Puasa yang Bermartabat

 Puasa yang Bermartabat

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Puasa hari pertama telah dijalani, kaum muslimin berlomba memaksimalkan kesempatan ibadah di bulan suci. Berbagai kegiatan khas Ramadhan dipenuhi dan ramai dilaksanakan di masjid-masjid mana saja yang ditemui. Demikian halnya kajian berbuka puasa hari pertama di masjid Islamic Center UAD bersama Ustadz Anhar Anshori (23/3).

Rasulullah memberikan berbagai kabar gembira terkait pelaksanaan puasa ramadhan. Selain kenikmatan yang langsung dirasakan saat berbuka, puasa juga mengantarkan umat islam pada kenikmatan hakiki di akhirat kelak, yakni saat bertemu Allah. Kenikmatan yang tentu tidak didapat begitu saja namun hanya bisa diraih dengan proses perjuangan.

” Secara khusus orang-orang yang berpuasa dipanggil oleh para malaikat untuk masuk syurga melalui pintu khusus, yakni pintu Arroyan,” Jelas Anhar.

Terdapat beberapa hadis berkaitan dengan bulan Ramadhan yang populer di dalami saat bulan Ramadhan, diantaranya ialah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam shahihnya nomor 1899.

  إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ

“… dia mendengar Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila bulan Ramadan datang, maka pintu-pintu langit dibuka sedangkan pintu-pintu jahanam ditutup dan setan-setan dibelenggu”.

Secara sekilas hadis ini bertentangan dengan hadis terkait orang yang berpuasa namun mendapat tak lain kecuali lapar dan haus saja.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ

“… dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan bagian dari puasanya melainkan lapar dan dahaga..” (HR. Ahmad: 8501)

Apakah betul kedua hadis di atas bertentangan? Siapakah yang membelenggu dan merantai setan-setan sehingga tidak bisa berbuat apa-apa?

Anhar yang juga kepala Lembaga Pengembangan Studi Islam Universutas Ahmad Dahlan menjelaskan bahwa fail/subjek pada hadis pertama bukanlah Allah. Akan tetapi dalam bentuk dhomir mustatir/kata ganti tersembunyi merujuk pada seorang hamba muslim yang melaksanakan puasa Ramadhan.

Sebagaimana amalan buruk membuka pintu neraka, maka yang menjadi belenggu pada setan adalah amalan-amalan baik yang sekaligus menjadi kunci-kunci pembuka pintu syurga.

Puasa yang telah diwajibkan kepada umat nabi Muhammad dan umat-umat yang lalu bertujuan agar orang-orang yang melaksanakannya mencapai derajat takwa. Bertakwa dimana dan sampai kapanpun juga

‘Jangan sampai takwa menghilang setelah puasa, karena ketakwaan itu tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.’ Ungkapnya.

 

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari: 38).

Anhar menambahkan bahwa iimanan wahtisaban berarti karena atas dasar iman dan juga penuh pertimbangan, perhitungan, serta kehati-hatian. (Ilham)

Exit mobile version