Ramadhan Ibadah Istimewa

Ramadhan Ibadah Istimewa

Foto Ilustrasi

Ramadhan Ibadah Istimewa

Oleh: Raspa Laa, S.Pd.I., M.Pd

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqarah : 183)

 

Ayat ini yang kemudian dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam membahas perihal ibadah puasa.  Puasa tidak hanya merupakan ibadah yang harus dijalankan oleh seorang muslim, tapi juga merupakan salah satu dari rukun keislaman seseorang.  Ini tentu bermakna, bahwa jika ada orang yang mengaku muslim, namun tidak melaksanakan ibadah puasa, maka menjadi rusaklah keislamannya.

Disamping berisi perintah untuk melaksanakan puasa sebagai kewajiban, ayat ini seolah-olah ingin menginformasikan bahwa ibadah puasa merupakan ibadah istimewa  karena orang-orang yang dipanggil juga merupakan orang-orang khusus.  Sekiranya tidak ada pengkhususan, maka tentu kata yang digunakan adalah “yaa ayyuhal muslimuun” (hai orang-orang muslim).  Dalam ayat ini kalimat yang digunakan adalah yaa ayyuhalladziina aaamanuu (hai orang-orang yang beriman).  Ini bermakna yang dipanggil adalah orang Islam yang sudah memiliki keimanan, meyakini akan ajaran yang dianutnya.

Orang yang dipanggil melaksanakan ibadah puasa ini adalah orang-orang khusus, karena garansi (ganjaran) yang dijanjikan oleh Allah SWT juga merupakan derajat istimewa.  La’allakum tattaquun (agar kalian bertaqwa), adalah janji Allah SWT di penghujung ayat yang memerintahan untuk berpuasa.  Seolah ingin menyampaikan bahwa “Wahai orang-orang yang percaya kepada-Ku, jika ingin derajatmu bertambah di mata-Ku sebagai orang-orang yang bertakwa maka laksanakan ibadah puasa ini sebagai sebuah kewajiban, sebagaimana telah diwajibkan terhadap orang-orang terdahulu.

Takwa adalah kondisi dimana seorang hamba tunduk dan patuh dalam menjalankan prosedur yang telah diatur oleh Allah SWT sebagai khaliq, baik out perintah maupun larangan.  Melaksanakan segala yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang dilarang dengan menggunakan segala potensi yang diberikan oleh Allah SWT.

Takwa juga merupakan derajat tertinggi seorang hamba di mata Allah SWT.  Bahkan ketakwaan ini juga menjadi unsur pertama yang harus diraih oleh seorang manusia dalam dunia pendidikan sebagaimana yang dimanahkan oleh UU, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah terciptanya manusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dari derajat takwa yang diraih inilah kemudian kita akan mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT Yang Maha Mulia.

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

“… Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. …. (QS. Al-Hujurat : 13)

Kita kadang tertipu saat dimuliakan oleh sesame manusia.  Dipuji, dihormati, disanjung-sanjung oleh sesama manusia.  Yang kadang semua itu dilakukan karena ada niat-niat lain yang terselubung.  Sementara Allah SWT menjanjikan kemuliaan di dunia dan akhirat bagi setiap mereka yang mau bertakwa kepada-Nya.  Dan untuk sampai pada derajat takwa ini, salah satu jalannya adalah dengan melaksanakan ibadah Ramadhan ini dengan baik.

Inilah mengapa Ramadhan menjadi Ibadah yang Istimewa, karena pertama, orang yang diundang adalah mereka dengan kualitas keimanan yang mantap.  Bagaimana tidak mantap, karena mereka yang melaksanakan ibadah puasa adalah mau menahan lapar dan haus dengan sengaja.  Bukan karena tidak ada makanan atau minuman, atau kita tidak punya kesempatan dalam melakukan aktifitas-aktifitas yang bisa membatalkan puasa itu sendiri. Yang kedua, ganjaran yang dijanjikan adalah derajat istimewa, yaitu takwa.

Raspa Laa, S.Pd.I., M.Pd, Dosen STKIP Muhammadiyah Kalabahi

Exit mobile version