Nasyiatul Aisyiyah DIY Komitmen Wujudkan Perempuan Berdaya dan Berkemajuan
SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Musyawarah Wilayah (Musywil) Nasyiatul ‘Aisyiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah digelar pada Sabtu-Minggu (11-12/3). Kegiatan tersebut dipusatkan di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Seni dan Budaya, Jalan Kaliurang Km 12,5 Klidon, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, DIY. Musywil kali ini mengusung tema “Perempuan Berdaya untuk D.I. Yogyakarta Berkemajuan.”
Menurut Ketua Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyitah Bidang Pustaka, Informasi, dan Teknologi Digital Faizah, SKom., MKom, Nasyiatul ‘Aisyiyah sebagai organisasi otonom dan kader Muhammadiyah dari sejak lahirnya pada tahun 1919 dengan nama Siswo Projo Wanita telah memiliki spirit dan watak gerakan progresif mencerahkan dan tanpa melupakan nilai – nilai keislamannya.
Faizah menganggap spirit inilah yang senantiasa dijaga oleh para pimpinan Nasyiatul ‘Aisyiyah selanjutnya. “Hingga saat ini di mana Nasyiatul ‘Aisyiyah berusia 94 tahun melintasi jalan panjang sejarah bersama segenap komponen dalam menegakkan nilai – nilai Islam dan turut serta untuk membangun bangsa dan negara Indonesia,” ucapnya.
Selain itu, Musywil yang memuat agenda laporan pertanggungjawaban, pembahasan materi program, dan pemilihan pimpinan mampu mencerminkan adanya proses kesinambungan dan keberlanjutan kaderisasi dan program. Kedua hal ini sangat penting bagi progresivitas atau kemajuan gerak Nasyiatul ‘Aisyiyah.
Tidak sampai di sana, terpilihnya pemimpin yang aktif melakukan kebaikan, memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya, meneruskan kebaikan itu kepada para pemimpin selanjutnya ini bagaikan air yang mengalir ke lembah – lembah.
“Selama para pemimpin ini memberikan kebaikan kepada masyarakatnya, maka gerak organisasi ini tidak akan mati,” imbuh Faizah.
Dirinya berharap agar Musywil ini dapat berjalan dengan sukses, demokratis, dan dinamis. Tidak ada keributan dan perpecahan seperti halnya pada Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah di Surakarta, Jawa Tengah.
“Semoga Musywil dapat berjalan dengan demokratis dan dinamis sebagai bagian estafet langkah bagi perjuangan Nasyiah di DIY serta menghasilkan pimpinan yang berkualitas dan amanah untuk mengemban tanggung jawab organisasi pada masa – masa yang akan datang,” tuturnya.
Di sisi lain, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, Iwan Setiawan, SPdI., MSI mengatakan bahwa Yogyakarta itu istimewa. Keistimewaan ini karena Yogyakarta sebagai ibukota Muhammadiyah yang memiliki pusat-pusat pendidikan dan pelayanan kesehatan. Sehingga dari titik ini, banyak para kader Muhammadiyah ingin dikader di Jogja.
“Jogja ini sesuatu yang istimewa, kalau kita lihat semua kader yang ada di Indonesia tentu banyak yang ingin dikader di Jogja ini. Sehingga, ketika kita bicara berkaitan dengan kader itu, tidak perlu berpikir bahwa ketua umum ortom itu haruslah orang Jogja. Banyak Ketua Pemuda yang berasal dari luar Jogja, begitu juga Ketua NA berasal dari luar Jogja,” ujarnya.
“Dengan fakta itu, bisa dibilang kalau Jogja ini adalah melting pot,” imbuhnya.
Selain itu, Iwan juga menyampaikan bahwa PWM DIY memiliki dua hal pokok dari hasil Musywil XIII Februari lalu. Dua hal pokok tersebut menjadi bagian dari program kerja secara keseluruhan.
Pertama menumbuhkan pusat – pusat keunggulan yang ada di DIY ini. Baik itu berkaitan dengan AUM atau juga di luar amal usaha. Kalau kita melihat, tentu sekolah ini selanjutnya, rumah sakit, dan amal usahaekonomi juga menjadi pusat keunggulan.
“Terutama sekolah, untuk SD/MI Insyaallah unggul, begitu juga dengan Universitas dan Perguruan Tinggi tidak kalah dengan swasta yang lain. Selanjutnya, semoga SMP/MTs, SMA, SMK, dan MA kita juga bisa menjadi pusat keunggulan,” ungkapnya.
Kedua, PWM DIY mencoba di Muhammadiyah ini ada yang dinamakan sekoci – sekoci perkaderan yang ada di Muhammadiyah. Apa itu sekoci? Sebenarnya banyak kader ortom punya kemampuan yang kalau kita lihat bisa didistribusikan di dalam banyak hal. Kalau Buya Syafii menyampaikan, kalau kita menjadi kader ini ada yang menjadi kader persyarikatan, kader umat, dan kader bangsa.
“Kita mau jadi apapun juga, hati kita ini adalah hatinya orang Muhammadiyah dan di manapun kita ditempatkan hati kita ada di dalam Muhammadiyah,” katanya. (Cris)