Judul Arab : العالم الغربي والإسلام: ضوء فوق الأفق / al-alam al-gharbiu wa al-islam: dhaw fawq al-ufuq [Judul Inggris: Islam and the West: A Light on the Horizon/Judul Indonesia: Dunia Barat dan Islam: Cahaya di Cakrawala]
Penulis : Sudibyo Markus
Penerbit : Suara Muhammadiyah bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta, Kementerian Luar Negeri RI, dan Leimena Institut
Tebal, ukuran : li + 372 hal, 15×23 cm
ISBN : 978-623-5303-26-0
Buku ini menunjukkan sisi kesamaan dan nilai-nilai pijakan bersama sebagai perspektif baru tentang bagaimana Islam dan Barat dapat menciptakan perdamaian dunia. Buku ini ditulis oleh seorang aktivis Muhammadiyah yang punya misi besar menjadikan agama sebagai jawaban atas berbagai permasalahan umat manusia. Gagasan Sudibyo Markus ini merupakan kelanjutan visi besar kalimatun sawa (a common word) yang digaungkan untuk menghadirkan kesalingpahaman antara Islam dan Barat. Di masa lalu, hubungan keduanya tidak sebaik sekarang padahal mayoritas warga dunia merupakan umat kedua agama besar: Islam dan Kristen.
Bermula pada 12 September 2006 ketika Paus Benekditus XVI menyampaikan Lecture of the Holy Father dengan judul “Faith, Reason and the University Memories and Reflections” di Universitas Regensburg Jerman. Dalam pidato yang cukup berpengaruh ini, Paus Benekditus mengutip pernyataan Manuel II Paleologus yang berdialog dengan cendekiawan Persia tentang Injil dan Al-Qur’an di tahun 1391. Dalam dialog itu, Islam digambarkan sebagai agama yang tidak rasional dan mengajarkan kekerasan. Pidato ini pun menuai protes dari umat Islam di seluruh dunia.
Respons berbeda, pada 13 Oktober 2006, penasehat khusus Raja Yordania Abdullah II, pangeran Prof Ghazi bin Muhammad bin Talal mengumpulkan 38 ulama dan cendekiawan Muslim dari seluruh dunia. Mereka bertemu dan menuliskan sebuah surat terbuka kepada Paus Benekditus yang antara lain berisi penjelasan tentang prinsip dakwah dan jihad dalam Islam serta penjabaran konsep teologi Islam tentang Tuhan.
Pada 13 Oktober 2007 yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri 1428 Hijriyah, Pangeran Ghazi kembali mengumpulkan 137 cendekiawan Muslim dan ulama dari sejumlah negara. Pertemuan ini berhasil menghasilkan sebuah dokumen penting yang ditujukan kepada pemimpin gereja, berjudul “A Common Word Between Us and You.” Surat terbuka ini disebut juga sebagai dokumen kalimatun sawa. Frase ini diambil dari ayat Al-Qur’an di surat Ali Imran ayat 64.
Pada November 2007, lebih dari 300 pemimpin evangelis Amerika memberikan tanggapan positif terhadap surat terbuka dari kalangan muslim, yang dimuat dalam The New York Times. Sejak saat itu, berbagai inisiasi untuk melakukan dialog Islam dan Kristen terus meluas.
Dokumen Kalimatun Sawa mengajak umat Kristiani untuk berpijak pada kesamaan ajaran dalam Islam dan Kristen. Ada dua pokok pikiran utama yang disampaikan dalam dokumen yang mengacu pada teks-teks dalam Al-Qur’an dan Bible (Injil) ini. Pertama, kecintaan pada Tuhan (the love of God). Kedua, kecintaan pada sesama atau tetangga (the love of the neighbour). Kedua prinsip ini dianggap menjadi pijakan utama dalam membina dan membangun perdamaian dunia secara bersama-sama. Dokumen yang berisi ajakan pada perdamaian ini disambut baik oleh para pemimpin kedua agama. (Muhammad Ridha Basri)