JEMBER, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Jember menyelenggarakan rangkaian kegiatan Milad ke-42 tahun. Bersamaan dengan itu, juga digelar Launching Rumah Sakit Umum Unmuh Jember yang berada di Desa Kranjingan, Sumbersari, Jember, Jawa Timur, Sabtu (11/3). Rumah sakit ini dibangun di atas lahan seluas 17547 meter persegi di mana telah dimulai sejak tahun 2021 silam.
Turut hadir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi, Bupati Jember, Ir H Hendy Siswanto, ST., IPU, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Ir Tamhid Mashudi, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Jember, Prof Dr H Aminullah Elhady MAg, Rektor Unmuh Jember, Dr Hanafi, MPd beserta dosen dan civitas akademika, dan seluruh tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Prof Haedar mengatakan Muhammadiyah era kontemporer terus bergeliat untuk membangun pusat-pusat kemajuan peradaban. Salah satunya dibuktikan lewat pembangunan dibidang pendidikan dan kesehatan secara komprehensif.
Dari bidang pendidikan, Muhammadiyah telah membangun sebanyak 173 perguruan tinggi, 1364 SMA/SMK, 1826 SMP/MTs, 2817 SD/MI, 20233 TK/ PAUD, dan juga 440 pondok pesantren. Sedangkan dibidang kesehatan, Muhammadiyah telah mendirikan sebanyak 121 rumah sakit dan 363 klinik kesehatan yang kesemuanya ini telah tersebar di seluruh penjuru negeri.
Menurutnya, kiprah yang dilakukan oleh Muhammadiyah tidak sekadar membangun tampak fisiknya semata. Namun dibalik itu ada jiwa untuk mewujudkan dan membuktikan bahwa Islam sebagai agama pembangun peradaban maju.
“Apa yang kita lakukan ini bukan semata-mata bangunan fisik dan kehadiran amal usaha dibidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial, tetapi ada ruh, jiwa, state of mind di dalamnya yakni ingin menghadirkan dan membuktikan Islam sebagai dinul al-hadlarah (agama yang membangun peradaban maju). Itulah Islam berkemajuan,” ujarnya.
Salah satu ciri khas dari agama Islam yang berkemajuan sebagaimana dicetuskan Muhammadiyah ialah sebuah kehadiran agama yang ingin membangun peradaban dunia yang kemudian bersambung dengan akhirat. Di mana peradaban dunia harus berada di atas peradaban lainnya. Yakni peradaban yang mencerahkan dan mencerdaskan.
“Muhammadiyah bukan sekadar al-harakah ad-diiniyah (Gerakan Keagamaan) semata-mata. Tetapi juga gerakan yang membangun kehidupan atas nama diniyah (agama) itu. Maka aspek ibadah, akidah, akhlak, dan mu’amalat dunyawiyah dalam pandangan Muhammadiyah adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan,” tuturnya.
Muhammadiyah di dalam berkiprah tidak terlepas dari kesepaduan beramal. Selain itu, tidak pernah memandang jenis agama, suku bangsa, dialek, ras, maupun golongan. Semuanya dipandang sama sebagai manifestasi gerakan kemanusiaan yang bersifat universal.
“Dalam konteks itulah, Muhammadiyah tidak ada jalan lain mempraktikkan agama kecuali dengan amal,” terangnya.
Selama lebih dari 1 abad, Muhammadiyah termasuk di dalamnya Aisyiyah, telah berhasil menghadirkan ke ruang publik dalam gerak nyata berkeunggulan-berkemajuan secara berkesinambungan melalui pranata-pranata modern. Yakni gerak amal usaha dan dakwah amar makruf nahi mungkar yang mencerdaskan.
“Yakni menjadikan agama sebagai alat untuk membangun pemahaman di umat supaya terdidik, mandiri, dan mengetahui hak dan kewajiban. Dan itu harus dimulai dari kita yang menggerakannya,” tukasnya. (Cris)