SEMARANG, Suara Muhammadiyah – Pembelajaran di lapangan atau biasa disebut field trip merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar nyata terhadap murid. Kegiatan ini biasanya dirancang sesuai dengan kurikulum dan materi ajar di satuan pendidikan. Konsep studi lapangan ini biasanya menjadi program tahunan yang dilakukan setiap sekolah.
Berbeda dengan SD Muhammadiyah Program Khusus (PK) Kottabarat Surakarta, field trip bukanlah program tahunan, tetapi program yang dicanangkan setiap semester.
Seperti yang dilakukan murid kelas III SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta. Dalam rangka memahami materi ajar tentang “Perkembangan Teknologi Produksi Pangan”, murid melakukan kunjungan ke Pabrik Tahu Serasi Bu Hj. Kotijah di Bandungan, Semarang, Rabu (15/2/2023).
Sebagai hasil olahan teknologi pangan berbahan dasar kedelai, tahu menjadi salah satu makanan tradisional yang banyak diminati masyarakat Indonesia. Selain rasanya yang enak dan harganya terjangkau oleh semua kalangan, tahu merupakan sumber protein dan nutrisi yang baik bagi tubuh.
Dalam kunjungan ke Pabrik Tahu Serasi ini, peserta dibagi menjadi dua kelompok. Mereka dibekali Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang telah dipersiapkan dan secara bergiliran memasuki Pabrik Tahu Serasi.
Eka Pratiwi Nugrahini, selaku koordinator kelas III, berharap dengan kunjungan field trip kali ini murid mendapatkan wawasan dan informasi yang lebih luas terkait teknologi pangan sebagai bekal hidup bermasyarakat. Lebih lanjut, Eka menjelaskan urutan tahap kegiatan kunjungan di Pabrik Tahu Serasi.
Tahap pertama, murid diajak berkeliling area pabrik dengan dibimbing oleh seorang pemandu khusus. Tahap kedua, pemandu memperlihatkan kedelai yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan tahu. Tahap ketiga, murid diajak ke tempat pencucian dan perendaman kedelai. Di tempat ini, murid mengamati kedelai yang sudah direndam selama 4 jam. Tahap keempat, pemandu mengajak murid untuk melihat mesin penggiling kedelai. Pada tahap ini butiran-butiran kedelai akan digiling menjadi bubur halus. Tahap kelima, murid mengamati proses pemerasan dan penyaringan bubur kedelai agar terpisah dari ampasnya.
Pemandu menunjukkan proses perebusan bubur kedelai dengan suhu 100 derajat celcius. Proses perebusan ini akan menghasilkan susu kedelai. Untuk mendapatkan endapan tahu, susu kedelai ditambahkan asam cuka dan didiamkan.
Tak kalah asyiknya, murid diberi kesempatan oleh pemandu untuk belajar mencetak adonan tahu. Setelah selesai mencetak, murid mencoba melepaskan tahu dari cetakan. Selesai berkeliling area pabrik, murid dipersilakan menikmati hidangan tahu goreng dan susu kedelai hasil olahan pabrik Tahu Serasi. Salah satu murid kelas III, Gerrard Prajnadhira Agung, merasa sangat antusias mengikuti field trip kali ini.
“Selama ini aku kira membuat tahu itu cepat dan mudah. Ternyata, membutuhkan proses yang panjang supaya menghasilkan tahu yang berkualitas. Senang rasanya, bisa mencicipi tahu dan susu kedelai di pabriknya langsung,” pungkasnya. (Muhammad Arifin)