YOGAYAKRTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr KH Saad Ibrahim, MA melakukan kunjungan ke Grha As-Sakinah SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, Sabtu (11/3). Adapun kunjungannya kali ini menghadiri kegiatan Wisuda Tahfiz Al-Qur’an yang digelar oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta. Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian semarak Musyawarah Daerah (Musyda) yang rencananya akan dilaksanakan pada Sabtu-Minggu (13-14/5) mendatang.
Dalam tausiyahnya, Saad mengapresiasi para peserta didik yang telah berhasil di wisuda jalur Tahfiz Al-Qur’an. Dirinya merasa bangga karena peserta di wisuda datang dari jenjang SD/MI mulai dari kelas 6 sampai ke tingkat SMA/K yakni kelas 12. Rasa bangganya membuncak ketika ada peserta yang sudah hafal sampai 30 juz sebanyak 20 orang yang tersebar di lingkungan sekolah dan madrasah Muhammadiyah se-Kota Yogyakarta.
“Yang baru di wisuda ini, telah mempelajari sebagian dari ‘ulumul Qur’an. Para guru, ustaz, asatiz, itu semuanya telah melakukan fungsi untuk ungkapan Nabi Muhammad Saw Wa ‘Allamah (mengajarkan Al-Qur’an). Sedangkan wisudawan melakukan proses Ta’allamal-Qur’aana (mempelajari Al-Qur’an),” ujarnya.
Saad mengatakan kedua variabel (siswa dan guru) menjadi manifestasi dari Khoirukum Man (sebaik-baik di antara kalian atau umat). Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa Allah telah menurunkan sekaligus menjaga Al-Qur’an dari kerusakan dan kelaifan (QS al-Hijr [15]: 9). Sehingga, peserta didik memulai hidupnya dengan mempelajari dan menghafal Al-Qur’an secara saksama berikut beserta mengaplikasikan pengajaran nan sarat makna ke dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu hal yang dilakukan ialah dengan membunyikan Al-Qur’an. Menurut Dosen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ini, konteks membunyikan Al-Qur’an dalam khazanah Islam merupakan manifestasi dari keistimewaan agama Islam. Di mana kitab Ilahi ini tidak dibiarkan begitu saja, akan tetapi selalu dijaga dan terperlihara sampai pada akhirnya kehidupan mengalami titik akhir, yakni kiamat.
“Berhubungan dengan Al-Qur’an, umat Islam memulainya dengan bisa membaca. Lebih tepatnya adalah membunyikan, karena kalau membaca itu paham pada artinya. Yang mana masuk pada kerangka qira’ah dan tilawah. Tapi kalau membunyikan itu, istilahnya tajwid yang mana ini sangat penting. Hampir pasti kaum Muslimin—berinteraksi dengan Al-Qur’an—melaluinya dengan cara ini,” terangnya saat di wawancarai Suara Muhammadiyah.
Kemudian, menghafalkan Al-Qur’an. Untuk bisa menghafal Al-Qur’an, umat Islam harus mafhum betul hal ihwal teknik, metode, dan juga pengetahuan seputar menghafal Al-Qur’an yang baik dan benar. Tanpa ketiga hal ini, mustahil umat Islam bisa menghafal isi Al-Qur’an secara keseluruhan, lebih-lebih memahami terjemahan dan pesan yang terkandung di dalamnya.
Salah satu teknik atau metode yang dilakukan dengan Thariqah Tasalsuli (membaca secara berulang-ulang), Thariqah Jam’i (membaca dalam setiap rangkaian anak kalimat Al-Qur’an), Sima’i (menghafal dengan cara mendengarkan Muratal Al-Qur’an), dan berbagai teknik dan metode lainnya.
“Maka, semuanya itu sekali lagi merupakan bagian dari kewajiban kita dalam berIslam. Dalam konteks ini, sebelum kita membicarakan mengenai ilmu-ilmu yang lainnya yang masuk pada Ilmu Al-Qur’an (‘Ulumul Qur’an), demikian pula Hadis juga memiliki Ilmu Hadis (‘ulumul Hadis). Sekali lagi inilah keistimewaan yang saya pastikan tidak akan dimiliki oleh agama lain,” tuturnya.
Lebih dari itu, Saad berpesan agar setiap sekolah Muhammadiyah harus memiliki tarbiyatun lil iradah. Yakni Pendidikan yang menuju mendekatkan kepada Allah sekaligus orientasi pendidikan yang mengarah kepada sistem ajaran Islam.
“Al Iradah (pendidikan) sebagai bekal untuk anak-anak kita. Kalau Al Iradahnya tidak kita bangun, maka setelah itu akan hilang seluruhnya (semangat untuk belajar). Maka hemat saya, konteks dari pendidikan itu untuk membangun Al Iradah, tetapi itu tidak sekadar pendidikan cuma-cuma, namun pendidikan yang baik, unggul, tinggi, dan mulia,” ungkapnya. (Cris)