Semarak Idul Fitri, Masjid Al Husna PRM Badran Yogyakarta Gelar Halalbihalal

Semarak Idul Fitri, Masjid Al Husna PRM Badran Yogyakarta Gelar Halalbihalal

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam menyemarakkan Idul Fitri, Masjid Al-Husna Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Badran Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan Halalbihalal, Selasa malam (2/5). Kegiatan tersebut digelar bertempat di komplek Masjid Al-Husna PRM Badran Yogyakarta dalam rangka menyemarakkan Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah.

Turut hadir Ketua PRM Badran, Riyadi, Ketua Pimpinan Ranting Aisyiyah Badran yang juga Kepala TK ABA Jetis Sumaenah, SPd, Ketua Takmir, Muhammad Mugiyanto, dan warga masyarakat sekitar.

Dalam sambutannya, Daffa Nur Pratama mewakili Ketua Panitia yang sekaligus anggota Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Jetis menuturkan dirinya mengapresiasi atas terselenggarannya kegiatan tersebut. Menurutnya kegiatan ini menjadi agenda puncak dari kegiatan Ramadhan.

“Saya mewakili teman-teman panitia mengucapkan terima kasih atas kehadiran jamaah. Saya juga mengharapkan bahwa halalbihalal yang kita gelar pada hari ini dapat menjadi momentum menguatkan tali silaturahmi dan persaudaraan antarjamaah Masjid Al-Husna Muhammadiyah Badran,” ujarnya.

Daffa melanjutkan kegiatan ini bakal dilaksanakan setiap tahun. Sehingga warga masyarakat sekitar dalam saling kenal dan saling memupuk rasa ukhuwah yang menjadi ajaran luhur agama Islam. “Insyaallah kegiatan semacam ini akan kami gelar setiap tahunnya,” ungkapnya.

Kegiatan Halalbihalal diisi dengan pengajian yang disampaikan oleh Drs H Saebani, MA., MPd selaku Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Bantul. Dalam tausiyahnya, Saebani mengatakan umat Islam mesti bersyukur karena telah berhasil menuntaskan serangkaian ibadah selama bulan Ramadhan.

“Bapak dan ibu kita harus bersyukur kepada Allah karena sejak awal Ramadhan sampai finis (akhir) diberikan nikmat kesehatan sehingga dapat menyelesaikan ibadah di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama bermuhasabah (introspeksi diri) setelah Ramadhan berlalu,” ujarnya.

Berakhirnya bulan Ramadhan dan telah memasuki bulan Syawal (Idul Fitri), umat Islam diharapkan dapat meningkatkan kualitasnya. Sebab, bulan Syawal memiliki substansi sebagai bulan peningkatan.

“Selama Ramadhan kemarin, ibadah sedemikian rupa kita geliatkan. Karenanya, pascaramadhan berlalu, kita tidak boleh berhenti. Namun harus diteruskan agar kehidupan tidak hilang makna hakikinya. Yakni meraih keberkahan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat,” tuturnya.

Usaha meningkatkan itu bisa dilakukan dengan 5 cara. Pertama, istikamah. Segenap umat Islam seyogianya berusaha menjaga konsistensi dalam beribadah. Bilamana Ramadan kemarin begitu geliat beribadah, maka hal itu perlu untuk dilanjutkan. Kedua isti’anah. Bagi yang telah berhasil menyelesaikan ibadah Ramadhan, umat Islam mesti memohon pertolongan kepada Allah agar dimudahkan langkahnya untuk melanjutkan mengerjakan ritus peribadatan yang telah terkonstruksi selama Ramadhan.

Ketiga, istigfar. Jika Ramadhan sudah bisa mendorong beristigfar, maka hal tersebut tidak bisa menjadi alasan berhenti beristigfar. Karena dengan istigfar hati menjadi tenang dan hidup tidak ada penumpukan permasalahan yang mengungkung.

Keempat, istikarah. Umat Islam wajib memohon petunjuk kepada Allah dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ini bukan alasan, karena hidup itu sarat dengan pesona duniawi yang kerap menggelincirkan umat manusia. Dengan berdoa memohon pertolongan Allah, hal itu bisa mengamankan diri sendiri agar tidak terperosok ke dalam tubir kerugian dunia dan akhirat. Kelima istigasah.

Di akhir tausyiyahnya, Saebani mengingatkan kepada jamaah agar momentum Idul Fitri jangan dijadikan wahana untuk menyemai benih perpecahan. Lebih-lebih perayaan tahun ini, Idul Fitri tidak serempak. “Mari bapak dan ibu, jadikan Idul Fitri untuk kita kuatkan persaudaraan dan persatuan. Setuju dalam perbedaan, namun begitu tetap saling menghormati, saling menghargai, dan saling toleran,” tutupnya. (Cris)

Exit mobile version