SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Musyawarah Wilayah (Musywil) Muhammadiyah Ke-13 dan Aisyiyah Ke-12 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah berlangsung. Pembukaan dilakukan di Kampus Universitas Aisyiyah Yogyakarta Gedung Siti Bariyah Lantai 1, Sabtu (18/2).
Beberapa tokoh nasional dan internasional turut menghadiri pembukaan Musywil kali ini. Salah satunya datang dari Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah, Dr Siti Aisyah, MAg.
Dalam sambutannya, Siti memberikan tahniah atas diadakannya Musywil Muhammadiyah dan Aisyiyah DIY. Menurutnya Musywil ini merepresentasikan keberlanjutan dari Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah di Surakarta, Jawa Tengah sebagai Musywil yang teladan (uswah hasanah). Artinya dapat memberikan contoh bagi generasi muda di masa depan bagaimana menjalankan permusyawaratan dengan damai, tentram, dan tanpa terjadi kegaduhan.
“Atas nama PP Aisyiyah menyampaikan selamat atas diselenggarakannya Musywil Muhammadiyah dan Aisyiyah DIY. Semoga menjadi musyawarah teladan, menunjunjung tinggi nilai keadaban sebagai replikasi Muktamar ke-48 yang telah berlangsung sejak 18-20 November 2022. Muktamar itu telah di apresiasi banyak kalangan baik pemerintah, para pemerhati, peneliti, dan masyarakat luas sebagai muktamar teladan, berkemajuan, dan berkeadaban,” ujarnya.
Kehadiran Muhammadiyah dan Aisyiyah DIY memiliki peran yang sangat strategis di dalam menggerakan roda dakwahnya. Karena sebagai jendela utama untuk menjelaskan bagaimana dinamika perkembangan Muhammadiyah dan Aisyiyah dijalankan oleh para pimpinan.
“Banyak bukti-bukti peradaban yang telah ditinggalkan Muhammadiyah dan Aisyiyah. Ini harus terus dirawat,” tegasnya.
Siti mencontohkan organisasi Aisyiyah yang telah mendirikan taman kanak-kanak sebagai manifestasi dakwah di bidang pendidikan. Taman kanak-kanak ini berdiri pada tahun 1915 di Kauman Yogyakarta. Sejak awal berdirinya sampai sekarang dengan jumlah 1026, keberadaannya masih tetap bertahan dengan baik. Lebih-lebih di kehidupan sekarang yang terus menunjukkan eksistensi kemajuan dan keunggulan luar biasa.
Demikian juga musala Aisyiyah yang terletak di Kauman Yogyakarta. Hadir sejak tahun 1922 oleh Kiai Haji Ahamd Dahlan sebagai musala perempuan pertama di Indonesia. Fungsi dari musala itu selain ibadah, silaturahmi, juga tempat pembinaan kaum perempuan. Tidak hanya anggota untuk anggota Aisyiyah, akan tetapi diperuntukan kaum perempuan pada umumnya. Sampai sekarang, musala itu masih berdiri dengan baik yang mencerminkan peran aktif untuk mencerdaskan kehidupan bangsa lewat kiprah dakwah di bidang pendidikan.
“Harapan kami Musywil ini memiliki makna penting bukan hanya sekadar kewajiban institusi organisasi namun juga menggambarkan dinamika Persyarikatan Muhammadiyah dan Aisyiyah sebagai refleksi dan momentum keberlanjutan perjuangan dakwah diberbagai kehidupan,” ucapnya.
Kemajuan dan keberhasilan yang ditorehkan oleh Muhammadiyah dan Aisyiyah lewat koridor perjuangan dakwah berdimensi sosial, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Sehingga, Siti menekankan agar pelaksanaan Musywil ini dapat melahirkan program kerja lima tahun ke depan. Program yang mampu memberikan dampak dan kebermanfaatan bagi banyak umat di kehidupan.
“Banyak sekali kemajuan-kemajuan yang dibuktikan oleh Muhammadiyah dan Aisyiyah menunjukkan peran-peran keumatan, kemasyarakatan, dan kebangsaan. Dari Yogyakarta untuk bangsa. Harapannya melalui Musywil kali ini dapat dirumuskan program-program lima tahun ke depan melanjutkan peradaban yang sudah ditorehkan. Dan pada akhirnya nanti akan mengukir peradaban baru,” tuturnya. (Cris)