Berdiang di Perapian Buya Syafii, Mencari Kehangatan dari Pemikiran Buya

Berdiang di Perapian Buya Syafii, Mencari Kehangatan dari Pemikiran Buya

MALANG, Suara Muhammadiyah – Sosok Buya Syafii Maarif dikenal sebagai figur cendekiawan dan panutan bagi masyarakat Indonesia. Banyak karya buku dari sastrawan maupun ilmuwan yang mengambil pemikiran-pemikiran Buya Syafi’i. Salah satunya buku berjudul “Berdiang di Perapian Buya Syafii” karya Riki Dhamparan Putra yang dibahas pada bedah buku garapan Direktorat Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Diskusi yang dilaksanakan pada 18 Maret 2023 itu juga bekerjasama dengan Gerakan Pemikiran Syafii Maarif (GPSM). Menariknya ada sederet pemateri yang membahas dan membedah buku tersebut. Adapun penulis, Riki, mengatakan bahwa tulisan-tulisan dalam bukunya merupakan sudut pandang dirinya mencari kehangatan dari pikiran-pikiran dan juga gagasan-gagasan Buya Ahmad Syafii Maarif. Utamanya mengenai agama, bangsa, dan budaya.

“Sudut pandang mengenai kebudayaan paling menonjol di buku ini. Karena saya melihat kebudayaan menjadi hal yang khas dalam pemikiran-pemikiran Buya Syafii. Atas dasar itulah saya menyusun buku ini. Tentu harapannya bisa menjadi satu dari banyak rujukan untuk mendalami pemikira Buya Syafii,” terangnya.

Dalam pemikiran Buya Syafii, menurut Riki, Indonesia berada pada kacamata kebudayaan dan visi yang masih terus berproses. Di mana Indonesia merupakan negara yang majemuk dan berusaha menyatukan masyarakatnya menjadi satu bangunan yang utuh.

“Salah satu wujud utama dalam identitas keindonesiaan itu dibentuk dari agama. Sebelum Islam datang ke Indonesia, nenek moyang kita sudah memiliki ilmu teologisme sejak ratusan tahun lalu. Ilmu itu sudah ada dan membentuk jalur pemikiran mengenai alam semesta, walaupun tidak diwujudkan dalam bentuk kitab,” jelas Riki.

Lebih lanjut Riki menjelaskan bahwa ilmu itu lahir dan terekspresi dalam bentuk kebudayaan yang diamalkan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Hal tersebutlah yang menjadi titik tekan Buya Syafii melihat keislaman dan keindonesian.

Dalam kesempatan itu, hadir pula Dosen President University Dr. Abdullah Sumrahadi, S.IP, M. Sc sebagai pembedah buku. Abdullah mengatakan bahwa buku ini menjadi sebuah hadiah bagi kelompok yang ingin mendalami pemikiran-pemikiran Buya Syafii dari perspektif yang berbeda. Setidaknya dari sudut pandang kebudayaan dan literasi.

“Islam itu harus membumi dalam gerakan-gerakannya. Dan salah satunya melalui kebudayaan,” ungkap Anggota Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PP Muhammadiyah tersebut.

Hal tak jauh berbeda juga disampaikan pembedah lainnya, dosen Hubungan Internasional UMM Muhammad Subhan Setowara, S.H.I., M.A. Menurutnya, selain dikenal dengan pemikiran-pemikirannya tentang agama dan bangsa, Buya Syafii juga sangat dekat dengan para pemuda. Pun dengan upaya mendorong mereka untuk menjadi agen perubahan.

“Hal itu juga dituliskan dalam buku ini. Menariknya, tulisan bagian itu diberi sub judul yang cukup unik yaitu Muda Penjaga Layar Perahu. Saya rasa buku ini ditulis dengan ringan dan sederhana, sehingga pembaca bisa langsung memahami dan tidak merasa capek,” pungkasnya. (*)

Exit mobile version