KIGU: Tajdid Muhammadiyah Menyatukan Sistem Penanggalan Umat Islam Dunia
YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Masih dalam suasana bulan Syawal, aula pertemuan dengan kapasitas 6 ribu orang tersebut terpantau sibuk sejak pagi. Setiap orang terlihat lalu lalang. Para panitia penyambutan telah berbaris membentuk pagar betis di luar pintu masuk untuk menyambut serta mengarahkan tamu yang datang. Ada yang baru turun dari kendaraan, ada pula yang sudah menikmati suguhan di kursi empuk yang telah disediakan. Tak sedikit juga yang memanfaatkan waktu tunggu acara inti dengan membuka obrolan atau sekedar bersalaman menghaturkan permohonan maaf. Para tamu juga dimanjakan oleh ayunan lagu khas lebaran yang sebagian besar bertema religi.
Tidak berselang lama setelah melihat sekilas kondisi sekitar, pandanganku pun tertuju pada tiga layar besar di atas panggung yang memperlihatkan situasi dan kondisi keseluruhan dari gedung aula yang memiliki luas 51 ribu meter persegi itu. Kursi bagi para tamu undangan telah terisi penuh. Acara pun dimulai. Hadir dalam silaturahmi tersebut seluruh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ketua Majelis dan Lembaga, Ketua Ortom dan warga persyarikatan.
Silaturahmi harus bisa menjadi jalan yang terintegrasi dari setiap permasalahan menuju pada penyelesaian. Pesan ini disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam agenda silaturahmi Idulfitri 1444 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang berlangsung di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Ahad, 30 April 2023. Jalan terintegrasi yang dimaksud adalah pemberlakuan kalender global yang telah digagas oleh Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid.
“Siapa mengira bahwa seratus tahun yang lalu KH Ahmad Dahlan melakukan tajdid dengan cara meluruskan arah kiblat dan kemudian mendirikan berbagai amal usaha yang saat ini telah tersebar di mana-mana. Terinspirasi dari semangat tersebut, Muhammadiyah era ini akan melakukan tajdid dengan usaha menerbitkan Kalender Islam Global Unifikatif (KIGU), yaitu kalender Islam dengan prinsip satu hari satu tanggal Hijriah di seluruh dunia,” ujarnya.
Menurutnya, secara urgensi yang lebih luas, kalender Islam global yang digagas oleh Muhammadiyah merupakan sebuah ikhtiar dan sekaligus usaha menghormati hubungan antara manusia dengan alam semesta. Haedar menyebut hal ini sebagai garis silaturahmi kauniyah yang perlu terus dipelihara seiring dengan sistem keseimbangan semesta yang terus terjaga. Langit, bumi, matahari, bulan, planet, dan bintang terus bergerak sepanjang tahun sesuai dengan garis edarnya. Muhammadiyah mengikuti kepastian dari benda-benda langit ini untuk menentukan hari-hari besar dalam Islam, bukan berdasar pada pertimbangan politis atau sekedar ikut-ikutan. Inilah yang ia sebut sebagai berkemajuan.
“Dalam menentukan hari besar Islam, Muhammadiyah mengikuti kepastian dari peredaran benda-benda langit. Bukan berdasar pada kesepakatan di luar kepastian peredaran benda-benda langit,” ujar Haedar.
Selain menjaga hubungan antara manusia dengan alam semesta, kalender ini juga berusaha menyatukan sistem penanggalan umat Islam di seluruh dunia. Dengan kata lain menguatkan tali silaturahmi antar umat Islam di seluruh penjuru dunia. “Disinilah letak pentingnya kita menarik makna silaturahmi secara lebih luas melalui Kalender Islam global yang digagas Muhammadiyah,” ujarnya.
Ia pun menegaskan bahwa ini menjadi pekerjaan yang tidak mudah seiring dengan perbedaan yang bersifat fikih dan ilmu pengetahuan yang diterapkan oleh setiap umat Islam. Meski begitu, Haedar pun menyerukan kepada warga Persyarikatan untuk tetap terbuka dalam menyikapi perbedaan yang ada. Karena setiap orang memiliki kecenderungan untuk bersatu dan bahkan berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Silaturahmi yang sebelumnya berlangsung secara rutin di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang beralamatkan di Jalan Cik Ditiro 23 Yogyakarta itu kini bertempat di Sportorium UMY yang secara kapasitas lebih besar dan luas. Sehingga mampu menampung lebih banyak orang yang ingin melangsungkan silaturahmi dengan seluruh jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah. (diko)