Mengundang Intervensi Allah
Oleh: Dr. M. Arif Budiman, S.Ag, M.E
Kita ditakdirkan Allah lahir dan tinggal di Indonesia, negeri kepulauan yang teramat luas, membentang dari Sabang hingga Merauke, dengan lebih dari 17.000 pulau besar dan kecil sehingga dijuluki untaian Zamrud Khatulistiwa. Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan memiliki penduduk Muslim terbanyak di muka bumi. Allah melimpahkan karunia yang amat besar bagi bangsa Indonesia berupa kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah. Oleh pujangga masa silam, Indonesia digambarkan sebagai gemah ripah loh jinawi, toto tentram kertoraharjo, yaitu negeri yang makmur, sejahtera, aman, dan damai. Namun, jika kita perhatikan kondisi saat ini, ternyata banyak sekali permasalahan yang melilit negeri ini, sementara kemakmuran yang diimpikan masih jauh dari kenyataan.
Di bidang hukum, keadilan menjadi sesuatu yang sulit didapatkan, apalagi bagi kaum yang lemah. Hukum diperjualbelikan dengan ketentuan siapa yang bayar, dia yang menang. Mafia hukum bergentayangan. Tindak korupsi dan manipulasi terus saja terjadi, sementara praktik money politics dalam kontestasi politik dianggap sesuatu yang lumrah.
Dekadensi moral generasi muda kian mengkhawatirkan. Pergaulan bebas semakin marak. Perkelahian dan tawuran pun kerap terjadi. Ketergantungan pada permainan (games) yang merusak dan mengandung kekerasan telah melahirkan individu yang asosial dan egois. Di sisi lain, peredaran minuman keras dan narkoba yang terus meluas, diiringi dengan maraknya pornografi dan pornoaksi telah mendorong meningkatnya angka dan varian kriminalitas.
Di bidang ekonomi, daya beli dan kesejahteraan masyarakat jauh menurun. Jumlah orang miskin pun makin bertambah. Banyak usaha yang gulung tikar akibat pandemi Covid-19. Massifnya pemutusan hubungan kerja semakin menambah jumlah pengangguran yang sebenarnya sudah tinggi. Harga-harga kebutuhan pokok terus melonjak. Dominasi sistem ekonomi ribawi membuat perekonomian kita makin jauh dari keberkahan, sedangkan sistem ekonomi syariah yang menjadi solusinya tampak kurang diminati.
Apa sesungguhnya penyebab utama dari berbagai permasalahan hidup bangsa kita tersebut?
Dinamika Peradaban Umat Manusia
Sejarah panjang umat manusia merekam dinamika naik dan turunnya peradaban bangsa-bangsa di dunia. Suatu peradaban muncul kemudian berkembang maju, lalu mengalami kemunduran dan digantikan oleh peradaban lainnya. Demikian seterusnya. Itulah perputaran roda sejarah yang merupakan sunnatullah atau ketetapan Allah di alam raya (QS Ali ‘Imran: 140).
Apakah sesungguhnya faktor yang paling menentukan di balik silih bergantinya peradaban umat manusia itu? Al-Quran menegaskan bahwa kejayaan atau kehancuran suatu bangsa ternyata sangat dipengaruhi oleh keteguhan mereka dalam menjunjung agama dan moralitas. Sepanjang nilai-nilai agama dan moralitas dijadikan pedoman dalam kehidupan dan diterapkan secara konsisten, maka kejayaan pasti dilimpahkan oleh Allah. Demikian pula sebaliknya, tatkala nilai-nilai agama dan moral sudah tidak dihiraukan lagi, maka kehancuran pasti akan terjadi. Hal ini ditunjukkan secara lugas dalam sejumlah ayat Al-Qur’an:
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan (QS Al-A’raf: 96).
Sebaliknya, suatu negeri yang semula dalam keadaan makmur, dengan rezeki yang melimpah dari berbagai penjuru, namun karena penduduknya meninggalkan aturan Allah dan mengingkari nikmat yang diberikan-Nya, maka Allah pun menimpakan bencana dan malapetaka atas mereka. Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat (QS An-Nahl: 112).
Ayat-ayat di atas menegaskan hubungan erat antara religiusitas atau keberagamaan di satu sisi dengan kemakmuran dan kesejahteraan di sisi yang lain. Semakin baik komitmen beragama suatu masyarakat, maka semakin makmur masyarakat itu. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah komitmen beragamanya, maka semakin jauh masyarakat itu dari kemakmurannya. Kemakmuran yang hakiki dan penuh berkah hanya dapat dicapai dengan menerapkan ajaran agama dan menegakkan hukum-hukum Allah dalam keseluruhan aspek kehidupan.
Mengandalkan Pertolongan Allah
Sebagai manusia biasa kita mungkin merasa putus asa, bagaimana cara memperbaiki kondisi bangsa yang serba runyam di semua aspeknya. Ibarat benang kusut yang tak jelas ujung pangkalnya, terasa amat sulit menemukan solusi atau jalan keluarnya. Dalam kondisi seperti ini, yang sangat diperlukan saat ini adalah lebih mendekatkan diri kepada Allah seraya memohon bantuan atau intervensi-Nya untuk menyelesaikan deretan panjang permasalahan bangsa kita.
Upaya melibatkan Allah dalam menyelesaikan permasalahan hidup harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan terus menerus dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Amar ma’ruf (menyeru kepada kebaikan) dan nahi munkar (mencegah kemungkaran) harus dijalankan oleh semua lapisan masyarakat, tanpa kecuali. Hal ini sangat penting karena ketaatan kepada Allah akan mengundang hadirnya kemakmuran, sedangkan kemaksiatan kepada Allah adalah pengundang datangnya malapetaka.
Ingatlah keadaan kritis yang dihadapi oleh Nabi Musa dan Bani Isra’il tatkala mereka nyaris terkejar oleh Fir’aun dan bala tentaranya di tepi laut Merah, kemudian Allah selamatkan mereka dengan terbelahnya lautan itu menjadi sebuah jalan yang lebar (QS Asy-Syu’ara: 61-63).
Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”. Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”. Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.
Atau simaklah kisah Rasulullah SAW bersama Abu Bakar ketika keduanya bersembunyi di dalam gua sementara kaum Quraisy sudah berada di mulut gua untuk menangkap mereka, namun kemudian Allah menyelamatkan mereka berdua (QS At-Taubah: 40). Perhatikanlah pula bagaimana Allah memberikan petunjuk kepada Nabi Yusuf sehingga berhasil keluar dari penjara dan menyelamatkan bangsa Mesir dari krisis pangan akibat kemarau yang panjang (QS Yusuf).
Itulah di antara sekelumit contoh di dalam Al-Qur’an, dimana Allah ‘turun’ melakukan intervensi membantu mengatasi permasalahan hidup manusia. Intervensi Allah seperti inilah yang saat ini sangat diperlukan oleh bangsa kita agar permasalahan hidup yang berat, kritis, dan kompleks dapat diatasi. Pertolongan Allah seperti ini akan datang apabila kita sungguh-sungguh melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Iman dan Takwa Kunci Keselamatan
Sesungguhnya tidak ada hal yang perlu dirisaukan dalam kehidupan dunia ini bagi kaum beriman karena seberat apapun permasalahan hidup yang menghadang, jalan keluarnya pasti tersedia dengan pertolongan Allah SWT. Dalam surah Ath-Thalaq ayat 2-4, Allah berfirman:
Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…. Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.
Idul Fitri adalah momentum untuk meningkatkan iman dan takwa, serta mempertebal keyakinan bahwa menjalankan ajaran agama secara kaffah dan istiqomah merupakan satu-satunya jalan untuk mengundang datangnya pertolongan Allah. Tentu saja kita pun harus berusaha serius melakukan perbaikan (ishlah) dalam kehidupan kita dengan prinsip 3M, yaitu mulai dari diri sendiri, mulai dari hal-hal yang kecil, dan mulai sejak saat ini juga.
Dengan menegakkan aturan dan hukum Allah, maka kemakmuran dan kesejahteraan hakiki akan dapat dicapai. Dengan melibatkan Allah, maka segala urusan yang semula susah akan menjadi mudah, yang awalnya berat akan menjadi ringan, yang semula buntu akan menjadi terurai, dan yang awalnya mustahil pun akan menjadi mungkin. Hanya dengan pertolongan dari Allah kita akan dibimbing menemukan solusi terbaik dari semua permasalahan hidup kita.
Langkah awal untuk ber-Islam secara kaffah adalah dengan bertaubat memohon ampunan kepada Allah dengan taubatan nashuha, kemudian melakukan perbaikan secara sungguh-sungguh dan menyeluruh, dimulai dari diri kita masing-masing, kemudian meningkat ke level keluarga. Apabila keluarga-keluarga yang taat kepada Allah telah terbangun, maka akan lahirlah masyarakat yang taat kepada Allah, dan dari rahim masyarakat yang taat itulah, semoga Allah berkenan mengeluarkan pemimpin yang adil yang akan membawa bangsa dan negara ini menuju kemakmuran.
Semoga Allah selalu membimbing kita, menjadikan diri kita, keluarga, masyarakat, dan bangsa kita senantiasa berada dalam ketaatan kepada-Nya sehingga dengan modal ketaatan itu Dia berkenan turun tangan membantu kita mengatasi berbagai problem kehidupan kita semua. Intervensi Allah itulah yang saat ini sangat dibutuhkan bangsa ini.
Dr. M. Arif Budiman, S.Ag, M.E – Ketua Pengurus Masjid Muhammadiyah Al-Muhajirin dan dosen Prodi Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah (ALKS) Politeknik Negeri Banjarmasin.