Krisis Ulama Muhammadiyah?

Krisis Ulama Muhammadiyah?

Judul Buku: Reformulasi Kaderisasi  Ulama Muhammadiyah

Penulis: Dr. Ahmad Fihri, MA.

Pengatar: Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed.

Penerbit: Semesta Irfani Mandiri

Tahun Terbit: 2022

Tebal: 280 + x halaman

Benarkah Muhammadiyah saat ini mengalami krisis ulama? Pertanyaan ini menarik karena mayoritas pesantren Muhammadiyah yang kini berjumlah 440 buah, tersebar di 27 Provinsi Indonesia selalu mengeluhkan kekurangan ustadz dan ulama.  Tidak sedikit pesantrenMu yang terpaksa “mengimpor” ustadz, khususnya bahasa Arab, dari organisasi di luar Muhammadiyah.

Sejumlah PDM atau PWM juga terkadang mengalami keterbatasan stok ulama saat menyusun kepengurusan Mejelis Tarjih dan Tajdid. Penilaian sebagian kalangan juga ada benarnya bahwa kepemimpinan Muhammadiyah setelah almarhum KH. Azhar Basyir, MA diketuai bukan oleh ulama, tetapi akademisi atau cendekiawan yang bukan lulusan pesantren, meskipun bergelar Prof. Dr.

Selama ini, produksi ulama Muhamamdiyah itu cenderung bersifat alamiah, tidak by design. Pimpinan persyarikatan, baik tingkat pusat, wilayah, daerah maupun cabang dan ranting, “nyaris” tidak memiliki agenda kaderisasi ulama. Kalaupun ada perencanaan untuk kaderisasi ulama, pada umumnya hanya terjadi pada keluarga kiai pesantrenMu yang memang peduli terhadap regenerasi kepemimpinan pesantrenMu di masa depan.

Kaderisasi ulama Muhammadiyah tidak mungkin dilakukan secara instan.  Kegelisahan mengenai kelangkaan dan krisis ulama Muhammadiyah mulai direspon oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan mendirikan pesantren luhur khusus untuk program Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) atau al-Ma’had al-‘Ali li Ulama’ at-Tarjih li al-Muhammadiyah pada 2003. Proyek PUTM ini diintegrasikan pada beberapa PTM, seperti: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan Universitas Muhammadiyah Makassar. PUTM merupakan bagian dari Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dengan program khusus mendidik dan mempersiapkan ulama tarjih Muhammadiyah yang berkompeten di bidang keulamaan, keilmuan, dakwah, tafaqquh fi ad-Din, pendidikan dan kepemimpinan Islam.

Bagaimana kaderisasi ulama Muhammadiyah didesain dan dikembangkan melalui PUTM? Buku Reformulasi Kaderisasi Ulama Muhammadiyah  (2022) karya Ahmad Fihri berupaya menjawab kegelisahan dan kelangkaan kaderisasi ulama.  Buku hasil riset yang berasal dari disertasinya ini memotret implementasi konsep kaderisasi ulama PUTM, dengan lokus model pendidikan kader ulama PUTM Yogyakarta. Menurutnya, untuk mengatasi krisis ulama diperlukan model pengembangan  kaderisasi ulama dengans strategi agresif dan proaktif, di samping strategi turn around, memperbaiki dan membenahi kelemahan PUTM agar PUTM menjadi proyek unggulan dan banyak diminati. Problem utamanya selama ini adalah rendahnya minat calon ulama, bibitnya langka, di samping rendahnya penguasaan “ilmu alat” (bahasa Arab) calon peserta PUTM.

Reformulasi kaderisasi ulama Muhammadiyah juga dapat dilakukan dengan strategi diversifikasi, untuk mengurangi ancaman dengan memanfaatkan kekuatan internal PUTM. Program diversifikasi yang perlu dikembangkan adalah peningkatan kualitas SDM pengelola dan manajemen untuk mendukung kualitas pembelajaran dengan menghadirkan dosen-dosen nasional dan internasional, terutama dari perguruan tinggi di Timur Tengah, berikut penguatan kajian kutub at-Turats (buku-buku khazanah peradaban Islam).

Selain itu, kaderisasi ulama Muhammadiyah juga dapat dilakukan dengan strategi difensif untuk memperbaiki kelemahan PUTM dalam rangka minimalisasi ancaman. Strategi ini dilakukan dengan rekrutmen dosen secara terbuka sesuai kompetensi dan profesionalitas yang dibutuhkan. Dalam waktu bersamaan, strategi ini juga harus diperkuat dengan Kerjasama dengan sejumlah PTM dan kerjasama internasional. Di atas semua itu, landasan filosofis Pendidikan kaderisasi ulama Muhamamdiyah secara ontologis, epistemologis, aksiologis, dan standarisasi sistem Pendidikan kader ulama Muhammadiyah juga harus dipenuhi.

Buku yang dipengantari oleh Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah ini, layak dijadikan sebagai referensi dalam pengembangan sistem kaderisasi ulama Muhammadiyah, khususnya ulama tarjih. Sayangnya, buku ini tidak dilengkapi indeks dan best practice sebagai bahan evaluasi dan inspirasi untuk mengatasi krisis ulama melalui pesantrenMu. (Muhbib Abdul Wahab, Wakil Ketua I Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah 2023-2027)

 

Exit mobile version