Oleh: Dr. dr. H. Hisbullah Amin, Sp. AN
Misi kemanusiaan RI untuk gempa Turki terdiri dari 2 kelompok besar yaitu Ina-SAR yang terdiri dari 47 personel Musar dari Basarnas dan Energency Medical Team EMT yang dikoordinir oleh Kemenkes.
Jumlah personel gabungan Ina-EMT 106 orang terdiri dari tenaga cadangan kesehatan pusat krisis kesehatan Kemenkes, Puskes TNI, Pusdokkes Polri, MDMC, NGO dll.
Salah satu tim yang tergabung Ina-EMT di Turki adalah MDMC PP Muhammadiyah. Untuk menunjang misi kemanusiaan ini MDMC mengerahkan EMT tipe 1 fix yang terdiri dari 23 personil medis: dokter, perawat, tenaga medis lainya, teknisi, logistik dll. EMT tipe 1 fix milik PP Muhammadiyah ini telah terdaftar, terstandar dan tersertifikasi oleh WHO.
Ini menjadi satu satunya EMT di Indonesia yang diakui oleh WHO. Untuk memperoleh pengakuan atau sertifikasi WHO ini mereka harus mengisi dan menyiapkan 190 SOP.
Pada misi kali ini EMT tipe 1 fix membawa 20 tenda tiup berbagai ukuran 6×8 m, 4×6 meter untuk menjadi tempat layanan kesehatan mulai dari tempat pendaftaran, poliklinik, resusitasi, ruang tindakan, farmasi, logistik, dormitori dll. Sebagai gambaran umum bahwa EMT tipe 1 milik MDMC PP Muhammadiyah ini mampu mandiri memenuhi kebutuhannya pada berbagai medan termasuk di wilayah terpencil sekalipun.
Untuk menunjang kemandirian tersebut mereka dilengkapi dengan tenaga teknisi kelistrikan, logistik, penjernih air, dapur umum dll.
Sebagai gambaran umum kami tulis profil MDMC yaitu:
Lembaga Penanggulangan Bencana Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini dalam bahasa inggris disebut dgn “Muhammadiyah Disaster Management Center” atau disingkat MDMC. Lembaga ini dirintis tahun 2007 dengan nama “Pusat Penanggulangan Bencana” yang kemudian dikukuhkan menjadi lembaga yang bertugas mengkoordinasikan sumberdaya Muhammadiyah dalam kegiatan penanggulangan bencana oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah pasca Muktamar tahun 2010.
MDMC bergerak dalam kegiatan penanggulangan bencana sesuai dengan definisi kegiatan penanggulangan bencana baik pada kegiatan Mitigasi dan Kesiapsiagaan, Tanggap Darurat dan juga Rehabilitasi.
MDMC mengadopsi kode etik kerelawanan kemanusiaan dan piagam kemanusiaan yang berlaku secara internasional, mengembangkan misi pengurangan risiko bencana selaras dengan Hygo Framework for Action dan mengembangkan basis kesiapsiagaan di tingkat komunitas, sekolah dan rumah sakit sebagai basis gerakan Muhammadiyah sejak 100 tahun yang lalu.
MDMC bergerak dalam kegiatan kebencanaan di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, sesuai wilayah badan hukum Persyarikatan Muhammadiyah yang dalam operasionalnya mengembangkan MDMC di tingkat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (Propinsi) dan MDMC di tingkat Pimpinan Daerah Muhammadiyah (Kabupaten). Sesuai dengan perkembangan maka kini sudah terbentuk EMT Muhammadiyah International.
Sejarah berdirinya MDMC ini dilatari oleh sejarah yang panjang yaitu dimulai dari tahun 1919, tujuh tahun pasca pendirian Persyarikatan Muhammadiyah, respon pertama Muhammadiyah terhadap musibah letusan Gn. Kelud di Jawa Timur, yang kemudian melahirkan PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem).
Tahun 2010 Muktamar 1 Abad memutuskan harus ada lembaga ad hoc khusus untuk Penanggulangan Bencana, yang memisahkan diri dari MKKM (yang kemudian hari MKKM di kembalikan menjadi MPKU).
Tahun 2015, MDMC di undang ke EMT Global Meeting pertama di Amerika Selatan, tidak dapat memenuhi undangan tsb. Kemudian tahun 2016, dr. Corona dan Abdoel Malik hadiri yang EMT Global Meeting ke-2.
Setelah diskusi panjang dan menyakinkan ke internal pentingnya verifikasi EMT, maka tahun 2017 akhir mendaftarkan diri untuk di verifikasi dengan mendapatkan mentor dari Australia. Ada 190 SOP untuk EMT Muhammadiyah Type 1 yang telah di buat, yang kini di uji praktek di Turkiye.
Tahun 2016, terbentuk Indonesian Humanitarian Alliance (IHA) oleh MDMC dan LPBI-NU untuk respon influx pengungsi lintas batas (refugees) Rohingya dari Myanmar ke Bangladesh, karena menolak ajakan megaphone diplomasi yang di inisiasi oleh lembaga yang kini sudah di bubarkan.
Tercetak dalam sejarah, Muhammadiyah bersama aliansi lainnya berhasil memobilisasi tim kesehatan sebanyak 16 tim. IHA sektor kesehatan di percayai untuk di pegang oleh MDMC.
Sesuai arahan PP Muhammadiyah dan ajakan Kedubes RI untuk Turki agar seluruh potensi kerelawan yang ada di Turki agar merapat ke Rumah Sakit Lapangan yang dibangun oleh pemerintah RI di kota Hassa Propinsi Hatay maka
kader Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah – Aisyiyah Turkiye memobilisasi sebanyak 36 orang relawan Muhammadiyah (6 di antaranya LazisMU) untuk menjadi tenaga pendistribusi bantuan, logistik dan penterjemah termasuk mahasiswa kedokteran seperti Bella asal Aceh (tertulis pada status sebelumnya).
Sebagai bentuk perhatian PP Muhammadiyah terhadap bencana Turki ini maka aset EMT tipe 1 fix yang di bawa ke Turki yang tergabung dalam Field Hospital RI di Hassa seluruhnya ditinggal termasuk 20 tenda tiup senilai lebih 2.5 miliar rupiah tersebut.
Hal ini untuk memenuhi permintaan otoritas kesehatan setempat agar layanan kesehatan RS di tenda lapangan yang telah dirintis pemerintah RI tersebut bisa dilanjutkan oleh tenaga kesehatan lokal. Sebagai catatan bahwa sampai hari akhir pelayanan masyarakat masih antri. Tercatat lebih 1000 pasien teregistrasi yang datang periksa, berobat dan mendapat tindakan di RS lapangan milik pemerintah RI.
Masyarakat berkata bahwa pemerintah dan tim Indonesia tidak hanya datang dengan alat tetapi mereka juga datang dengan hati. Tidak heran jika RS lapangan kita yang paling banyak dikunjungi korban gempa jauh melampaui RS lapangan milik negara lain yang datang denfan RS lapangan yang lengkap dan canggih.
Akhirnya kami ucapkan selamat kepada personel EMT tipe 1 fix MDMC yang tergabung dalam Ina-EMT di Turki yang mana mereka telah membuktikan bahwa mereka mampu berkontribusi dan berkolaborasi dgn tim lain yang bekerja atas nama pemerintah Indonesia sehingga misi kemanusiaan RI ini memperoleh apresiasi dari pemerintah Turki dan mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat setempat.
Semoga misi kali ini menjadi pembelajaran untul misi berikut dan MDMC terus berjaya, Aamiin.
Dr. dr. H. Hisbullah Amin, Sp. AN, Ketua MPKU PWM Sulawesi Selatan