Kalender Islam Global Unifikatif: Implementasi Praktis Internasionalisasi Muhammadiyah dan RIB

masjid

Foto Ilustrasi Unsplash

Kalender Islam Global Unifikatif sebagai Implementasi Praktis Internasionalisasi Muhammadiyah dan Risalah Islam Berkemajuan

Oleh: M Arif Wijayanto

Terdapat setidaknya tiga tema besar Muhammadiyah di abad kedua Persyarikatan ini antara lain adalah Kalender Islam Global Unifikatif (KIGU), Internasionalisasi Muhammadiyah dan Risalah Islam Berkemajuan (RIB). Ketiganya saling berkaitan. Namun bagaimana hal ini dapat diimplementasikan secara praktis di level akar rumput adalah menjadi pekerjaan rumah kita semua. Internasionalisasi Muhammadiyah memiliki berbagai bentuk baik dari pemikiran, pendidikan dan  amal usaha lainnya. RIB pun kaya akan misi-misi besar perkhidmatan keumatan, kebangsaaan dan kemanusiaan universal, serta perkhidmatan global dan perkhidmatan masa depan. Hal tersebut perlu diejawantahkan oleh berbagai pihak dan tingkatan baik dari level Pimpinan Pusat hingga Cabang-Ranting Istimewa di manca negara.

Tulisan ini dimaksudkan untuk berbagi pengalaman kami dari Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM) Kansai Jepang pada level akar rumput dengan secara praktis mengambil yang mudah diterapkan dalam rangka berkontribusi dalam internasionaliasi Muhammadiyah di Jepang dan implementasi RIB dimana Gerakan Islam Berkemajuan adalah Gerakan Dakwah, Tajdid, Ilmu dan Amal. Satu yang kami praktikkan adalah penerapan KIGU yang diterbitkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk penentuan hari besar Islam di Jepang. Mengapa hal ini kami pilih? Karena KIGU memiliki berbagai dimensi seperti dimensi tajdid, dimensi internasionalisasi Muhammadiyah, dan dimensi Islam Berkemajuan itu sendiri.

Awal Mula Implementasi KIGU di Jepang

Setelah MTT PP Muhammadiyah pada tahun 2020 merilis KIGU untuk 1442H, bagaikan bejana mendapatkan tutupnya, tanpa berpikir panjang kamipun segera menggunakannya sebagai petunjuk waktu hijriah dalam melakukan kegiatan ibadah dan pengajian di ranting kami. Mulai dari kegiatan perayaan hari besar Islam seperti Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi Muhammad SAW, permulaan puasa Ramadhan, dengan segera dapat mempersiapkan jadwal kegiatan bulan Ramadhan 1442H mulai dari Tarhib Ramadhan, Nuzulul Qur’an, dan kegiatan utama yaitu Tadarrus & Tasmi’ “ONE NIGHT ONE JUZ” khatam 30 Juz selama Ramadhan, serta pelaksanaan Shalat Idul Fitri dan Idul Adha 1442H. Selain itu KIGU ini juga menjadi patokan kami dalam menjalankan ibadah sunnah lainnya seperti puasa Ayyamul Bidh pada setiap pertengahan bulan hijriah.

Penerbitan KIGU oleh MTT PP Muhammadiyah tersebut sangat membantu sebagai petunjuk praktis amal ibadah warga dan kader di Jepang yang berada di level akar rumput sebagai ujung tombak dakwah secara langsung di masyarakat. Hal ini mengingat maklumat awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah yang biasa diterbitkan oleh PP Muhammadiyah hanya berlaku untuk wilayatul hukmi Indonesia. Metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal yang digunakan dalam maklumat tersebut pun hanya berlaku untuk wilayah Indonesia. Apabila kami hendak menerapkan Metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal di Jepang tentunya kami harus melakukan hisab sendiri dengan titik markaz di Jepang. Hal ini membutuhkan sumber daya manusia yang ahli dalam hisab yang tidak semua Cabang-Ranting Istimewa memilikinya. Oleh karena itu, KIGU yang diterbitkan oleh MTT PP Muhammadiyah yang didasarkan pada prinsip-prinsip Kalender Islam Global hasil Kongres Penyatuan Kalender Hijriah Internasional di Istanbul 2016 dapat diandalkan karena berlaku untuk seluruh dunia.

Shalat Id Pertama Muhammadiyah di Jepang dan Perkembangannya

Sepanjang sejarah berdirinya Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Jepang selama kurang lebih 15 tahun, menurut catatan kami pertama kali Shalat Id didirikan secara mandiri atas nama Muhammadiyah beserta tata caranya adalah Shalat Idul Fitri 1442H/13 Mei 2021M di Osaka yang dilaksanakan oleh PRIM Kansai, yang kemudian dilanjutkan dengan Shalat Idul Adha 1442H/20 Juli 2021, Shalat Idul Fitri 1443H/2 Mei 2022, Shalat Idul Adha 1443H/9 Juli 2022 dan terakhir Shalat Idul Fitri 1444H/21 April tahun 2023 ini. Tentu saja ini merupakan wujud ghirah bagi pengembangan dan kemajuan Muhammadiyah di Jepang yang dilakukan oleh para warga PCIM Jepang yang berdomisili di wilayah Kansai. Meskipun dalam komunitas Indonesia seolah-olah PRIM Kansai sendirian melaksanakan Shalat Id berdasar hisab, namun sesungguhnya kami tidaklah sendiri. Ada juga Masjid Tokyo Camii Turki di Tokyo (berdiri tahun 1938) yang juga mempraktekkan kalender berdasar hisab sejak lama.

PRIM Kansai Jepang terbentuk pada tanggal 31 Oktober 2020 sebagai wujud ghirah dari warga Muhammadiyah wilayah Kansai Jepang yang sangat ingin berdakwah dengan cara Muhammadiyah sebagai “Islam Berkemajuan” di Negeri Matahari Terbit. Pertama kali kami menerapkan KIGU adalah pada Idul Fitri 1442H/2021M. Kala itu Jepang masih dalam kondisi pandemi Covid-19. Sehingga awalnya kami agak ragu untuk melaksanakan Shalat Idul Fitri 1442H sebagai penyempurna bulan suci Ramadhan 1442H. Namun karena ada sedikit relaksasi pembatasan sosial, akhirnya kami memutuskan untuk melakukan Shalat Idul Fitri secara terbatas dengan protokol kesehatan ketat yang dihadiri oleh sekitar 25 orang. Berhubung kondisi pandemi Covid-19 yang tidak memungkinkan untuk mengundang Ustadz dari luar kota Osaka atau dari Indonesia sebagai imam dan khatib, dalam Idul Fitri kali pertama ini Ketua PRIM Kansai Jepang, Ustadz HM. Arif Wijayanto bertindak sebagai Imam dan Khatib pada Shalat Idul Fitri 1442H di Tsuruya Building Honmachi, Osaka. Kemudian pada Idul Adha 1442H yang menjadi Imam dan Khatibnya adalah Ustadz H. Hananto yang dihadiri sekitar 50 orang jamaah yang bertempat di Hanamizuki Hall, Osaka. Beliau adalah Ketua Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional (LHKI) PCIM Jepang periode 2020-2022 yang kami undang dari Tokyo ke Osaka.  Begitu pula pada Shalat Idul Fitri 1443H yang dihadiri oleh sekitar 100 orang jamaah yang bertempat di Naniwa Kumin Center, Osaka. Lalu pada Shalat Idul Adha 1443H yang bertindak sebagai Imam dan Khatibnya adalah Ustadz Tohir Mabruri, Lc Direktur Representatif Muhammadiyah Japan yang juga merupakan kader PRIM Kansai lulusan Universitas Al-Azhar Kairo Mesir dengan dihadiri oleh jamaah sekitar 150 orang dan bertempat di Asahi Kumin Center, Osaka.

Kemudian pada Shalat Idul Fitri 1444H/2023M kali ini yang bertindak kembali selaku Imam dan Khatib adalah Ustadz HM. Arif Wijayanto Ketua PRIM Kansai Jepang yang bertempat di Tennoji Kumin Center, Osaka.  Pada Idul Fitri 1444H kali ini pendaftar mencapai sekitar 225 orang dari berbagai prefektur di wilayah Kansai yaitu Osaka, Kyoto, Nara, Hyogo dan lain-lain. Bahkan ada pula jamaah dari luar wilayah Kansai. Dilihat dari statistik jamaah dari waktu ke waktu tersebut, terlihat bahwa makin hari semakin bertambah jamaah yang hadir pada Shalat Id yang dilaksanakan oleh PRIM Kansai. Bila dibanding Sholat Id pertama, jamaah Sholat Id kali ini meningkat sekitar 900%. Bahkan tak kurang jamaah baru mengatakan tidak menyangka ada Muhammadiyah di Jepang. Mereka menunjukkan kegembiraannya dengan adanya pelaksanaan Shalat Id tersebut. Pelaksanaan Shalat Id ini kami maksudkan sebagai upaya pelayanan terhadap umat pada umumnya maupun warga Muhammadiyah dan pengamal hisab pada khususnya, mengingat pengamal hisab bukan hanya warga Muhammadiyah. Hal ini pun kami pandang efektif dalam menambah simpatisan dan warga PRIM Kansai, yang kedepannya dapat berkontribusi menghidup-hidupkan Muhammadiyah di Jepang.

Dinamika Implementasi Kalender Islam Global Unifikatif (KIGU)

Implementasi KIGU yang dilakukan oleh PRIM Kansai telah memberikan warna dalam komunitas muslim khususnya di wilayah Kansai. Dalam pelaksanaan KIGU terutama untuk Shalat Id kami membuat pengumuman dan registrasi jamaah Shalat Id kepada seluruh komunitas muslim khususnya di wilayah Kansai Jepang sambil mensosialisasikan KIGU. Selain itu kami membuat pengumuman pelaksanaannya secara terbuka, serta menyampaikan undangan. Bahkan di tahun ini pemberitahuan kami buat dalam tiga bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Inggris dan Jepang.  Dari implementasi ini timbul banyak dinamika, mulai dari pertanyaan mengapa Muhammadiyah melaksanakan puasa Ramadhan atau Shalat Id lebih dulu dan berbeda hari dibanding yang lain? Mengapa tidak mengikuti jumhur ulama yang berada di Jepang? Bahkan ada selentingan yang kami dengar sendiri bahwa Muhammadiyah di Kansai telah memecah belah umat Islam di Jepang.

Semua itu sudah kami sadari dan maklumi sejak awal bahwa perbedaan/khilafiyah terkait perbedaan metode hisab dan rukyat yang menyebabkan perbedaan awal Ramadhan dan Syawal telah terjadi sejak berabad lalu. Bahkan di Jepang pun sudah terjadi setidaknya sejak tahun 80an sebelum ada Muhammadiyah di Jepang. Sehingga bagi kami reaksi apapun dari komunitas muslim Kansai adalah respon baik yang menunjukkan adanya perhatian dari komunitas terhadap metode hisab dengan KIGU yang berbeda dengan ru’yatul hilal selama ini di Jepang. Dan justru ini adalah permulaan yang tepat di Jepang untuk menyatukan umat Islam Jepang dengan menggunakan KIGU yang dapat menjadi andil besar dalam dakwah Islam berkemajuan kepada masyarakat asli Jepang. Perlu diketahui oleh kita semua bahwa justru KIGU adalah satu-satunya cara menyatukan kalender hijriah sedunia karena KIGU menganut suatu prinsip yaitu satu hari satu tanggal di seluruh dunia. Prinsip ini justru disetujui jumhur ulama dan ahli falak dunia yaitu 80 dari 127 orang yang hadir dari 50 negara pada International Hijri Calendar Unity Congress di Istanbul 2016.

Dinamika di Kansai tersebut terjadi pada tahun 2022 lalu pada Idul Fitri 1443H. Untuk mengantisipasi hal tersebut, kami mengundang Ketua Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional (LHKI) PCIM Jepang 2020-2022 Hananto untuk membantu menjelaskan KIGU kepada warga di Kansai sekaligus meminta beliau menjadi Imam Khatib pada Idul Fitri 1443H. Hal ini mengingat tugas pokok LHKI ada 4 (empat) dimana tugas pokok nomor 4 adalah: “Mengefektifkan kerjasama dengan berbagai kalangan, baik dalam maupun luar negeri, guna meningkatkan peran Muhammadiyah dan umat Islam secara lebih luas sekaligus mengantisipasi segala bentuk pemojokan yang merugikan Muhammadiyah dan umat Islam.” Hal ini ditindaklanjuti oleh Ketua LHKI PCIM Jepang 2020-2022 dengan kesediaan menjadi Imam dan Khatib dengan mengangkat tema “Idul Fitri dan Kalender Islam Global sebagai Kemajuan Peradaban Islam” yang naskahnya dapat dibaca di laman Suara Muhammadiyah 5 Mei 2022 pada link berikut. https://web.suaramuhammadiyah.id/2022/05/05/idul-fitri-dan-kalender-islam-global-sebagai-kemajuan-peradaban-islam/

Selain itu Ketua LHKI Jepang 2020-2022 kami ajak menemui beberapa pihak untuk membantu menjelaskan mengapa PRIM Kansai mengunakan KIGU. Selepas safari ke Kansai, Ketua LHKI PCIM Jepang 2020-2022 juga menuliskan dinamika di Kansai tersebut untuk menambah wawasan semua pihak baik internal maupun eksternal dengan artikel berjudul Bijak dalam Perbedaan Metode Penentuan Awal Ramadhan dan Syawal: Dinamika di Kansai Jepang. Tulisan tersebut juga dimuat di laman Suara Muhammadiyah 18 Mei 2022 yang dapat dibaca pada link berikut. https://web.suaramuhammadiyah.id/2022/05/18/bijak-dalam-perbedaan-awal-ramadhan-dan-syawal-dinamika-di-kansai-jepang/

Dengan penjelasan langsung lisan dan tulisan melalui khutbah, diskusi, dan artikel oleh Ketua LHKI PCIM Jepang 2020-2022 pada tahun lalu tersebut cukup berdampak positif terhadap pemahaman warga dan komunitas di Kansai. Sehingga pada perayaan Idul Fitri tahun 1444H ini sejauh kami amati tidak terdapat lagi respon negatif terhadap kami PRIM Kansai Jepang. Alhamdulillah saling menghargai perbedaan dalam hari raya makin terbina dalam komunitas yang majemuk tersebut. Dalam rangka membina toleransi dan ukhuwah Islamiyah terhadap perbedaan ini, pada Shalat Idul Fitri 1444H Imam dan Khatib Ustadz HM. Arif Wijayanto selaku Ketua PRIM Kansai mengangkat tema khutbah Hari Raya, Wasatiyyat Islam dan Ukhuwah Islamiyah” yang naskahnya dapat dibaca pada laman Suara Muhammadiyah 23 April 2023 pada link berikut. https://web.suaramuhammadiyah.id/2023/04/23/hari-raya-wasatiyat-islam-dan-ukhuwah-islamiyah/. Dengan upaya-upaya ini diharapkan makin terbina saling pengertian diantara sesama umat Islam.

Urgensi KIGU

Beberapa alasan mengapa kami di Jepang sangat perlu menggunakan KIGU sebagai petunjuk waktu Hari Raya dan ibadah dalam kehidupan sehari-hari yaitu:

  1. Melaksanakan amanat Muktamar ke-47 tahun 2015 dimana dalam muktamar tersebut KIGU diamanatkan dan menjadi bagian dari perjuangan Muhammadiyah. Sebagai kader Muhammadiyah sudah seyogianya kita melaksanakan amanat muktamar kapanpun dan dimanapun kita berada. Dan ini adalah wujud dari internasionalisasi Muhammadiyah di Jepang.
  2. Melaksanakan Perkhidmatan Global dalam Risalah Islam Berkemajuan yang merupakan hasil Muktamar ke-48 tahun 2022 dimana KIGU sebagai salah satu wujud Islam berkemajuan yang tercantum di dalam dokumen tersebut (lihat RIB Bab IV.4. tentang Perkhidmatan Global halaman 68).
  3. Menyatukan umat dengan Maqasid Syariah (aspek Bayani). KIGU dilatarbelakangi maqasid syariah bahwa hendaknya kita berpuasa ketika semua kita berpuasa, beridul fitri ketika semua kita beridul fitri, dan beridul adha ketika semua kita beridul adha. Hal ini sesuai hadits berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ

[رواه الترمذي والبيهقي والدارقطني وأبو داود].

Dari Abū Hurairah [diriwayatkan] bahwa Nabi saw bersabda: Puasa itu pada hari seluruh kamu berpuasa, Idulfitri itu pada hari kamu beridulfitri dan Iduladha itu pada hari kamu beriduladha [HR at-Tirmiżī, al-Baihaqī, ad-Dāraquṭnī, dan Abū Dāwūd].

Selain itu kehadiran KIGU akan semakin menguatkan Islam sebagai umat yang satu padu atau ummah wahidah sebagaimana dimaksud dalam QS Al Mu’minun 52 dan Al-Anbiya 92, dengan catatan bahwa “seluruh kamu dalam hadits diatas adalah seluruh umat Islam di dunia sebagai umat yang satu dan bukan di negara tertentu saja. Hal ini bisa dilihat bahwa mayoritas belahan bumi telah beridul fitri pada Jumat 21 April 2023M yang semestinya dapat diikuti oleh seluruh umat Islam sedunia bila KIGU dianut.

  1. Menyatukan umat dengan Science (aspek Burhani). Mengingat kondisi Jepang yang secara geografis terletak di belahan bumi timur tidak menguntungkan untuk dapat melihat hilal dengan rukyat, seharusnya dapat menyadarkan umat Islam di Jepang bahwa hanya dengan metode hisablah kalendar hijriah dapat disusun. Apalagi di negeri Jepang yang sangat terkenal dengan kemajuan teknologinya yang sangat akurat.
  2. Dengan aspek Bayani dan Burhani tersebut, seyogianya kita mampu menggunakan hati nurani (aspek Irfani) untuk dapat menerima dengan kelegaan hati untuk beridul fitri bersama mayoritas belahan bumi melalui upaya penyatuan kalender hijriah internasional dengan KIGU yang merupakan satu-satunya jalan penyatuan kalender Islam.
  3. KIGU berlaku seluruh dunia dan lebih praktis dalam pelaksanaannya dibanding melakukan hisab sendiri dengan matlak Jepang. Dengan KIGU ini maka semua mudah direncanakan dan dilaksanakan tanpa ada perbedaan. Para pekerja migran dapat merencanakan cuti jauh-jauh hari sebelumnya kepada perusahaan Jepang tempatnya bekerja. Budaya kerja Jepang juga menuntut perencanaan yang pasti dan terjadwal. KIGU ini sangat membantu para pekerja migran di Jepang dalam merencanakan kegiatan dan berkoordinasi dengan pihak perusahaan ataupun bagi mahasiswa dalam aktifitas kampusnya.

Pelaksanaan Shalat Id berdasar KIGU ini diharapkan dapat diperluas pada wilayah-wilayah lain sehingga upaya sosialisasi KIGU sebagai pemersatu umat dalam penentuan awal bulan hijriah semakin difahami masyarakat internasional dan sebagai jalan membayar hutang peradaban Islam. Hal ini tergantung pada tekad para kader Muhammadiyah dalam mengimplementasikan KIGU sebagai amanat Muktamar ke-47 tahun 2015 dan sebagai salah satu bentuk internasionalisasi Muhammadiyah dan realisasi RIB sebagai amanat Muktamar ke-48 tahun 2022.

Adanya KIGU ini sangat membantu para kader dan warga di Kansai dalam berbagai hal. Sehingga terdapat antusiasme dan komitmen dari warga bahwa pelaksanaan Shalat Id berdasarkan KIGU tetap harus dilaksanakan untuk melayani umat, walaupun yang hadir hanya sepuluh orang. Begitulah kalimat yang meluncur dari salah seorang Kader ‘Aisyiyah di Kansai. Semangat dan keyakinan warga inilah yang menjadi motivasi pengurus untuk tetap terus mensosialisasikan KIGU dengan pelaksanaan Shalat Id dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Seluruh pelaksanaan Shalat Id tersebut masih menggunakan tempat yang kami sewa karena memang kami belum memiliki tempat sendiri. Mungkin ke depannya PRIM Kansai perlu memiliki tempat aktifitas sendiri mengingat semakin banyaknya kader yang berkumpul merapat di sini. Internasionalisasi Muhammadiyah dapat diaplikasikan dengan banyak cara seperti membuat sekolah, masjid, dan pusat keunggulan lainnya. Tapi walaupun belum memiliki tempat sendiri, kegiatan bisa dilaksanakan dengan menyewa tempat untuk pelaksanaan Shalat Id. Dan ternyata para jamaah juga mendukungnya dengan memberi infak yang memadai untuk pelaksanaan Shalat Id tersebut. Pelaksanaan Shalat Id berdasar KIGU yang merupakan amanat Muktamar perlu tetap dipelihara terus menerus. Semoga dengan berbagi pengalaman ini dapat memberikan sumbangsih inspirasi positif bagi para kader Cabang-Ranting Istimewa dan warga Muhammadiyah dimanapun berada, khususnya yang bermukim di luar negeri dan juga bagi warga Muhammadiyah di tanah air agar mengetahui perkembangan Muhammadiyah di manca negara. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

 

Osaka, 15 Syawal 1444H/5 Mei 2023M

M Arif Wijayanto, Ketua PRIM Kansai Jepang

Exit mobile version