YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah ̶ Musyawarah Wilayah (Musywil) ke-13 Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta telah ditutup pada hari Ahad (19/2) lalu oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si. Helatan musyawarah yang digelar di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta itu telah menghasilkan berbagai keputusan dan rumusan untuk gerak langkah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta lima tahun mendatang. Salah satu keputusan tersebut adalah terpilihnya Muhammad Ikhwan Ahada sebagai ketua dan Arif Jamali Muis sebagai sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) D.I. Yogyakarta masa bakti 2022-2027.
Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) D.I. Yogyakarta menyampaikan ucapan selamat atas terselenggaranya Musywil dan menyampaikan doa dan harapan untuk kepemimpinan PWM D.I. Yogyakarta masa bakti 2022-2027.
“Selamat atas terpilihnya M. Ikhwan Ahada, M.A. dan Arif Jamali Muis, M.Pd. sebagai Ketua dan Sekretaris Pimpinan Wilayah Mumammadiyah DIY masa bakti 2022-2027. Semoga mampu mengemban amanah dengan baik, melahirkan inovasi baru, dan tentunya membawa manfaat yang lebih luas bagi umat dan persyarikatan. Aamiin,” tulis akun Instagram @immdiy.
DPD IMM D.I. Yogyakarta juga turut terlibat dalam agenda Musywil yang diwakili oleh Akmal Ahsan dan Farhan Aji Dharma, Ketua dan Sekretaris Umum. Dalam forum sidang pleno tanggapan atas kinerja PWM D.I. Yogyakarta masa bakti sebelumnya, Akmal menyampaikan bahwa dukungan baik moril maupun materiil oleh PWM masa bakti lalu amat dirasakan oleh IMM DIY.
“PWM DIY sejauh ini kami nilai sebagai PWM yang tidak pelit. Bukan hanya tak pelit materi, namun juga secara moril. Berbagai dukungan dan bantuan tak henti-hentinya diberikan kepada kami. Bahkan dukungan itu beberapa kali datang tanpa sebelumnya kami minta. Artinya, selain tidak pelit, PWM juga amat responsif dan produktif kepada kader-kader ortom. Watak kepemimpinan PWM yang demikian layak untuk dilanjutkan,” tegasnya.
Selain menyampaikan tanggapan, Akmal juga menyampaikan beberapa poin saran dan masukan. “PWM masa bakti mendatang mesti menguatkan dan menegaskan relasinya dengan ortom. Bukan saja relasi ideologis, namun pula relasi organisatoris yang mutualistik dan produktif,” ungkapnya.
Selain mengenai relasi ortom, Akmal juga menyarankan kepada PWM untuk aktif membangun kesadaran terhadap pengembangan praktik ekonomi kader muda. “Jangan sampai Muhammadiyah kaya di atas kemiskinan kader-kadernya,” kata Akmal. Muhammadiyah juga perlu mengoperasionalkan gagasan moderasi keindonesiaan dan keagamaan di tengah potensi konflik oleh tidak terkelolanya faktor heterogenitas serta terlibat aktif menuntaskan problem kemiskinan di Yogyakarta.
Terakhir, menurut Akmal, PWM sebaiknya memperhatikan diaspora kader ke sektor publik baik diaspora di kehidupan persyarikatan, keumatan, maupun kebangsaan. Salah satu upayanya yakni melalui penguatan ideologi Muhammadiyah dan pengutan dakwah digital yang melibatkan kader-kader muda Muhammadiyah. (Aan)