia. Akibat resesi ekonomi global, maka negara yang biasanya memproduksi barang tersebut jadi terhambat. Sehingga banyak barang yang tidak diproduksi dan menyebabkan barang terbatas, sedangkan permintaan di Indonesia meningkat,” tambahnya.
Banyak pihak khawatir resesi ekonomi 2023 ini berefek pada Indonesia. Hal ini lantaran tidak terpenuhinya kebutuhan, negara tidak dapat menjual barangnya dan juga tidak dapat mendatangkan bahan dari luar negeri. Menyikapi kecemasan ini, menurutya masyarakat perlu menyiapkan diri untuk menghadapi resesi ekonomi secara global.
Pertama, harus menjaga tingkat onsumsi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan rutin. Tingkat konsumsi yang stabil akan menjaga harga barang-barang di pasaran lebih stabil.
Kedua, melakukan investasi. Investasi ini ada dua cara yakni di dalam negeri atau di luar negeri. Saat investasi dalam negeri, uang akan masuk ke Indonesia sehingga jumlah uang di dalam negeri akan bertambah dan ini akan mengurangi jumlah pengangguran. Sebaliknya, ketika menanamkan modal ke luar negeri, maka uangnya akan pindah keluar. Ini mengakibatkan jumlah uang di dalam negeri akan sedikit. Jika sedikit, maka akan menghambat pertumbuhan ekonomi tahun ini.
“Dan yang ketiga yakni melihat pengeluaran pemerintah. Ketika pengeluaran pemerintah semakin banyak, seharusnya pertumbuhan ekonomi juga mengalami peningkatan. Hal ini berarti pemerintahkan perlu terus gencar membangun infrastuktur yang akan mendukung kegiatan ekonomi di dalam negeri,” pungkasnya. (diko)