Peran Transformasi Muhammadiyah dan Aisyiyah Jawa Tengah
TEGAL, Suara Muhammadiyah — Musyawarah di tingkat wilayah memiliki arti penting sebagai momentum keberlanjutan gerak organisasi. Dalam hal ini Muhammadiyah dan Aisyiyah telah banyak menorehkan kebaikan dalam perjalanan pergerakannya. Melakukan dakwah alternatif melalui gerakan aksi dan gerakan komunitas. Melalui Musywil juga kita dapat melakukan pengembangan program dan inovasi secara menyeluruh dan mendasar pada kebutuhan masyarakat.
Salmah Orbayinah menyampaikan bahwa salah satu keputusan penting dari Muktamar Aisyiyah di Surakarta adalah perlunya mengimplementasikan yang Islam berkemajuan dan risalah perempuan berkemajuan di dalam tubuh persyarikatan. Menurutnya, putusan sebagai tafsir transformatif terhadap sepak terjang Muhammadiyah dan Aisyiyah ke depan. Hal ini sejalan dengan kehadiran Islam yang memberikan posisi yang setara antara laki-laki dengan perempuan dalam mengaktualisasikan segala potensi warga Persyarikatan.
“Perempuan itu tidak punya mahkota, tapi di telapak kakinya terbentang surga. Aisyiyah terus memberikan apa yang dipunyainya. Beramal membangun negeri. Kita kaum perempuan tidak hanya bergerak di sektor domestik, tapi lebih dari itu, perempuan juga turut berperan di sektor publik,” ujarnya.
Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah mengatakan bahwa dirinya merasa dredeg saat mendengar sambutan Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah. “Dredeg dengarnya. Dalam sambutan ini saya tidak bisa menyebut satu persatu, tapi i love you full,” ujarnya.
Menurutnya, musyawarah itu untuk mencapai mufakat, bukan voting. Dan apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah dan Aisyiyah sudah sesuai dengan slogannya. “Menurut saya musyawarah jauh lebih baik,” tegasnya.
Muhammadiyah dan NU adalah organisasi tertua. Dua organisasi ini berdiri jauh sebelum negeri ini lahir. Rasanya salah jika partai politik tidak menggandeng dua organisasi ini. Kebesaran Muhammadiyah dapat tercermin dari Amal usahanya yang berjumlah puluhan ribu dan memiliki majalah tertua yang hingga saat ini masih eksis dan telah berusia lebih dari seratus tahun. Hal ini menandakan bahwa Muhammadiyah memiliki tradisi literasi sejak lama. “Bagaimanapun saya banyak belajar dari Muhammadiyah dan Aisyiyah,” ujarnya.
Senada dengan hal tersebut, Zulkifli Hasan, Menteri Perdagangan RI menyebutkan bahwa jika negeri ini ingin maju, cukup tiru saja Muhammadiyah. Tidak perlu studi banding jauh-jauh ke luar negeri. Muhammadiyah dan Aisyiyah sudah cukup untuk menjadi teladan dengan berbagai prestasi dan capaiannya hingga saat ini. (diko)