YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas menghadiri kegiatan Silaturahmi, Syawalan, dan Mangayubagya Calon Jamaah Haji 1444 H/2023 M. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta bertempat di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (6/5).
Dalam tausyiyahnya, Anwar mengatakan manusia yang diciptakan oleh Tuhan harus bisa menampilkan sifat pemurah. Sifat ini sebagai representasi dari sifat mulia yang tertanam di dalam jiwa Nabi Muhammad Saw. Sehingga, Anwar mendorong kepada seluruh manusia, lebih-lebih umat Islam agar memiliki perangai pemurah yang dapat memberikan benih-benih kebermanfaatan bagi sesama.
“Orang kalau pemurah, dermawan, dan suka membantu orang lain, maka Tuhan akan membantu meskipun agamanya bukan Islam. Jadi barang siapa yang berbuat baik kepada orang, maka artinya telah berbuat baik kepada diri sendiri,” ujarnya.
Anwar mengungkapkan bahwa seseorang yang berperangai pemurah, lalu kemudian dalam kehidupannya gemar membantu orang lain (berbuat baik, ihsan), maka hidupnya tidak pernah merasa kekurangan. Artinya, hidupnya senantiasa merasa cukup walaupun gemar memberi (sedekah) kepada orang yang kesulitan dalam menjalani hidup sehari-hari.
“Dalam kesimpulan dan hasil pengamatan saya, saya tidak pernah menemukan orang yang miskin karena memberi. Atau orang kesusahan karena memberi,” katanya.
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama (MUI) Indonesia ini mengatakan berbuat baik tidak hanya kepada orang lain, tetapi semestinya juga kepada kedua orang tua (birrul walida’in). Sebab, Menurut Anwar, berbuat birrul walida’in bersifat mutlak yang harus dilakukan karena dampaknya luar biasa bagi kehidupan kini dan di masa depan.
Terkait konteks birrul walida’in, Anwar menceritakan kisah sukses kader Muhammadiyah yang juga seorang pengusaha sukses, Yendra Fahmi. Di mana pengusaha tersebut memberikan sumbangan untuk mendirikan masjid beranama Masjid Hajah Yuliana yang di ambil dari nama ibunya. Masjid ini terletak di Kampus Terpadu Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah di Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Penamaan masjid tersebut di ambil untuk mengenang sosok ibunya yang telah wafat sejak Yendra masih usia belia.
Menurut Anwar, kisah pembangunan masjid tersebut sangat menarik untuk dijadikan pelajaran bagi semua orang. Ketika seseorang ingin sukses di masa depan, maka sikap yang mesti ditonjolkan dengan birrul walida’in kepada kedua orang tua. Inilah salah satu bentuk perangai yang luhur dan mesti diterapkan oleh generasi masa kini. Sebab menurut Anwar, keutamaan birrul walida’in akan masuk ke dalam surga jannatun na’im.
“Banyak orang jadi pengusaha tetapi tidak hidupnya tidak berlimpah. Banyak orang kaya tetapi hidupnya tidak dermawan. Banyak orang kaya tetapi keluarganya tidak adem, sakinah, mawadah, dan waramah. Namun, dia (Yendri) penguasaha kaya karena sangat berbakti dan hormat kepada kedua orang tuanya. Tidak hanya hormat kepada bapak dan ibu kandungnya, tetapi hormat kepada bapak dan ibu mertuanya,” tukasnya.
Dalam kesempatan itu, Anwar mengingatkan bahwa dalam menjalani hidup, manusia tidak hanya mengandalkan pikiran dan hati nurani. Akan tetapi keduanya mesti ditopang dengan nalar yang konstruktif berikut dengan hati sebagai timbangan sebelum berbuat sesuatu, yakni berbuat baik kepada sesama.
“Hidup ini tidak bisa kita hadapi dengan otak kita saja. Hidup ini tidak bisa kita hadapi dengan hati kita saja. Apa yang terasa oleh kita harus kita nalar dengan akal kita. Dan kalau nalar kita sudah memutuskan sesuatu, harus kita timbang lagi dengan hati kita. Tidak cukup di situ, hati dan otak kita harus disinari dengan firman-firman Allah dan sabda-sabda Rasul. Kalau kita ingin menjadi manusia beruntung, maka kita harus jadikan diri kita sebagai sosok yang hidupnya seperti apa yang difirmankan Allah dan disabdakan oleh Rasul,” tuturnya. (Cris)