Sadar Kolektif dengan Lingkungan Sekitar

Sadar Kolektif dengan Lingkungan Sekitar

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Salah satu akar rumput dari permasalahan kehidupan masa kini mengenai lingkungan. Eksistensi lingkungan kian mengemuka ketika dalam beberapa tahun belakangan ini terjadi perubahan iklim yang sangat ekstrem. Karena itu, dibutuhkan kesadaran kolektif dari seluruh penduduk di muka bumi untuk mencegah agar perubahan iklim tidak sampai menjalar luas dampak buruknya bagi kelangsungan hidup umat manusia semesta.

Permasalahan tersebut menjadi ide dari Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyelenggarakan kegiatan Tadarus Lingkungan x Sedekah Energi. Mengusung tema “Masjid Sebagai Pelopor Solusi Iklim”, kegiatan tersebut disatupadukan dengan launching Sedekah Energi yang dilaksanakan Ahad (9/4) bertempat di Ruang Aula Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta.

Menurut Dosen dan Ketua Departemen Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Dr Abdul Gaffar Karim, SIP., MA, dirinya mengatakan bahwa permasalahan lingkungan meniscayakan kohesi dengan ajaran agama, utamanya agama Islam. Bersamaan dengan itu, Gaffar menyebut lingkungan saat ini menjadi sesuatu yang tertinggal untuk diperhatikan bagi umat manusia di bumi. Tak pelak, berbagai bencana alam kerap menerpa yang itu menjadi kerugian tersendiri bagi umat manusia.

“Dari beberapa permasalahan yang dihadapi umat manusia, urusan iklim (lingkungan) menjadi sesuatu yang cukup terabaikan dalam diskursus keislaman. Adalah sesuatu yang pada umumnya dianggap sekunder dalam akhlak sosial bagi umat Islam. Padahal Al-Qur’an dan As-Sunnah itu tidak kurang-kurang yang menyinggung tentang alam dan lingkungan,” terangnya.

Sehingga kehadiran ormas Islam seperti Persyarikatan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama diharapkan menjadi uswah hasanah bagi warga masyarakat untuk bersama-sama hadir menyelamatkan lingkungan dari terjadinya perubahan iklim yang dampaknya melahirkan kerusakan dalam jangka panjang.

Sementara itu, Perwakilan MOSAIC sekaligus Wakil Ketua MLH PP Muhammadiyah Dr Ir Gatot Supangkat, MP., IPM., ASEAN., Eng mendukung sinergi dan kolaborasi antar umat lintas agama dalam menggerakkan aksi penyelamatan lingkungan. Pihaknya mendorong kepada segenap tokoh-tokoh agama untuk berkontribusi dengan mengajak umat manusia bersatu padu merawat sekaligus melestarikan lingkungan di muka bumi.

“Kami menginginkan Muhammadiyah beserta Nahdlatul Ulama, termasuk para mubalighnya agar bisa terlibat langsung aktif menyuarakan dan menggerakkan isu-isu terkait lingkungan,’ jelasnya.

Founder Gerakan Sedekah Sampah, Ananto Isworo, SAg mengatakan bahwa awal mula mendirikan gerakan ini sempat menjadi penolakan dari beberapa kalangan. Namun dengan pergumulan panjang disertai ikhtiar, akhirnya masyarakat menyadari pentingnya gagasan yang dicetuskan olehnya, yakni Gerakan Sedekah Sampah berbasis Eco-Masjid. Dengan gerakan ini, dirinya berkomitmen untuk merawat lingkungan lewat pengelolaan sampah. Kumpulan sampah itu kemudian dijadikan menjadi satu, lalu disedekahkan sehingga dapat diolah kembali menjadi barang berguna berikutnya.

“Menjaga lingkungan itu bagian dari menjaga agama, memelihara akal sehat. Oleh sebab itu, kami memulai menjadi Kampung Pro-Iklim mulai dari masjid. Dari sampah kita ubah menjadi sedekah, dari sampah kita ubah menjadi berkah, dari sampah sebagai pintu jalan masuk surga,” katanya.

Kemudian, Elok Faqiatul Mutia selaku Project leader Sedekah Energi mengatakan inspirasi dari lahirnya gerakan ini karena kerisauan dengan energi, khususnya energi listrik. Sebab menurutnya permasalahan energi listrik kerap terjadi di lingkungan masjid, di mana ketika mati listrik, membuat aktivitas ritus peribadatan menjadi terganggu. Sehingga dirinya mengajak untuk ikut andil dalam sedekah energi ini. Dirinya menyebut bahwa gerakan ini sudah dimulai di Masjid Al Muharram di Brajan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

“Ada satu hal yang membuat saya risau ketika saya berkunjung ke masjid seringnya mati lampu di masjid tersebut. Ini permasalahan yang mungkin klasik, padahal sebenarnya listrik itu adalah hal yang paling penting apalagi ketika kita menyelenggarakan kegiatan yang banyak,” tuturnya. (Cris)

Exit mobile version