Haedar Nashir Buka Gema Takbir Jogja 2023 di Masjid Gedhe Kauman

Haedar Nashir Buka Gema Takbir Jogja 2023 di Masjid Gedhe Kauman

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Bulan Ramadhan telah berakhir. Pimpinan Pusat Muhammadiyah secara resmi mengumumkan Idul Fitri 1 Syawal 1444 H jatuh pada Jumat 21 April 2023. Karena itu, untuk memeriahkan Idul Fitri, pada malam harinya gema takbir telah berkumandang.

Seperti yang tampak di pelataran Masjid Gedhe Kauman, Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Gondomanan menyelenggarakan kegiatan Gema Takbir Jogja 2023, Kamis (20/4). Kegiatan tersebut mengusung tema “Jogja Bertakbir, Mencerahkan Syiar”. Selama kegiatan, peserta menampilkan atraksinya di pelataran Masjid Gedhe Kauman dan berjalan menuju kawasan titik Nol Kilometer untuk menampilkan atraksinya kembali.

Dalam kegiatan yang pertama kalinya digelar setelah tiga tahun terbelenggu oleh Wabah Pandemi Covid-19 ini, para peserta lomba gema takbir yang berasal dari anak-anak dan remaja dari perwakilan masjid se-Kota Yogyakarta memperebutkan Piala Sultan Sri Sultan HB X dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Kegiatan ini dihadiri dan dibuka secara langsung oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Turut hadir Ketua PWM DIY, Ikhwan Ahada, Bendahara Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata PP Muhammadiyah, Ahmad Syauqi Soeratno, Anggota DPD RI DIY HM Afnan Hadikusumo, Ketua Takmir Masjid Gede Kauman, Azman Latief, Ketua Panitia, Lukman Nur Cahyo, Dirlantas Polda DIY, Kombes Pol Alfian Nurrizal, perwakilan dari Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, dan beberapa tamu undangan lainnya.

Dalam sambutannya, Haedar menyampaikan bahwa umat Islam telah berhasil menyelesaikan serangkaian ritus peribadatan di bulan Ramadhan. Dan pada malam hari ini, umat Islam secara bergembira memgumandangkan gema takbir, tahmid, dan tasbih sebagai wujud syukur atas hidayah Allah. Kumandangnya itu begitu membahana di Komplek Masjid Gede Kauman Yogyakarta yang dibawakan oleh seluruh peserta Gema Takbir Jogja 2023.

“Alhamdulillah malam hari ini, kita berkumpul di Masjid Gede yang bersejarah untuk syiar mengakhiri bulan Ramadan dan mengawali 1 Syawal 1444 Hijriah. Dan nanti kita akan melepas gema takbir untuk menyambut 1 Syawal 1444 H, Hari Raya Idul Fitri,” ujarnya.

Haedar mengatakan bahwa perlombaan ini bukan soal kejuaraan yang ditekankan, akan tetapi merepresentasikan syiar umat Islam di dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri sarat dengan kegembiraan dan sukacita. Karena menurutnya semua peserta sebagai juara karena telah berani berjuang untuk menampilkan kemampuan terbaiknya. Itu semua manifestasi dari mensyiarkan takbir dengan penuh semangat dan bernilai ibadah.

“Mari kita laksanakan syiar takbir ini dengan tertib, aman, nyaman, damai, dan sekaligus juga menjunjung tinggi kebersamaan. Jadi berbagai kafilah (kelompok) sejatinya adalah semuanya satu baik yang dari keluarga besar Muhammadiyah maupun komponen umat Islam yang lain yang Insyaallah merayakan dan melaksanakan Shalat Idul Fitri pada esok hari tanggal 1 Syawal bertepatan 21 April 2023,” katanya.

Haedar menyebut bahwa perayaan Idul Fitri tahun 1444 H ini terjadi perbedaan. Di mana Muhammadiyah menetapkan Idul Fitri jatuh pada hari Jumat 21 April 2023. Sementara Pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan esok harinya, Sabtu 22 April 2023 berdasarkan hasil Sidang Isbat yang digelar pada sore hari ini Kamis (20/4). Dengan perbedaan ini, maka Haedar meminta kepada segenap umat Islam untuk mengedepankan sikap toleransi di dalam menyikapi perbedaan tersebut.

“Itu merupakan bagian dari ijtihad. Soal cara menentukan datangnya awal bulan yang masih berbeda. Selama kita masih berbeda, maka kuncinya tasamuh, saling toleran, saling menghormati, dan saling menghargai. Sampai nanti suatu saat ada kalender global internasional yang bisa menyatukan seluruh perayaan-perayaan yang menentukan awal bulan Ramadan, 1 Syawal, 1 Zulhijah, 10 Zulhijah sebagaimana konferensi negara-negara dan organisasi Islam se-dunia tahun 2016 di Turki. Suatu saat setelah ada kalender global kita akan satu merayakan Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha,” tegasnya.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir melepas balon sebagai tanda dimulainya Gema Takbir Jogja 2023

Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini menyebut bahwa perbedaan itu merupakan keniscayaan dalam kehidupan. Dengan adanya perbedaan, maka sedemikian rupa mendorong warga masyarakat untuk menampikan sikap dewasa dengan arif-bijaksana tanpa harus menciptakan kegaduhan di ruang publik.

“Idul Fitri boleh berbeda selama kita belum bisa bersatu, tetapi yang paling penting tidak boleh saling menyalahkan, saling menghujat, saling bermusuhan termasuk di media sosial. Kalau perdebatannya ilmiah tidak mengapa, tetapi kalau perbedaan saling serang sudah berhenti saja supaya puasanya tidak batal biarpun Insyaallah kita batal puasa hari ini, artinya berbuka puasa. Jadi tonjolkan perdebatan keilmuan tidak mengapa, kalau belum punya ilmu jangan ikut-ikut, apalagi komen yang tidak perlu,” ucapnya.

Terakhir, walau terjadi perbedaan, Haedar mengajak untuk membumikan makna Puasa dan Idul Fitri. Yakni dapat semakin mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilallah). Sehingga tidak hanya sekadar formalitas semata, akan tetapi makna tersebut harus betul-betul dapat diraih, lebih-lebih diaktualisasikan dan dibingkai ke dalam kehidupan sehari-hari.

“Dengan puasa, takbiran, Idul Fitri kita semakin dekat kepada Allah. Bersamaan dengan itu kita juga sebagai orang yang sukses puasa menjadi orang al-muttaqun (takwa). Jangan sampai kita kehilangan makna puasa,” tutupnya. (Cris)

Exit mobile version