Manusia Petarung
Oleh: Sakila Ghina Athifa Eka Bhavani
YOGYAKARTA. Suara Muhammadiyah – Tidak terasa sudah memasuki hari ketujuh Ramadhan. Untuk kali ini ustadz Anhar Anshory memberikan ceramah tarawih mengenai manusia ditakdirkan untuk menjadi petarung, pada hari Rabu, (29/03). Petarung yang dimaksud tentu memiliki makna yang positif. Nenek moyang dahulu pun diawali dengan kegiatan pertarungan.
Dalam firman Allah swt:
اِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
“Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.” (Q.S: Yusuf: 5)
Pada ayat ini menjadi penegasan Allah, bahwa setan itu musuh yang nyata bagi manusia, maka jadikanlah dia itu musuh bagi manusia. Karena setan adalah musuh bebuyutan manusia sejak zaman dahulu, maka manusia tidak akan bisa lepas dari pertarungan. Setiap waktu dan setiap saat dalam kondisi bertarung termasuk pada bulan suci Ramadhan ini.
“Nabi menegaskan bahwa pada bulan suci ini pintu surga terbuka dan pintu neraka tertutup. Setan-setan dirantai. Lalu siapakah yang merantai setan jika bukan Allah? Yang merantai setan adalah orang yang berpuasa. Lalu bagaimana cara kita merantai atau melawan setan-setan itu, tentu saja dengan bertarung.” Terangnya.
Umumnya manusia gelagapan atau gagal ketika melawan seorang musuh. Manusia gagal karena tidak dapat memahami lawan. Seorang petinju ketika ia ingin bertarung, maka ia akan mempersiapkan dirinya sebulan bahkan satu tahun sebelumnya. Ia akan tekun mempelajari musuhnya mulai dari kekuatannya sampai strategi pertarungannya. Gagal memahami lawan, sama dengan gagal untuk mengalahkan lawan. Setan memiliki strategi dalam menipu manusia, dia memiliki keistimewaan-keistimewaan yang luar biasa. Jadi, walaupun dia menentang perintah Allah tetapi juga memiliki kekuatan tersendiri.
Untuk memahami diri dan kualitas keimanan, manusia itu harus memiliki tantangan, sehingga Allah menciptakan setan. Karena jika Allah tidak menciptakan setan, hidup manusia akan hampa karena tidak ada perjuangan, sehingga harus memahami musuhnya.
Setan dengan bangga mengatakan bahwa dirinya diciptakan dari api. Tidak ada yang berani menyentuh mereka karena sifatnya yang membakar. Sedangkan manusia diciptakan dari tanah, sehingga dapat dipahami bahan baku manusia dengan setan memang berbeda. Di sisi perbedaan itu ada ibrah yang bisa diambil. Api memiliki sifat membakar, tetapi ia tidak bisa melawan tanah. Sebesar apapun api dan sepanas apapun api jika ditimpa dengan tanah dia akan padam.
Setan itu memiliki strategi dan tipuannya yang sangat luar biasa. Setan mampu menipu Adam dan Hawa untuk memakan buah khuldi. Oleh karena dibutuhkan strategi untuk melawan setan dan kebohongannya.
“Sehingga, kaum Millenial harus memiliki strategi untuk bertarung, berjuang, dan berlomba-lomba ntuk menggapai kemuliaan. Yaitu harus dengan pertarungan, pahami dulu musuh- musuh kita, bagaimana strateginya, dan bagaimana strategi kita menghadapinya itulah yang harus kita cari,” tutupnya.