YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Warga masyarakat digegerkan dengan postingan dari pakar astronomi dari Badan Riset Nasional (BRIN) yang juga mantan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin (TD). Postingan itu ditulis oleh Thomas pada Minggu (23/4) lalu di mana dirinya menyindir Muhammadiyah yang berbeda di dalam merayakan Idul Fitri tahun 1444 Hijriah dengan keputusan Pemerintah.
“Ya, sudah tidak taat keputusan pemeritah, eh, masih minta difasilitasi tempat sholat Id. Pemerintah pun memberikan fasilitas,” tulis Thomas.
Postingan tersebut menuai kritik dari banyak kalangan, wabilkhusus warga Muhammadiyah. Kemudian, masalah berlanjut dengan munculnya Andi Pangerang Hasanuddin (APH). Melalui akun facebook pribadinya AP Hasanuddin, dirinya menuliskan kemarahan atas sikap Muhammadiyah dengan me-mention akun Ahmad Fauzan S.
“Kalian Muhammadiyah, meski masih jadi saudara seiman kami, rekan diskusi lintas keilmuan tapi kalian sudah kami anggap jadi musuh bersama dalam hal anti-TBC (takhayul, bidah, churofat) dan keilmuan progresif yang masih egosektoral. Buat apa kalian berbangga-bangga punya masjid, panti, sekolah, dan rumah sakit yang lebih banyak dibandingkan kami kalau hanya egosentris dan egosektoral saja?” kata Hasanuddin.
Tidak berhenti disini saja, Hasanuddin melanjutkan komentarnya berbau ancaman kepada warga Muhammadiyah. Ancaman itu sangat serius yaitu ancaman pembunuhan.
“Perlu saya halalkan gak nih darahnya semua Muhammadiyah? Apalagi Muhammadiyah yang disusupi Hizbut Tahrir melalui agenda kalender Islam global dari Gema Pembebasan? Banyak bacot emang!!! Sini saya bunuh kalian satu-satu. Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat pergaduhan kalian,” tulis Hasanuddin di Facebook.
Oleh karena permasalahan tersebut makin berbuntut panjang, Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah turut memberikan pernyataan sikapnya. Di dalam surat Nomor: 209/II/c/IV/2023 yang keluar pada Selasa (25/4), Pimpinan Pusat Nasyitaul Aisyiyah mengatakan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menyampaikan pendapat. Karena hal itu merupakan kebebasan berekspresi.
“Namun hak tersebut tidak boleh digunakan untuk menyebarkan ujaran kebencian karena ujaran kebencian merupakan masalah serius yang dapat memicu konflik, merusak hubungan sosial serta kesejahteraan masyarakat,” tulis pernyataan Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah.
Sehingga menyikapi tindakan yang dilakukan oleh TD dan APH, Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah mengatakan bahwa:
- Mengecam tindakan Saudara APH dan Saudara TD dalam menyikapi perbedaan terutama dalam hal-hal keagamaan. Perbuatan tersebut sangat disayangkan karena sebagai seorang intelektual dan berada pada sebuah badan penelitian termasyur di Indonesia mestinya persoalan yang dikemukakan dapat dibicarakan dan didiskusikan dalam forum-forum intelektual yang sesuai dengan bidangnya.
- Mengapresiasi Langkah BRIN secara kelembagaan yang segera merespon tindakan civitasnya dengan melakukan sidang etik Majelis Hukum dan Disiplin ASN besok Pagi (Rabu, 26/04/2023). Dengan ini pula, Nasyiatul Aisyiyah mendesak agar sidang etik tidak hanya diberlakukan untuk Saudara APH. Namun juga untuk Saudara TD, yang menjadi pemicu munculnya ujaran kebencian dari saudara APH untuk warga Muhammadiyah. Nasyiatul Aisyiyah juga mendesak agar sanksi final yang diberikan oleh BRIN adalah sanksi yang benar-benar dapat memberikan efek jera bagi keduanya dan dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi warga Indonesia khususnya untuk ASN.
- Meminta Polri memproses laporan pangaduan yang sudah dilayangkan warga Muhammadiyah ke Bareskrim Polri maupun Polda secara adil, cepat, dan tuntas. Serta memberikan perlindungan kepada seluruh warga Muhammadiyah atas adanya ancaman pembunuhan yang telah disampaikan secara terbuka di media sosial.
- Mengajak segenap kader Nasyiatul Aisyiyah dan seluruh elemen masyarakat untuk menjaga kerukunan sosial, menghargai keberagaman, serta menolak segala bentuk diskriminasi. Berpikir bijak sebelum bertindak, terutama dalam berkomentar di media sosial. (Cris)