Kesalehan Sosial sebagai Wujud Takwa

Kesalehan Sosial sebagai Wujud Takwa

Kesalehan Sosial sebagai Wujud Takwa

Oleh: Mohammad Fakhrudin

اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ

Allaahu akbar! Allaahu akbar!  Laa ilaaha illallahu wallaahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahil-hamd

Jamaah salat ‘Idul Fitri yang dimuliakan Allah!

Sampai saat ini kita memperoleh kenikmatan lengkap, yakni Islam, iman, sehat, dan sempat. Semua itu kita peroleh berkat rahmat, taufik, hidayah, dan inayah Allah Subhanahu wa Ta’aala. Dengan semua itu, sejak kemarin sore kita mengucapkan takbir, tahlil, dan tahmid. Berkenaan dengan itu, mari kita bersyukur kepada-Nya.

Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada uswah hasanah kita, Nabi Muhammad Shalallallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya, yang senantiasa ittiba’ padanya. Aamiin.

Jamaah salat ‘Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Satu bulan sudah kita menunaikan salah satu kewajiban sebagai umat Islam, yakni puasa Ramadan. Allah Subhanahu wa Ta’aala mewajibkannya agar kita menjadi orang yang bertakwa. Firman-Nya dalam surat al-Baqarah (2):183

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ

Allaahu akbar! Allaahu akbar!  Laa ilaaha illallahu wallaahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahil-hamd

Tanda-tanda orang yang bertakwa dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’aala, di antaranya,  pada surat al-Baqarah (2):177

لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memer­lukan perto­longan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (me­merdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan me­nu­naikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesem­pitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

للهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ

Allaahu akbar! Allaahu akbar!  Laa ilaaha illallahu wallaahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahil-hamd

Jamaah salat ‘Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Di dalam bulan Ramadan, selain berpuasa, kita mengerjakan tarawih, tadarus, dan i’tikaf. Bahkan, kita meningkatkan amalan yang berfungsi sosial seperti sedekah dan infak. Sebagai ibadah penyem­pur­na puasa, kita menunaikan amalan yang berfungsi sosial juga, yakni zakat fitri.

Perayaan ‘Idul Fitri bagi umat Islam merujuk, di anta­ranya, pada Ayat 185 surat al-Baqarah

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

”… dan supaya kamu menyempurnakan bilangannya dan supaya kamu mengagungkan kebesaran Allah atas petunjuk yang telah Dia berikan kepadamu dan supaya kamu bersyukur’.

Nah, bagaimana cara kita mengagungkan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’aala dan mensyukuri nikmat pemberian-Nya? Mari kita tingkatkan kesalehan sosial sebagai wujud ketakwaan kita dengan mengamalkan firman Allah Subhanahu wa Ta’aala ayat 177 surat al-Baqarah, yaitu beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang kita cintai kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memer­lukan perto­longan) dan orang-orang yang meminta-minta;  mendirikan shalat, dan me­nu­naikan zakat; dan menepati janji apabila berjanji, dan sabar dalam kesem­pitan, dan penderitaan.

Dengan mengamalkannya, insya-Allah kita dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’aala sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Hujurat (49):13,

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ

Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu.”

Jamaah salat ‘Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Kita dimuliakan oleh sesama manusia saja sangat senang. Apalagi, dimuliakan oleh Allah

Subhanahu wa Ta’aala! Mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’aala, Dzat Yang Mahamulia, pasti mulia di mata manusia.

Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa jika kita melak­sanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’aala dan me­ninggalkan larangan-Nya pasti mulia di mata manusia. Semua yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’aala, yang wajib kita lakukan, pasti men­datangkan kebaikan. Sebaliknya, semua yang dilarang-Nya, dan karena itu, wajib kita tinggalkan, pasti mendatangkan keburukan.

اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ

Allaahu akbar! Allaahu akbar!  Laa ilaaha illallahu wallaahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahil-hamd

Jamaah salat ‘Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Idul Fitri merupakan satu kesatuan dengan ibadah Ramadan. Oleh karena itu, amal saleh pada bulan Ramadan kita jadikan modal bagi amal saleh pada bulan selanjutnya.

Apa arti beridul fitri jika hari ini sama dengan kemarin; esok sama dengan hari ini; atau malahan mungkin lebih jelek.

Apa arti beridul fitri manakala nurani dibohongi. Nikmat Allah pun dikorupsi sampai tak ingat mati atau mengira kematiannya sama dengan kematian hewan; tak perlu pertanggung­jawabkan perbuatan kepada Tuhan.

Apa arti beridul fitri jika keben­cian tetap kebencian tak berganti kasih sayang atau kasih sayang berganti kebencian.

Ketakacuhan tetap ke­takacuhan tak berganti kepedulian atau kepedulian berganti ketakacuhan.

Kebohongan tetap kebo­hongan tak berganti kejujuran atau kejujuran berganti kebohongan.

Kesombongan tetap kesom­bongan tak berganti kerendah­hatian atau kerendahhatian berganti kesombongan.

Kekasaran dan kekerasan tetap kekasaran dan kekerasan tak berganti kelemahlembutan atau kelemahlembutan berganti keka­saran dan kekerasan.

Ketumpulan perasaan tetap ketumpulan tak berganti kepekaan atau kepekaan berganti ketumpulan.

Apa arti beridul fitri jika tak ada keramahtamahan. Yang ada saling meremehkan. Tak ada saling hormat. Yang ada saling hujat.

Tak ada saling sayang. Yang ada saling tendang.

Tak ada saling rangkul. Yang ada saling pukul.

اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ

Allaahu akbar! Allaahu akbar!  Laa ilaaha illallahu wallaahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahil-hamd

Ya, Allah! Kami mohon perlindungan. Peliharalah kami agar tidak termasuk orang-orang yang lalai! Ya, Allah, ya, Tuhan kami, teguhkanlah iman kami, tetapkan­lah sikap jiwa kami untuk menja­wab segala tentangan dan tantangan yang berada di sekitar kami. Berilah kami, ya, Allah, kesabaran, kemampuan, dan kekuatan beramal dan berjihad untuk membela agama-Mu.

Ya, Allah, ya, Tuhan ka­mi! Jadikanlah negeri kami ini negeri yang aman, sejahtera, adil, dan makmur dalam ampunan-Mu. Tunjuki­lah kami, yang benar itu benar, dan berilah kami kekuatan untuk menegakkan kebenaran itu, dan tunjukilah kami, yang batil itu batil, dan berilah kemampuan dan kemauan meninggalkannya.

Ya, Allah! Muliakan kedua orang tua kami. Merekalah pendidik pertama dan utama. Maafkan kami, wahai, kedua orang tua kami, insan mulia.

Wahai, saudara kami sesama muslim! Maafkan jika tanpa kami sadari telah berucap dan/atau berbuat bodoh dan zalim sehingga melukai hati. Sungguh sangat sedih hidup tanpa maaf.

Taqabbalallahu minna wa minkum!

 

Mohammad Fakhrudin, warga Muhammadiyah tinggal di Magelang Kota

Exit mobile version